Liputan6.com, Banyumas - Seorang perempuan tua duduk di antara batang ketela yang tak sebegitu tinggi. Caping lebar menutup tubuhnya dari sengatan matahari yang begitu terik siang itu, saat ia menunggu keturunan seorang 'Priayi Ageng', Prabowo Subianto.
Namanya, Mbah Cani. Dia menyebut umurnya sembilan puluh kurang satu, alias 89 tahun. Ia adalah warga Dawuhan Kecamatan Banyumas, desa di mana para priyayi ageng masa lalu disemayamkan.
Ia cukup tahu diri untuk tak terlampau mendekat ke gerbang makam. Posisi duduk Mbah Cani sekitar 20 meter dari gerbang kompleks makam Yudhanegara II, pemakaman leluhur dan sanak saudara leluhur Prabowo Subianto.
Baca Juga
Advertisement
Menyebut Prabowo Subianto dengan istilah Priayi Ageng adalah cara Mbah Cani menghormati leluhur Prabowo di tanah Banyumas, sebagai keturunan adipati, tumenggung, yang garisnya bisa dilacak hingga raja-raja Mataram Islam.
Masa kecil warga Dawuhan, Banyumas, di masa Kolonial Hindia Belanda, membuatnya menyadari, betapa kasta mereka berbeda. Leluhur Prabowo adalah orang-orang besar, para penjabat kadipaten bergelar raden.
Sebaliknya, ia adalah petani yang beruntung kampungnya menjadi pemakaman para pejabat zaman kolonial itu. Sejak kanak-kanak, tak pernah sekali pun ia berani menginjak makam leluhur Prabowo Subianto yang dianggapnya keramat jika tak dipersilakan oleh sang juru kunci.
“Nggih kenal, piantunipun ingkang calon presiden. Kulo nuweni sengiyen, seniki koh badhe kepanggih malih, (Ya kenal. Orangnya yang calon presiden. Saya bertemu dulu, sekarang kok mau ketemu malih)," ujar Cani, Mei 2018.
Hanya Berani Mendekati Makam Ketika Diundang
Mbah Cani yakin, makam para pembesar di masa lalu itu wingit dan keramat. Ia hanya berani mendekat, kala diundang oleh "Putu wayah" atau keturunan para pembesar itu.
Sisi keramat makam leluhur Prabowo Subianto di Dawuhan ini ternyata tak hanya dirasakan oleh Mbah Cani. Orang-orang pun tak sembarangan di sekitar kompleks makam.
Kompleks makam Yudhanegara II ini juga dijaga juru kunci. Usianya, kurang lebih sama dengan Mbah Cani, hanya beda tiga tahun.
Sang juru kunci Makam Yudhanegara II, Hadi Waluyo berusia 92 tahun. Usia yang memastikan bahwa Hadi sempat menyaksikan bahwa keluarga Prabowo Subianto di Banyumas adalah ningrat atau elite di Kadipaten Banyumas.
Hadi menyebut, Prabowo Subianto juga memiliki silsilah dengan Joko Kaiman, sang Adipati Mrapat, yang membagi Banyumas menjadi empat kadipaten atau kabupaten, yakni, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga.
Di kompleks makam ini, selain Tumenggung Yudhanegara II, bersemayam pula Tumenggung Dipayuda, Bupati Purbalingga pertama, Nyai Ajeng Kemasan, ibu Patih Sultan Yogyakarta I, dan Raden Ayu Tumenggung Kartanegara II.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement
Cucu yang Paling Rajin Berziarah
Jenazah para pembesar masa lalu di kompleks makam tersebut juga masih berkerabat dekat. Di antaranya Raden Ngabehi Dipajoeda I, Bupati Banjarnegara, hingga Raden Mas Margono Djojohadikusumo (16 Mei 1894-25 Juli 1978) pendiri Bank Negara Indonesia, yang juga kakek Prabowo dari garis ayahandanya, Sumitro Djoyohadikusumo.
Hingga akhir 1970-an tak sembarang orang berani memasuki kompleks makam tersebut. Hanya keluarga yang diperbolehkan berziarah di kompleks makam ini.
Namun, perlahan rasa segan itu terkikis. Bertambah tahun, semakin banyak orang di luar garis keturunan Yudhanegara II yang berziarah.
Umumnya lantaran motif kekuasaan. Barangkali, peziarah ingin ketularan garis keturunan "Priayi ageng".
Sebaliknya, sang keturunan langsung, Prabowo Subianto justru disebut jarang berziarah. Seingat Hadi Waluyo, Prabowo baru empat atau lima kali berziarah ke makam leluhurnya itu.
Yang kerap berziarah adalah adik Prabowo, Hasyim Djoyohadikusumo. Hashim disebut meneruskan tradisi bapaknya, Sang Begawan Ekonomi Indonesia, Soemitro Djoyohadikusumo, yang juga rutin berziarah ke makam ayah, sekaligus kakek dan nenek moyangnya.
Banyumas, bagi Prabowo Subianto, memiliki arti khusus. Di tanah ngapak ini lah, leluhurnya bermuasal.
"Raden-raden pasti memiliki pertalian darah karena dulu (kekuasaan) kan lewat keturunan. Raden Yudhanegara memiliki garis keturunan dengan Joko Kaiman," Hadi menjelaskan.