Liputan6.com, Jakarta - Jupiter kini diklaim menjadi planet terbesar di Tata Surya.
Namun secara teknis, Jupiter ternyata bukan menjadi planet terbesar. Jika mengambil skala lebih luas lagi, ada planet yang lebih besar dari Jupiter. Lantas, planet apa?
Menurut informasi yang dilansir BGR pada Jumat (11/4/2019), NASA menemukan exoplanet (planet asing) yang ukurannya lebih besar dari Jupiter. Bahkan, ukuran massanya lebih besar 13 kali lipat dari Jupiter!
Baca Juga
Advertisement
Exoplanet bernama "OGLE-2016-BLG-1190Lb" tersebut, ditemukan oleh astronom NASA pada pekan lalu. Meski demikian, mereka masih meragukan identitas dari exoplanet ini.
Menurut keterangan astronom, exoplanet tersebut termasuk ke dalam kategori exoplanet yang gagal.
Dalam arti sebagai objek antariksa yang menghasilkan panasnya sendiri. Pada kenyataannya, energi dari panas yang dipendarkan sangat lemah--sekitar 300 hingga 400 derajat Fahrenheit.
Sebagai perbandingan, Matahari dan bintang-bintang lain justru bisa memancarkan panas yang lebih banyak, lebih kuat dan ukurannya pancaran panasnya lebih besar.
Dengan demikian, tingginya energi panas tersebut bisa menciptakan proses fusi nuklir.
"Kami masih meragukan apakah exoplanet ini punya kontribusi untuk Tata Surya meski ukurannya sangat besar--lebih besar dari Jupiter. Formasi ekosistem dan lingkungannya juga berbeda dari exoplanet pada umumnya," tulis NASA.
Hingga kini, NASA masih akan mengamati OGLE-2016-BLG-1190Lb dengan teleskop antariksa Spitzer.
Mereka berjanji akan mengumumkan hasil penelitian terbaru yang akan mengungkap identitas exoplanet tersebut.
Bulan di Planet Jupiter Berpotensi Jadi Tempat Tinggal Manusia?
Selama ini planet Mars digadang-gadang sebagai rumah masa depan umat manusia. Namun, baru-baru ini para ahli antariksa tengah serius meneliti lokasi lain sebagai alternatif Mars, yakni planet Jupiter.
Tentu saja, manusia tidak akan tinggal di Jupiter sebab planet raksasa itu berupa gas. Yang jadi target adalah Europa, sebuah bulan di sisi Jupiter.
Dilaporkan Futurism, Sabtu (12/5/2018), NASA dan Agensi Antariksa Eropa (European Space Agency, ESA) telah menyiapkan rencana ekspedisi untuk mengevaluasi Europa lewat program Joint Europa Mission (JEM).
Tak hanya NASA dan ESA, peneliti dari Universitas Sao Paulo, Brazil, juga telah melakukan penelitian komparasi tentang keadaan di samudera Europa dengan sebuah tambang emas beraliran air uranium di Afrika Selatan.
Ternyata, ditemukan bakteria dapat hidup dengan ditopang substansi yang berasal dari uranium. Berdasarkan laporan tersebut, para peneliti menarik kesimpulan samudera di Europa juga bisa menunjang kehidupan.
Penemuan tersebut menambah berita positif tentang samudera di Europa yang memiliki kemiripan dengan samudera di planet Bumi, walaupun ukurannya dua kali lebih besar.
Peneliti dari Universitas São Paulo diharapkan dapat memberi pemahaman tambahan bagi eksplorasi gabungan NASA dan ESA.
Eksplorasi gabungan tersebut akan diadakan pada 2025 untuk mencari adanya elemen kehidupan kehidupan di Europa.
Advertisement
Mengapa Mencari Rumah di Luar Angkasa?
Ambisi NASA dan Musk dilancarkan oleh dukungan dari Presiden AS Donald Trump.
Trump yang dituding kurang peduli pada sains justru menambahkan insentif bagi misi eksplorasi luar angkasa, yang pertama program ke Bulan, dan dilanjutkan ke Mars.
Pada keterangan resminya, pemerintahan Trump berharap NASA dapat jadi yang terdepan memimpin inovasi dalam eksplorasi luar angkasa.
Pihak NASA menyambut baik dukungan dari Gedung Putih dan siap mendukung menggandeng pihak pemerintah dan swasta dalam melaksanakan eksplorasi tersebut.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement