Petualangan Seru Menjelajahi Teluk Asmara dan Pantai-Pantai Tersembunyi di Malang Selatan

Pembukaan akses jalan lintas selatan Malang memunculkan tujuh pantai baru selain Balekambang, Teluk Asmara, dan Goa Cina. Ada Pantai Jembatan Panjang, Kondang Merak, Kondang Iwak, Selok, Banyu Meneng, Pantai Wulung, Teluk Bidadari.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 09 Apr 2019, 19:00 WIB
pemandangan pantai teluk asmara dengan gugusan pulaunya yang indah

Liputan6.com, Malang - Setelah tiga hari di Kota Batu, Jawa Timur, untuk liburan akhir Maret lalu, seorang teman perjalanan menyimpulkan hawa di Batu tak sedingin sembilan tahun lalu, ketika dia masih kuliah Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang hingga lulus pada 2011.

"Mungkin ini pengaruh pemanasan global," komentar Syaini Sukijan, teman seperjalanan itu.

Di Batu, kami menyewa satu homestay di daerah Gondang Rejo, Desa Oro-oro Ombo. Karena weekend, sewanya lumayan mahal Rp 750 ribu per malam dengan 4 kamar plus pemanas air mandi. Saat weekday bisa dapat sewa lebih murah berkisar Rp 500 ribu permalam.

Homestay ini cukup strategis, dekat ke mana-mana. Hanya 20 menit ke pusat permainan Batu Night Spectacular (BNS), 15 menit ke alun-alun dan 30 menit ke Museum Angkut.

Tiap pagi, sebelum berwisata, kami biasa ngopi dan ngobrol di teras, sambil memandangi Gunung Panderman yang menjulang dan tetap berselimut kabut hingga siang.

"Dulu, kalau nginap di Batu, tak berani mandi pagi dan kemana-mana pakai jaket karena pasti menggigil. Sekarang, hawa airnya sejuk saja, tidak lagi menggigil," kata Nur Alim, teman seperjalanan lain, mengulang kesimpulan soal perubahan suhu di sana.

Benar atau tidak ihwal dampak pemanasan global itu, yang pasti itu analisa amatiran. Tapi, kota yang mulai identik dengan kemacetan ini tetap paling asyik untuk bermalam, walau tujuan wisatanya ke daerah lain.

Gugusan pantai di wilayah Malang Selatan adalah tempat yang ingin kami jelajahi. Dengan Teluk Asmara Beach sebagai tujuan utama. pantai yang baru dibuka dua tahun lalu ini menarik karena dijuluki 'Raja Ampatnya Malang'.

Butuh empat jam naik mobil ke pantai di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang itu. Mungkin bisa lebih singkat satu jam, andai tak terjebak macet di depan Universitas Muhammadiyah Malang ketika kami berangkat jam sepuluh dari penginapan.

Ada dua jalur untuk sampai ke Teluk Asmara. Lampu merah setelah pasar buah Gadang jadi patokan. Bisa belok kiri lewat Kecamatan Turen, ini jalur ke pantai Sendang Biru atau ambil lurus lewat daerah Gondang Legi yang termbus ke Pantai Balekambang di Kecamatan Bantur.

Dalam peta digital, Teluk Asrama letaknya di tengah-tengah antara Teluk Biru dan Balekambang. Sopir agen wisata yang kami sewa memilih lewat Turen dan pulang lewat Gondang Legi. Agar pulangnya searah, tak perlu bolak balik, katanya.

Jalur ke Sendang Biru lewat Turen ternyata 'horor' sekaligus menawan. Horor karena badan jalan sempit, rute meliuk-liuk naik turun gunung dan keluar masuk hutan. Ditambah tanjakan curam dan tikungan tajam, mewajibkan pengemudi zero accident, sebab bisa berakhir di jurang yang maha dalam.

Banyaknya rombongan, terutama ibu dan anak-anak yang gugur karena muntah dan pusing selama perjalanan. Adalah tanda betapa horornya jalur ini.

Namun, hamparan sawah di kaki bukit juga rimbun hutan pohon Pinus yang tinggi menjulang menjadi obat pelipur dalam perjalanan yang melelahkan. Atau bisa juga mengusir lelah dengan mencoba durian yang dijajakan warga di pinggir hutan. Sayang harganya tak ramah wisatawan kelas karyawan. Besar atau kecil dipukul rata Rp 50 ribu perbiji.

 


Tiba di Raja Ampatnya Malang

penampakan pura di tengah laut Pantai Balekambang

Untung lelah dan penat perjalanan terbayar lunas oleh keindahan pemandangan Pantai Teluk Asmara. Gugusan pulaunya, biru lautnya, jernih airnya juga rimbun pokok Warunya membuat betah berlama-lama di pantai berjarak 73 kilometer dari Kota Malang ini.

Pantai ini kental dengan nuansa Bali. Kain putih hitam kotak-kotak banyak dipasang membungkus tiang gapura loket karcis hingga tiang gazebo tempat berteduh dari terik matahari yang menyengat.

Tarif masuk juga terjangkau, Rp 10 ribu perorang ditambah bea parkir Rp 15 ribu untuk roda empat. Semuanya dibayar satu pintu di loket utama. Selebihnya tak ada pungutan lain, kecuali mungkin perlu menyewa tikar Rp 15 ribu yang bisa dipakai sepuasnya sambil memandangi debur ombak pantai selatan yang menggelora saat senja.

Teluk Asmara relatif sepi dan suasananya masih alami, pemukiman hanya satu dua, warung-warung bisa dihitung jari, Juga tak ada gangguan pengasong. Sayang jalannya belum beraspal, masih berupa sirtu yang dipadatkan.

Untuk mencapai pantai harus melewati puluhan anak tangga yang dibangun merayapi dan kemudian menuruni bukit. Di kanan dan kiri tangga, tumbuh pohon cemara udan. Di Indonesia, cemara jenis ini hanya ada di Pantai Lombang, Kabupaten Sumenep, Madura.

Aneka aktifitas dilakukan pengunjung. Selfie dan berenang paling digemari, tapi banyak juga muda-mudi yang camping di pantai ini. Tenda camping, bisa menyewa tenda di tempat penyewaan tikar itu.

Saran saya, bila hendak ke Teluk Asmara, basmi lapar lebih dulu bila tak bawa bekal sendiri. Sebab, meski warung di sana memasang baner penuh menu makanan, hidangan yang tersedia tak sebanyak menu yang tertulis. Kabar baiknya, kalau pun terpaksa makan di lokasi, tak perlu khawatir dompet jebol, harga makanan setara harga kaki lima.

 


Gugusan pantai indah Kabupaten Malang

saat Malang dilanda gempa, jembatan ke pura di pantai balekambang sempat rusak. namun kini telah diperbaiki

Dari Teluk Asmara tujuan berikutnya Pantai Balekambang. Tidak ada alasan khusus kenapa pantai ini dipilih, selain karena telah senja juga testimoni seorang kawan yang menyebut salah tempat terbaik untuk melihat sunset adalah di pantai itu.

Sebuah pura di tengah laut yang dihubungkan jembatan kayu sepanjang 100 meter ke daratan menjadi daya tarik pantai ini. Dan ketika matahari perlahan tenggelam di kaki langit, posisinya persis di antara jembatan dan pura itu. Indah sekali.

Syaini, satu-satunya orang dalam rombongan yang telah tiga kali ke Balekambang. Maka, dia punya 'ritual' tiap kali ke sana yaitu mendoakan Pak Tukiman. "Sebagai penghormatan atas jasanya".

Tukiman adalah Kepala Desa Srigonco, tempat pantai Balekambang berada. Dia yang membuka akses jalan ke pantai itu pada 1978 sehingga bisa dikunjungi orang sampai hari ini. Pantai ini pun kian terkenal setelah diresmikan sebagai obyek wisata andalan Malang oleh Bupati Malang Edy Slamet pada 1983.

Karena pembukaan akses jalan lintas selatan Malang pulalah muncul 7 pantai baru selain Balekambang, Teluk Asmara dan Goa Cina. Ada Pantai Jembatan Panjang, Kondang Merak, Kondang Iwak, Selok, Banyu Meneng, Pantai Wulung, Teluk Bidadari. Pantai-pantai ini berada satu jalur dari Kecamatan Bantur, Kedungsalam hingga Donomulyo.

"Kalau ke Malang Selatan, harus sudah nyampai sejak pagi, agar lebih punya banyak waktu untuk mengeksplore pantai-pantainya yang indah," kata Syaini yang merasa rugi karena rombongan kami baru tiba siang hari. Sehingga hanya bisa mengunjungi dua pantai dari total 11 pantai di sepanjang Jalur Lintas Selatan yang rampung dibangun tahun 2018 lalu.

Maka pulangnya kami lewat jalur arah Gondang Legi. Ternyata lebih cepat satu jam ketimbang saat berangkat lewat Kecamatan Turen. Jalannya pun lebih landai, lebih sedikit tanjakan dan tikungan tajam. Tentu tidak horor karena cukup ramai pemukiman sepanjang jalan. Selamat menjelajah pantai-pantai selatan di Malang. 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya