Liputan6.com, Jakarta - Sering merasa sedih dan bad mood belakangan ini? Sebaiknya kamu melihat-lihat lagi foto-foto yang sudah diunggah ke akun Instagram dalam beberapa hari ini.
Ya, disadari atau tidak, aktivitas media sosial ternyata dapat mengungkapkan banyak hal tentang keadaan pikiran dan kesehatan mental kita.
Advertisement
Dilansir Times of India, sebuah penelitian baru-baru ini bahkan telah mengungkapkan bahwa hal kecil seperti filter, pilihan kata pada caption atau judul, dan emoji yang kamu gunakan, dapat memberi tahu banyak tentang perasaan kamu.
Dua peneliti dari Universitas Vermont dan Universitas Harvard telah mengembangkan suatu algoritma yang mungkin dapat mengungkapkan tanda-tanda depresi hanya dari aktivitas media sosial.
Untuk penelitian mereka, yang diterbitkan dalam jurnal EPJ Data Science, para peneliti mensurvei sekitar 166 pengguna media sosial.
Mereka kemudian menerapkan algoritma yang mereka kembangkan pada 43.950 foto yang di-posting di Instagram.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Hasilnya?
Setelah menggabungkan hasilnya, ditemukan bahwa pengguna yang menunjukkan gejala depresi menggunakan filter warna biru, gelap dan abu-abu untuk foto mereka.
Mereka juga lebih cenderung menggunakan foto redup dan mem-posting gambar dengan lebih sedikit fitur wajah per fotonya.
Tidak hanya foto mereka yang tampak sedih, tetapi mereka juga lebih intens melakukan foto selfie.
Ini membuktikan bahwa mereka tidak menghabiskan waktu yang banyak bersama keluarga atau teman.
Mereka kemungkinan bahkan jarang bersosialisasi seperti sebelumnya.
Advertisement
Filter Inkwell
Penelitian ini juga menemukan bahwa mereka yang menderita depresi lebih cenderung menggunakan filter inkwell (hitam dan putih) di Instagram.
Sementara itu, pengguna yang tidak menunjukkan tanda-tanda depresi lebih suka menggunakan filter Valencia agar foto-foto mereka tampak lebih hangat dan lebih terang.
Menurut penelitian, algoritma kecerdasan buatan ini dapat mengidentifikasi depresi sebesar 70 persen dengan benar. Akurasinya jauh lebih baik 40 persen dari para dokter.
Yang menarik tentang penelitian ini adalah bahwa suatu algoritma (model komputer) mampu menemukan gejala depresi sebelum diagnosis klinis.
Ini berarti bahwa di masa depan, teknologi ini dapat digunakan untuk menjangkau orang yang menderita gangguan kesehatan mental.
Dengan algoritma ini, dokter bisa memberikan bantuan lebih cepat sehingga bisa menghindari diagnosis yang salah tentang penyakit depresi.
Reporter: Dream
Sumber: Dream.co.id
(Jek)