Mobil Terbang Bakal Bisa Dipakai untuk Perjalanan Panjang?

Nantinya, mobil terbang tersebut akan mengusung konsep VTOL (Vertical Take-Offand Landing) dan akan ditenagai oleh baling-baling elektrik.

oleh Jeko I. R. diperbarui 11 Apr 2019, 12:00 WIB
Mobil Terbang Terrafugia Transition sudah dapat dipesan dengan perkiraan harga sekitar US$ 280 ribu atau sekitar Rp 4,2 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Meski nantinya akan berfungsi sebagai moda transportasi jarak pendek, mobil terbang ternyata kelak bisa digunakan untuk perjalanan panjang.

Konsep mobil terbang untuk perjalanan panjang juga telah digagas oleh beberapa perusahaan besar seperti Airbus, Boeing, Uber, hingga NASA.

Nantinya, mobil terbang tersebut akan mengusung konsep VTOL (Vertical Take-Offand Landing) dan akan ditenagai oleh baling-baling elektrik.

Sampai saat ini, ilmuwan sedang menginvestigasi sejauh mana efektivitas mobil terbang perjalanan jauh dalam hal bahan bakar, seperti jenis konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca.

Mereka pun menyimpulkan prediksi kalau mobil terbang setidaknya bisa terbang paling jauh hingga 35 kilometer (22 mil).

Sekadar informasi, ide tentang mobil terbang pertama kali didengungkan Uber sejak 2016.

Perusahaan yang kini digawangi Dara Khosrowshahi itu berencana menghadirkan mobil terbang berupa taksi yang dapat terbang dan mendarat secara vertikal di landasan pada gedung bertingkat.

Laporan Bloomberg menyebutkan Uber telah menggaet seorang veteran NASA untuk ikut mengembangkan mobil terbang. Veteran NASA bernama Mark Moore itu sudah resmi bergabung dengan Uber sekitar awal Februari 2017.


Taksi Terbang Uber Janjikan Tarif Murah

Ilustrasi mobil terbang (iStock)

Rencana Uber menghadirkan layanan taksi terbang ternyata bukan sekadar angan-angan. Buktinya, perusahaan asal Amerika Serikat itu sudah mengungkapkan purwarupa dari kendaraan tersebut.

Dikutip dari Business Insider, Jumat (11/5/2018), taksi terbang ini akan mengusung desain kendaraan electric vertical take-off and landing (eVTOL). Berdasarkan tampilan yang diungkap, kendaraan ini dibekali dengan lima baling-baling.

Empat baling-baling yang tersedia digunakan untuk pesawat lepas landas dan mendarat. Komponen ini juga didukung dua rotor yang ditempatkan di bagian atas. Sementara baling-baling lain digunakan untuk bergerak maju.

Rencananya, Uber akan melakukan uji coba perdana di Los Angeles dan Dubai pada 2020. Setelah itu, layanan yang diberi nama Uber Air ini akan mulai tersedia untuk umum pada 2028.

"Kami berpikir tranportasi yang ada di kota juga akan mengarah vertikal, dan kami ingin membuatnya menjadi kenyataan," tutur CEO Uber Dara Khosrowshahi.

Uber juga menyebut kelengkapan komponen yang ada kendaraan ini membuatnya lebih aman ketimbang helikopter tradisional.

Kendaraan ini mampu melaju dengan kecepatan hingga 241 km/jam dana menempuh jarak 96km dalam satu kali pengisian daya.

Meski akan dijalankan oleh pilot manusia, Uber berencana untuk menerbangkan kendaraan ini secara otonomos. Nantinya, satu kendaraan dapat mengangkut hingga empat penumpang sekaligus.

Kendati terlihat mahal, Uber memastikan tarif perjalanan dengan eVTOL ini tetap terjangkau oleh banyak orang. Dalam proyek ini, juga bekerja sama dengan NASA untuk mengembangkan sistem kontrol lalu lintas.


Uber Pamer Konsep Mobil Terbang

Mobil terbang perdana Uber yang dipamerkan di CES 2018. (Foto: The Verge)

Uber sendiri baru saja memamerkan taksi terbang perdananya di Consumer Electronic Show (CES) 2018. Uber bermitra bersama perusahaan helikopter, Bell Helicopter, untuk mengembangkan konsep mobil terbang tersebut. 

Taksi terbang Uber sebetulnya merupakan rangkaian dari proyek transportasi udara Uber, bernama Uber Elevate.

Proyek bertujuan membangun jaringan kendaraan vertical take-off and landing (VTOL), sehingga memungkinkan layanan udara dapat diakses langsung.

Selain itu, layanan ini disebut-sebut dapat menawarkan biaya lebih murah sekaligus menjadi solusi kepadatan lalu lintas jalanan. Alasannya, kendaraan udara tak memerlukan rute perjalanan, sehingga alur perjalanan dapat disesuaikan.

"Sama seperti gedung pencakar langit yang memungkinkan kota menggunakan lahan terbatas secara efisien, transportasi udara di perkotaan dapat pula mengurangi kemacetan transportasi di jalanan," ujar Uber dalam keterangannya.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya