Tiket Pesawat Masih Mahal, Masyarakat Diminta Bersabar

Menko Luhut menilai sudah ada upaya maskapai untuk menurunkan harga jual tiket pesawat sehingga lebih terjangkau buat masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2019, 16:47 WIB
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Padjaitan meminta masyarakat bersabar menunggu turunnya tarif tiket pesawat yang saat ini dinilai masih mahal.

Dia menilai sudah ada upaya maskapai untuk menurunkan harga jual tiketnya sehingga lebih terjangkau. 

"Kita lihat dulu. Kita akan lihat setelah Pilpres. Ini kan lagi proses. Masa langsung diomongin sekarang kayak makan. Masih diproses," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Senin (8/4/2019).

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengakui bahwa avtur dan biaya servis lainnya masih menjadi penyumbang besar dari biaya operasional maskapai.

Meskipun demikian, dia kembali menegaskan jika harga tiket pesawat mesti harus memerhatikan industri lain. Artinya mesti ada persaingan harga yang sehat.

"Kalau low cost fare itu memang harus ada, tapi lihat juga jangan sampai matikan industri pariwisata juga. Jangan sampai hotel-hotel ini ternyata banyak juga kurang penghuninya," tandasnya.


Pendapatan Daerah Bakal Tergerus Imbas Tiket Pesawat Mahal

Era Tarif Murah Tiket Pesawat Sudah Berakhir

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menyayangkan soal harga tiket pesawat yang masih tinggi.

Dia menuturkan, dengan tingginya harga tiket pesawat tersebut akan berdampak langsung kepada masyarakat.

"Jadi begini kalau konteks harga tiket pesawat Hipmi sebenarnya menyayangkan ya karena tiket pesawat itu langsung berpengaruh terhadap masyarakat," kata Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tax Center, Ajib Hamdani saat ditemui di Jakarta, Kamis (4/4/2019).

Ajib mengatakan, dengan tingginya harga tiket pesawat itu juga akan mempengaruhi biaya ekonomi. Karena, beban yang dikeluarkan masyarakat terhadap tiket merupakan dari biaya logistik perjalanan, baik perjalan dinas, pribadi maupun bisnis.

"Tapi intinya dengan harga tiket tinggi maka ekonomi cost kita lebih tinggi. Kalau ekonomi cost tinggi itu tidak bagus buat bisnis," imbuh dia.

Ajib menambahkan, tingginya harga tiket pesawat ini juga akan mempengaruhi pendapatan seluruh daerah. Terutama ada penurunan tingkat hunian hotel di setiap-setiap daerah.

"Impact-nya bukan hanya di kita tapi di daerah. Ketika saya jarang datang ke daerah ini yang impactnya daerah, tingkat hunian hotelnya, merekanya, restoran dan cafenya dia membawa multiplayer efek ketika siklus perpindahan orang tinggi maka di situ ada sebuah siklus ekonomi jadi bukan hanya bicara sekadar tiket, tapi bagaimana harga tiket itu membawa ke multiplayer efek, yang saya pikir kalau harga tiket bisa disesuaikan maka daerah-daerah itu bisa maju," bebernya.

 

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Penumpang Pesawat Turun 15,46 Persen pada Februari 2019

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan penumpang pesawat pada Februari 2019 sebesar 15,46 persen. Hal tersebut antara lain disebabkan kenaikan harga tiket pesawat pada awal tahun.

"Memang bulan Februari jumlah hari lebih pendek. Yang kedua memang persoalan harga tiket yang menjadi keluhan dan itu terlihat di berbagai airport. Itu untuk penerbangan domestik," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin, 1 April 2019.

Suhariyanto mengatakan, jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Februari 2019 sebanyak 5,6 juta orang. Angka ini turun 15,46 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,6 juta penumpang.

"Jumlah penumpang angkutan udara Februari 2019 sebesar 5,63 juta orang turun jauh dibandingkan Januari 2019 sebesar 6,66 juta orang," ujar dia.

Penurunan jumlah penumpang terjadi di seluruh bandara utama yang meliputi Bandara Kualanamu-Medan sebesar 29,17 persen, Hasanuddin-Makassar 19,11 persen, Ngurah Rai-Denpasar 16,73 persen, Juanda- Surabaya 15,56 persen, dan Soekarno Hatta-Jakarta 7,40 persen.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya