Masjid Cut Meutia, dari Markas Belanda, Pasar, hingga Panggung Jazz

Bangunan kuno yang usianya ratusan tahun ini tidak hanya dijadikan masjid tempat beribadah. Untuk apa saja ?

oleh Komarudin diperbarui 11 Apr 2019, 17:00 WIB
Masjid Cut Meutia (dok. Liputan6.com/Riyandhiani Kartika Dewi)

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Cut Meutia yang berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat, merupakan bangunan tua yang usianya sudah ratusan tahun. Sekilas memang tampak seperti bangunan bermaterial kapur bergaya art noveau peninggalan Belanda biasa. Bahkan, masjid merupakan saksi sejarah perkembangan Kota Jakarta.

"Masjid ini merupakan bangunan bertingkat pertama di Indonesia pada tahun 1910-an. Dulu sebelum menjadi masjid, bangunan ini merupakan kantor biro arsitek Belanda," tutur Pujiono, selaku pengurus yayasan di Masjid Cut Meutia kepada Liputan6.com, baru-baru ini.

"Akan tetapi setelah Belanda pergi, bangunan ini sempat digunakan sebagai markas besar tentara Jepang yang kemudian setelah masa penjajahan usai bangunan ini digunakan sebagai Kantor Sekretariat MPRS dan KUA di awal kemerdekaan," ujarnya.

Proses perjuangan mendapatkan masjid ini pun tidak mudah. Awal 1970, sempat para anggota pengajian dari Masjid Cut Meutia meminta pemerintah menjadikan bangunan bekas kantor NV de Bouwploeg ini sebagai masjid.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Setelah 17 Tahun Berlalu

Masjid Cut Meutia (dok. Liputan6.com/Riyandhiani Kartika Dewi)

Setelah 17 tahun berlalu, MPRS baru meresmikan dan mengibahkan bangunan yang sudah menjadi cagar budaya ini untuk masjid bagi masyarakat sekitar. Cukup lama memang karena awal mulanya Pemda DKI Jakarta ingin menggunakan bangunan ini untuk keperluan pemerintahan.

Masjid yang telah mengalami renovasi dua kali semenjak berdirinya ini, juga sempat dipindahkan ke Jalan Johar dengan nama Masjid Cut Nyak Dien. Saat itu, Masjid Cut Nyak Dien sengaja dibangun untuk menggantikan bangunan dengan gaya art noveau yang konon katanya akan diambil alih oleh Pemda DKI Jakarta sebagai keperluan pemerintahan. 

Hingga kini, banyak wisatawan asing yang berkunjung ke masjid yang penuh dengan sejarah ini. Tidak melulu soal beribadah, ada juga wisatawan yang sengaja berkunjung hanya untuk menyaksikan kemegahan bangunan ini.

"Ketika penghitungan kotak amal masjid, banyak dolar, ada yang dari Korea, Malaysia, dan negara-negara lain," kata Pujiono.

Masjid yang dikenal dengan mimbarnya yang miring ini juga memiliki banyak kegiatan yang tentunya tidak hanya unik akan tetapi juga memperhatikan kebutuhan jemaah. Masjid tanpa kubah ini juga tidak hanya ramai dengan kegiatan internal peribadatan.


Ragam Agenda di Masjid Cut Meutia

Maliq and D'Essentials di Ramadhan Jazz Festival 2018 (Adrian Putra/Bintang.com)

1. 3 in One Study

Kegiatan kajian lepas kerja ini dilakukan setiap bakda maghrib setiap Senin-Sabtu. Kegiatan ini awalnya bermula dari banyaknya jemaah yang berdiam diri di masjid menunggu berakhirnya kebijakan 3 in one yang digagas pada saat pemerintahan Gubernur Sutiyoso, dan masih berjalan hingga sekarang.

2. Pasar Kaget 

Pasar kaget yang berlangsung secara rutin setiap Jumat tiap minggunya ini menyediakan barang-barang atau keperluan yang dibutuhkan para jemaah usai melakukan salat Jumat. Meskipun mereka tidak berkontribusi secara langsung, Yayasan Masjid Cut Meutia sendiri juga mendukung akan kegiatan.

3. Ramadhan Jazz Festival

Pagelaran panggung jazz yang rutin diadakan setiap tahunnya yang saat ini sudah memasuki tahun ke-9. Para musikus tampil dengan cuma-cuma dan berdakwah menggunakan musik jazz yang biasanya dalam hal ini selalu diikuti dengan kegiatan sosial, seperti donasi dengan segmentasi yang berbeda-beda tiap tahunnya. (Riyandhiani Kartika Dewi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya