Liputan6.com, Jakarta - PT Astro Teknologi Internasional menjadi salah satu peserta Indonesia Startup Summit 2019 yang berlangsung di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (10/4/2019) dengan memamerkan produk unggulannya yaitu Astro Bike.
Apa itu Astro Bike ?
Wakil CEO PT Astro Teknologi Internasional, Syahrul Awaludin S menuturkan, Astro Bike merupakan perangkat portabel yang dapat menyulap sepeda biasa menjadi sepeda listrik. Perangkat ini dibanderol dengan harga sekitar Rp 5 juta.
"Tujuannya untuk mengembalikan budaya bersepeda," kata dia saat berbincang dengan Merdeka.com di lokasi.
Baca Juga
Advertisement
Desain Astro Bike dipasang tanpa merusak tampilan asli sepeda dengan menggunakan teknologi bluetooth connection, multi- function app, auto protection, dan auto shut-down.
Untuk penggeraknya menggunakan HI-Speed BLDC Planetary Gear Hub 3350W. Sedangkan sumber tenaga menggunakan baterai Lithium-Ion/48V 6700mAh dengan pengendali Kontroller BLDC/ V 1.3.
Uniknya lagi, perangkat tersebut dapat dikontrol dan dikendalikan melalui aplikasi yang terpasang di telepon pintar pengguna sepeda.
"Kontrol by smartphone untuk monitoring, baterai, kalori, kecepatan, mapping, tips perawatan itu by aplikasi," ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sepeda Dapat Dikemudikan dengan 3 Mode
Dia mengungkapkan, dengan menggunakan perangkat Astro Bike, sepeda dapat dikemudikan dengan 3 mode.
Pertama adalah sport dengan mode yaitu dengan cara digowes seperti biasa. Kedua, hybrid yaitu kekuatan gowes menjadi lebih kuat dan ringan karena dibantu oleh gerakan dinamo.
Ketiga, menggunakan gas seperti sepeda motor sehingga sepeda dapat berjalan tanpa harus digowes. Astro Bike mendukung kecepatan maksimal hingga 40 km/jam dengan kekuatan baterai bertahan selama 1 jam.
Usaha yang didirikan lima orang mahasiswa di Yogyakarta sejak 2015 tersebut kini tengah mencari suntikan dana dari investor. Syahrul mengungkapkan, pihaknya membutuhkan investasi ratusan juta untuk mengembangkan usaha.
"Saat ini ada investasi baru Rp 70 juta an. Dan dari pemerintah," ujar dia.
Harapannya, dengan adanya suntikan dana dari investor usahanya dapat menjangkau pasar yang lebih luas, meningkatkan produksi serta menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal.
"Karyawan semuanya 10, di Yogyakarta. Kita jual tahun 2018 100 unit," kata dia.
Advertisement
Tertinggal 10 Tahun, Pertumbuhan Startup RI Kini Mampu Lampaui Negara Lain
Sebelumnya, Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengungkapkan pertumbuhan usaha rintisan (startup) di Indonesia sangat pesat. Bahkan sudah melampaui negara Iran yang telah lebih dahulu mengembangkan startup.
Dia menuturkan jika awalnya Indonesia telah tertinggal selama 10 tahun dalam pengembangan startup. Sebagai contoh Iran yang telah mengembangkan startup sejak tahun 2004. Sementara di Indonesia, startup baru merebak sejak 2014.
Tidak mau tertinggal jauh, Menteri Nasir menuturkan mengatakan Indonesia rajin menimba ilmu terkait startup dari negara lain seperti Korea Selatan, Jepang hingga Eropa.
Bahkan Kemenristekdikti telah mengucurkan anggaran khusus untuk mendorong pertumbuhan startup di Indonesia. Tahun ini, anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 400 miliar.
“Sekarang di Indonesia, saya belajar di Korea Selatan, Jepang maupun negara Eropa lainnya. Setelah saya pelajari, saya baca potensi Indonesia yang besar dan mampu. Jadi saya laporkan ke Pak Jokowi dan menyampaikan sekarang dianggarkan khusus untuk startup,” kata dia dalam acara Indonesia Startup Summit, di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Semua usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil yang menggemberikan. Saat ini Kemenristekdikti mencatat ada 1.307 startup di bawah binaannya. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan perumbuhan Iran dalam 10 tahun.
“Dibandingkan dengan Iran, dia memulai tahun 2004. Kita ketinggalan jauh sampai pada 2014. Saya tanya berapa startup yang sudah dikembangkan jadi industri dalam 10 tahun. Akhirnya dari tahun ke tahun dan 2019 Indonesia menghasilkan 1.307 startup melebihi Iran dalam masa 10 tahun,” ungkapnya.
Dari 1.307 startup tersebut dibagi menjadi dua kategori. Yaitu perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT) yang sudah masuk industri dan calon perusahaan pemula berbasis teknologi.
"Yang 558 itu perusahaan pemula berbasis teknologi, yang sisanya adalah calon perusahan pemula berbasis teknologi," dia menambahkan.
Fakta tersebut membuat eksistensi startup di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Ini lompatan yang luar biasa dan yang selama ini tidak bisa kita abaikan begitu saja, betul - betul kita perhatikan. Dan dalam hal dalam daya saing, kita ini ada satu kenaikan yang luar biasa dalam riset dan inovasi. Ini yang selama ini tidak pernah mendapatkan perhatian yang serius," kata dia.