Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku perusahaan rintisan atau startup Traveloka berencana gelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di pasar modal Indonesia.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna tidak menampik minggu lalu, BEI telah mengundang Traveloka untuk berdiskusi bersama terkait rencana IPO itu.
"Minggu lalu kami undang mereka. Tadi saya sempat diskusi dengan salah satu unicorn, intinya mereka tertarik untuk go public di kita bursa," tutur dia Rabu (10/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Meski begitu, pihaknya belum dapat memastikan kapan tepatnya Traveloka IPO di pasar modal. Dirinya menyebutkan, BEI masih berdiskusi dengan Traveloka seputar perpajakan.
"Namun ada beberapa pertanyaan, yang perlu kita diskusikan lagi terkait misalnya pajak. Lagi didiskusikan dengan Badan Kebijakan Fiskal dan Direktorat Jenderal Pajak," ujarnya.
Adapun Traveloka termasuk unicorn Indonesia. Unicorn adalah perusahaan rintisan yang nilai kapitalisasinya lebih dari USD 1 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Target BEI pada 2019
Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 75 perusahaan baru akan melantai perdana di pasar modal tahun ini. Rencana tersebut masuk ke dalam program IDX Iniatives Go Public 2019.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Nyoman Gede Yetna mengaku optimistis dengan target tersebut. Itu karena BEI sudah siapkan 5 langkah khusus dalam meraih tujuan itu.
"Strategi kita ada 5 yakni Go Public Branding, Institutional Relation, High Level Approach, Stakeholder Engagement, dan Issuer Incentive," ujarnya di Jakarta, Rabu 20 Maret 2019.
Dia menambahkan, 75 perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) itu terdiri dari perusahaan menerbitkan obligasi, melepaskan saham, dan menerbitkan kontrak investasi kolektik (KIK).
Dari 75 perusahaan yang akan IPO itu, lanjutnya, 57 diantaranya merupakan perusahaan yang akan mencatatkan saham (IPO melalui saham). Adapun saat ini didalam pipeline BEI terdapat 14 perusahaan yang akan menjadi perusahaan tercatat.
5 diantaranya bergerak disektor properti, real estate, consumer goods, infrastruktur, keuangan dan perdagangan. Sementara itu, untuk periode Januari 2019-20 Maret 2019 sudah ada 7 perusahaan tercatat yang melantai di bei.
Itu dengan total dana masyarakat yang berhasil dihimpun dari ketujuh perusahaan mencapai Rp 1.148 triliun.
"Dari bulan Januari sampai 20 Maret sudah ada 7 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Terbaru pagi tadi, Wahana Interfood Nusantara (COCO) IPO," pungkasnya.
Advertisement
Rudiantara Harap Startup Unicorn Berani Catatkan Saham di BEI
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyindir para manajemen perusahaan rintisan (start-up) terutama yang sudah dapat gelar unicorn belum menawarkan saham perdananya (Initial Public Offering/IPO) hingga kini.
Ia menyampaikan, hal itu pada pencatatan saham PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).
"NFCX ini adalah perusahaan digital yang kedua yang melantai di bursa. Walaupun mereka belum unicorn, tapi ada keberanian masuk ke bursa di Indonesia," tutur dia di Gedung BEI, Kamis, 12 Juli 2018.
Rudiantara menuturkan, yang terpenting bagi unicorn untuk menjadi perusahaan terbuka (go public) adalah persoalan waktu dan penawaran yang juga ditawarkan atau diterima.
"Jadi ini hanya masalah waktu dan masalah size dari pada offering-nya sendiri," ujar dia.
Oleh karena itu, ia berharap perusahaan-perusahaan yang nilai valuasinya sudah melebihi USD 1 miliar untuk segera catatkan saham perdana di BEI. "Makanya saya berharap unicorn-unicorn lainnya berani masuk ke Bursa Efek Indonesia," ujar dia.
Seperti diketahui, unicorn merupakan istilah bagi perusahaan rintisan atau startup yang secara valuasi bisnis sudah capai angka USD 1 miliar. Diperkirakan di Indonesia, empat perusahaan rintisan yang menyandang gelar unicorn antara lain Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia dan Traveloka.