Galau hingga Terlalu Cemas, 6 Hal Ini Dialami Kaum Milenial Tanpa Sadar

Kaum milenial sering menghadapi pergulatan yang hebat bahkan saat mengerjakan hal simpel. Berikut 6 hal yang dialami oleh mereka.

oleh Siti Khotimah diperbarui 08 Apr 2019, 20:41 WIB
Generasi Milenial Tidak Menyadari Bahwa Masalah Kesehatan Tengah Mengintai Mereka Gara-gara Kebiasaan Buruk yang Mereka Kerjakan (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Generasi milenial yang lahir antara 1981 hingga 1996 sering disebut memiliki beban psikologis yang berat. Anne Helen Peterson, penulis kolom budaya di Buzzfeed menyebut bahwa mereka yang termasuk dalam kelompok milenial sering menghadapi pergulatan yang hebat bahkan saat mengerjakan hal simpel.

Pemicu keletihan psikologis itu dapat bermacam-macam, bisa jadi terkait ekonomi maupun lingkungan sekitar.

Disadari atau tidak, 6 hal berikut adalah tantangan psikologis yang sering dihadapi oleh kaum milenial.

Berikut informasinya, sebagaimana dilansir dari laman Brightside.me pada Senin (8/4/2019).


1. Terlalu Cemas

Ilustraasi foto Liputan 6

Pemuda di abada 21 memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Hal itu bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena faktor pekerjaan maupun percintaan.

Dalam konteks karier, generasi milenial sangat mudah untuk memutuskan berganti pekerjaan. Loyalitas terhadap perusahaan menjadi rendah, berbeda dengan generasi sebelumnya.

Sedangkan dalam kasus percintaan, sebagian besar dari mereka sebetulnya menginginkan untuk menikah. Namun, sering kali tidak realitis terkait penampilan diri dan ekspektasi terhadap pasangan.

Selain dua hal itu, kaum milenial juga terlalu sering menerima berita buruk dari berbagai belahan dunia. Hal itu membuat mereka merasa bahwa dunia merupakan tempat yang berbahaya.


2. Bergalau dengan Lagu favorit

Ilustrasi (iStock)

Siapa sangka, ternyata lagu favorit yang sering didengarkan oleh generasi milenial berhubungan dengan peristiwa penting dalam hidup.

Sebuah lagu tertentu bisa jadi tanpa sengaja menyimpan memori putus cinta. Maka tak heran setiap kali mendengarkan lagu galau, kenangan pahit akan turut muncul.

Sedangkan lirik lagu lainnya bisa jadi mengingatkan pada kenangan indah. Misalnya ingatan bahagia saat SMA atau bersama dengan orang-orang terkasih.

Lagu-lagu yang disukai, biasanya memang dekat dengan kisah-kisah pribadi yang dimiliki dan memiliki ikatan emosional tersendiri.


3. Stres Hebat Saat Kehilangan Ponsel

Ilustrasi main ponsel sebelum tidur (iStock)

Penyebab stres ternyata variatif antar generasi yang berbeda.

Meskipun peristiwa yang paling menegangkan bagi sebagian besar orang adalah kematian dari orang yang dicintai atau hukuman penjara, kaum milenial memiliki versinya sendiri.

Generasi milenial, disebut-sebut akan sangat stres apabila kehilangan ponsel.

Insiden kehilangan ponsel itu termasuk dalam lima daftar situasi paling menakutkan menurut Brightsidel, bersamaan dengan serangan teroris, bencana alam, dipecat, dan penyakit serius.


4. Meredakan Stres dengan Cara Kekinian

Ilustrasi (iStock)

Dulu, orang-orang yang memiliki kelainan makan atau menderita depresi dapat memperoleh banyak manfaat dengan membuat catatan di buku harian (diary).

Memiliki buku harian dapat membantu Anda mengatasi stres, bahkan konon katanya dapat mengurangi gejala asma. Selain itu, menulis catatan harian memiliki keuntungan penting yakni menghindari kesalahan yang sama di masa yang akan datang.

Generasi milenial memilih menulis catatan tidak lagi dalam buku harian, namun dengan media yang lain. Misalnya, dengan blog maupun postingan di Instagram maupun Facebook.

Meskipun media berbeda, namun menulis catatan harian masih memegang fungsi yang sama. Di antaranya adalah untuk mengekspresikan perasaan dan menganalisis situasi diri.


5. Kemenangan Tim Kesayangan Menentukan Suasana Hati

Para pemain Manchester United merayakan gol yang dicetak Marcus Rashford ke gawang Newcastle pada laga Premier League di Stadion St James Park, Newcastle, Rabu (2/1). Newcastle kalah 0-2 dari MU. (AFP/Lindsey Parnaby)

Ternyata, tontonan olahraga seperti sepak bola memiliki pengaruh positif terhadap harga diri. Setiap kali tim favorit menang, suasana hati akan meningkat secara dramatis sekitar dua hari.

Hal sebaliknya akan terjadi jika tim kesayangan mengalami kekalahan.

Sangat disarankan untuk menonton acara olahraga dengan orang lain.

Dalam hal ini, sukacita kemenangan akan meningkat. Selain itu, akan lebih mudah menerima kenyataan apabila tim kalah.


6. Plan B Mengacaukan Ambisi

Kesimpulan. (Sumber foto: unsplash.com)

Sangat sering dari generasi milenial yang terbiasa memiliki rencana cadangan. Mereka menyebutnya sebagai Plan B, Plan C, atau Plan D.

Menurut psikologis, hanya dengan berpikir bahwa kita memiliki satu alternatif pilihan akan mengurangi peluang untuk sukses.

Hal itu bisa jadi disebabkan oleh menurunnya ambisi dalam diri untuk mencapai tujuan awal yang telah ditentukan.

Konon, dengan memantapkan pilihan dan menganggapnya sebagai "satu-satunya" akan mampu meningkatkan ambisi untuk membakar semua rintangan yang menghadang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya