10-4-1971: Diplomasi Pingpong, Ketidaksengajaan yang Cairkan Hubungan AS - China

AS dan China bermusuhan kala Perang Dingin. Aksi pemain pingpong Amerika yang naik ke bus atlet Tiongkok mencairkan ketegangan itu

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Apr 2019, 06:00 WIB
Diplomasi pingpong cairkan hubungan AS dan China di tengah Perang Dingin (Public Domain)

Liputan6.com, Beijing - Sejak revolusi komunis yang dilancarkan Mao Zedong pada 1949, hubungan antara Republik Rakyat China dan Amerika Serikat diwarnai propaganda Perang Dingin, embargo perdagangan, dan kebisuan diplomatik.

Kedua negara pernah saling jumpa di zona tempur Perang Korea. Di dua kubu berseberangan. Namun, tak ada satupun delegasi resmi AS yang menginjakkan kaki di Beijing dalam kurun 20 tahun.

Pada 1971, kedua negara mulai menjajaki dialog terbuka. Kala itu, aliansi China dengan Uni Soviet sedang retak, seiring serangkaian bentrok berdarah di perbatasan dua negara.

Ketua Mao meyakini, dengan menjalin hubungan dengan Amerika, itu akan menimbulkan efek gentar (deterrent) ke pihak Moskow. Di sisi lain, Presiden AS Richard Nixon menganggap, membuka hubungan dengan China adalah salah satu prioritas pemerintahannya.

"Kita tak bisa meninggalkan China selamanya di luar keluarga besar bangsa-bangsa dunia," itu yang ditulis Nixon pada 1967, seperti dikutip dari situs history.com, Selasa (9/4/2019).

Kedua negara pada akhirnya membuka komunikasi, meski diam-diam. Namun, terobosan nyata akhirnya tercipta dalam ajang Kejuaraan Dunia Tenis Meja di Nagoya, Jepang pada 1971. Secara tak terduga.

Kala itu, pemain AS berusia 19 tahun, nekat Glenn Cowan naik bus yang mengantar tim nasional China berseragam merah.

Mayoritas pemain Tiongkok memandang curiga pria AS dengan rambut shaggy itu. Namun Zhuang Zedong, sang atlet andalan, melangkah mendekati Cowan dan mengulurkan tangan. Keduanya bersalaman.

Selama sisa perjalanan dengan bus itu, kedua atlet berbincang melalui bantuan penerjemah. Zhuang bahkan memberikan kenang-kenangan kain sutera bergambar pegunungan Huangshan di China pada tamu tak diundang tersebut.

Cowan, yang mengaku sebagai 'hippie', sehari kemudian balas memberikan kaos bergambar simbol perdamaian dan judul lagu Beatles, 'Let It Be'.

Para fotografer mengabadikan momen itu. Dan, hubungan baik antar dua atlet China dan AS menjadi perbincangan di sepanjang turnamen.

Zhuang Zedong dan para atlet lain yang mewakili China sebenarnya dilarang keras melakukan kontak dengan orang AS. Namun, mengetahui respons positif dari pertukaran itu, Ketua Mao melihatnya sebagai peluang politik. "Zhang Zedong bukan hanya pemain tenis meja yang baik," kata dia. "Dia juga seorang diplomat yang baik."

Beberapa hari kemudian, saat para pemain tenis meja AS bersiap bertolak dari Nagoya, Mao Zedong mengejutkan dunia dengan mengundang mereka ke China.

Presiden Nixon juga terkejut dibuatnya. "Saya kaget bercampur senang," tulis dia dalam memoarnya. "Saya tak pernah menyangka, inisiatif China diwujudkan dalam bentuk (undangan) tim tenis meja."

Kunjungan bersejarah dimulai pada 10 April 1971, ketika 15 pemain tenis meja Amerika Serikat, juga para official dan pasangannya, menyeberangi jembatan dari Hong Kong menuju China.

Para atlet dalam timnas tenis meja AS punya latar belakang beragam. Glenn Cowan yang mengaku 'hippie', seorang dosen, imigran dari Guyana, juga sepasang gadis usia sekolah menengah.

Dan tak ada prestasi membanggakan yang mereka catat. Tim pria menempati ranking 24 dunia kala itu. Miskin sponsor, para atlet terpaksa sampai pinjam uang demi bisa berlaga di Jepang.

Namun, secara tak sengaja, mereka menjadi diplomat AS paling penting di muka Bumi. Para jurnalis menguntit setiap gerak mereka.

Beberapa anggota juga tim diminta untuk menjadi koresponden untuk surat kabar dan majalah. Tugasnya, melaporkan segala kegiatan mereka di China.


Di Negeri Tirai Bambu...

Kunjungan tim tenis meja AS ke China pada 1971 (AFP)

Tim tenis meja AS tinggal di China selama 10 hari. Mereka mengunjungi Guangzhou, Beijing, dan Shanghai. Menikmati panorama, merasakan suasana, dan mengirup aroma yang tak biasa mereka temui.

"Segalanya berbeda dengan apa yang pernah saya temui," kata Tim Boggan, seorang atlet, kepada The New York Times.

"Jalanannya beda, makanan, orang-orangnya tentu saja, juga sepeda," tambah dia.

Para atlet AS diperlakukan dengan penuh hormat, dianggap tamu terhormat, dijamu dengan makanan mewah serta melimpah.

Meski demikian, momok Perang Dingin tak lantas hilang. Patung Mao Zedong dan musik militer ada di mana-mana.

Di sebuah pemberhentian, pemimpin tim Graham Steenhoven menjumpai, spanduk bertuliskan 'Selamat Datang Tim Amerika' digantung di sebuah tembok bertuliskan kata-kata kasar dan propaganda terhadap Negeri Paman Sam.

Selama di Beijing, tim mengunjungi Tembok Besar China, Istana Musim Panas, dan menyaksikan opera bertema revolusi. Mereka juga berpartisipasi dalam serangkaian pertandingan persahabatan tenis meja di bawah slogan "Utamakan Persahabatan dan Persaingan Nomor Dua" (Friendship First and Competition Second).

Hati mereka tersentuh dengan sikap sportif dan bersahabat para pemain China. "Saya di sini untuk bermain," kata atlet China, Zheng Minzhi. "Namun, yang lebih penting adalah untuk meraih apa yang tak bisa diraih dengan saluran diplomatik biasa."

Kunjungan tim atlet AS mencapai puncaknya saat mereka bertemu dengan Perdana Menteri China, Zhou Enlai.

Pertemuan berjalan formal. Zhou memberikan pujian bagi para atlet, yang menurutnya, "telah membuka babak baru hubungan rakyat Amerika dan China".

Glenn Cowan, yang kembali bikin sensasi karena berkeliling Cina dengan topi kuning dan celana jeans warna-warni, mengajukan pertanyaan pada PM China, apa pendapatnya soal gerakan hippie di Amerika. Zhou sejenak terdiam.

"Anak muda ingin mencari kebenaran dan melakukan pencarian, berbagai perubahan akan muncul," jawab dia. "Saat kami muda, hal serupa juga terjadi."


Kunjungan Bersejarah Presiden AS

Pertemuan bersejarah Presiden AS Richard Nixon dan Mao Zedong (Public Domain)

Tim tenis meja Amerika meninggalkan China pada 17 April 1971. Saat tiba di Hong Kong mereka diserbu lautan jurnalis dan fotografer.

Pada saat itu, "ping terdengar di seluruh dunia," demikian narasi yang dimuat di Majalah Time. Bahkan sebelum tim AS meninggalkan Negeri Tirai Bambu, kunjungan mereka telah membuahkan hasil diplomatik.

Pada tanggal 14 April, hari yang sama ketika mereka bertemu PM Zhou Enlai, Presiden Nixon mengumumkan bahwa Amerika Serikat mengurangi larangan bepergian dan embargo perdagangan terhadap Tiongkok.

Pemerintah Amerika dan China juga disebut akan membuka saluran baru komunikasi satu sama lain. Pada bulan Juli 1971, Penasihat Keamanan Nasional AS A. Henry Kissinger melakukan perjalanan rahasia ke Beijing.

Efek riak dari apa yang kemudian dikenal sebagai 'Diplomasi Pingpong' berlanjut pada tahun berikutnya.

Sebagai balasan, China mengirim tim tenis meja mereka ke Amerika Serikat, untuk melakukan tur di delapan kota. 

Dan, yang paling mengguncang dunia adalah kunjungan Richard Nixon ke China pada Februari 1972. Itu adalah kali pertama dalam sejarah, seorang presiden AS mengunjungi daratan Tiongkok. 

Dalam kunjungan delapan hari itu, yang menurut Nixon adalah 'sepekan yang mengubah dunia', ia bertemu dengan PM Zhou Enlai, juga Ketua Mao, sebagai langkah pertama menuju normalisasi hubungan AS-Tiongkok.

Menulis tentang kunjungan itu bertahun-tahun kemudian, Nixon mencatat bahwa para pemimpin Tiongkok terus mengingakan bagaimana pertukaran tim pingpong telah menginisiasi terobosan baru dalam hubungan dua negara. 

"Mungkin metafora tenis meja yang paling tepat berasal dari Mao sendiri: 'bola kecil menggerakkan Bola Besar'," tulis Nixon. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya