Liputan6.com, Aceh - PT PLN (Persero) membangun tiga GI (Gardu Induk) dan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) pertama di Aceh Bagian Tengah berkapasitas 30 MVA, Aceh, Takengon.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengapresiasi, usaha PLN memberikan pelayanan kelistrikan yang semakin baik.
"Terima kasih PLN kerjanya sudah mati-matian. Luar biasa kerjanya. Kita lakukan penghematan ratusan miliar. Harapan kami ke depan berusaha tarif listriknya itu tidak naik. Syukur di kemudian hari tarif listrik bisa turun. Itu saja dari saya," tutur dia di Aceh, Selasa (9/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dia menambahkan, pembangunan gardu induk dan SUTT mendukung program pemerintah dalam kelistrikan yang terkoneksi di Sumatera.
Keberadaan gardu induk dan SUTT juga bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di Sumatera.
"Kalau semua tersambung maka ada jaringan kelistrikan terkoneksi di seluruh Sumatera sehingga kelistrikan akan sama seperti di Pulau Jawa supaya pertumbuhan ekonomi Sumatera bertumbuh dengan semakin baik," ujar dia.
Adapun tiga GI dan SUTT yang diresmikan yakni :
a. Gardu Induk (GI) 150 kV Takengon dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Bireuen dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Takengon – Bireuen;
b. Gardu Induk (GI) 150 kV Kutacane dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Berastagi, dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Berastagi – Kutacane;
c. Gardu Induk (GI) 150 kV Subulusalam dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Sidikalang dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Sidikalang - Subulusalam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ini Tantangan Terberat PLN Capai Rasio Elektrifikasi 99,9 Persen
Sebelumnya, Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi bisa mencapai 99,9 persen pada 2019. Dengan demikian, seluruh masyarakat di berbagai daerah bisa menikmati pasokan listrik untuk kehidupan sehari-hari dan kebutuhan usaha pada 2019.
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PT PLN, I Made Suprateka mengatakan, saat ini rasio elektrifikasi telah mencapai 98,3 persen.
Untuk mencapai minimal 99,9 persen, meski persentase kekurangannya terlihat kecil, yaitu hanya 1,7 persen, tapi menjadi tantangan besar bagi PLN lantaran lokasinya berada di pedesaan dan daerah terpencil.
"Tantangan untuk melistriki sisa 1,7 persen desa yang belum dialiri listrik saat ini tak bisa dibilang mudah bagi PLN," ujar dia di Jakarta, Kamis 4 April 2019.
Selain itu, lanjut Made, untuk mencapai target elektifikasi tersebut, setidaknya PLN harus mampu mengatasi dua tantangan besar yaitu masalah daya beli masyarakat dan ketersediaan infrastruktur.
Terlebih sejak 2016, program listrik pedesaan sudah sepenuhnya ditangani oleh PT PLN (Persero) hingga tidak lagi menggunakan APBN yang dikelola oleh Kementerian ESDM.
"Akses yang terbatas adalah kendala terbesar dalam upaya PLN untuk mengalirkan listrik ke desa-desa terpencil dan daerah yang kondisi geografisnya sulit dijangkau. Kendala biasanya muncul dalam proses pengiriman peralatan listrik karena banyak akses jalan yang tidak memadai untuk dilalui kendaraan pengangkut material," kata dia.
Meski demikian, Made memastikan PLN dan Kementerian ESDM tetap bertekad untuk memenuhi target 99,9 persen rasio elektrifikasi ini.
Selain upaya penambahan jaringan melalui Program Listrik Perdesaan dan membagikan sumber Listrik Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE), pada 1 Februari lalu Menteri ESDM Ignasius Jonan telah menyurati Gubernur se-Indonesia, untuk mengalokasikan anggaran pasang baru listrik 450 VA bagi rumah tangga miskin.
"Untuk keperluan ini, Pemda bisa mengalokasikan anggaran dari APBD atau dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan di daerah," ujar dia.
"Selain itu, Kementerian ESDM juga meminta kepada Pemda untuk memperbaiki akses jalan, sehingga bisa mempermudah PLN dalam proses penyaluran listrik di daerah tersebut. Bagaimana pun juga, program elektrifikasi untuk memajukan masyarakat akan sulit terwujud tanpa dukungan Pemda-Pemda setempat," ia menambahkan.
Advertisement
PLN Komitmen Listriki Destinasi Wisata Terpencil
Sebelumnya, PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus meningkatkan rasio elektrifikasi hingga mencapai 100 persen. Termasuk untuk wilayah-wilayah terpencil namun memiliki potensi wisata yang besar.
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN, I Made Suprateka menyatakan saat ini kondisi elektrifikasi nasional telah mencapai 98,3 persen.
Rasio kelistrikan ini mencakup daerah-daerah yang memiliki potensi menjadi destinasi wisata unggulan Indonesia mulai dari Aceh, Nias, Ternate, Sorong, hingga Jayapura.
"Ini sejalan dengan komitmen PLN menerangi seluruh daerah di Indonesia, termasuk pulau dan daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), yang sangat berpotensi menjadi daerah tujuan wisata, termasuk juga wisata ekstrim," ujar dia di Jakarta, Senin 8 April 2019.
Made menjelaskan, PLN juga memiliki satu program yang dinamakan Program Listrik Pedesaan di mana hingga Desember 2018, jumlah desa yang sudah teraliri listrik mencapai 79.041 desa. Sementara pada periode 2015-2018, tambahan desa yang teraliri listrik mencapai 9.504 desa.
"PLN sudah berhasil menghilangkan pemadaman listrik secara bergiir yang terjadi tahun 2015, melalui pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan secara berkesinambungan. Tidak hanya melalui cadangan daya listrik yang memadai dengan sistem yang besar, namun PLN sudah berhasil meningkatkan infrastruktur ketenagalistrikan hingga ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak terjangkau akses listrik yaitu daerah 3T," jelas dia.
Dengan akses terhadap listrik yang lebih baik, Made berharap daerah-daerah tujuan wisata ini bisa berkembang dengan cepat. Selain itu juga akan membawa dampak positif bagi berjalan kegiatan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
“Dengan mengaliri desa dan juga menerangi daerah-daerah 3T, maka akan mendorong ekonomi setempat bertumbuh. Dengan bertumbuhnya ekonomi, akan berdampak pula meningkatnya kesejahteraan masyakat di daerah tersebut," tandas dia.