Liputan6.com, Batam - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengatasi pencemaran di sejumlah kawasan perairan di Batam.
Sejumlah kawasan perairan di Batam tercemar limbah minyak. Ini dapat ditemui di sejumlah resort di Batam.
Pengelola Resort Turi Beach Ahmad mengatakan, sejumlah bagian di pantai tercermar minyak limbah sejak Selasa sore 9 April 2019. Dampak kawasan tersebut tercemar makin terlihat.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi ini juga mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Batam terutama yang ingin berlibur di resort-resort. Pada tahun lalu saja, menurut Ahmad, banyak tamu resort yang mengeluh dan membatalkan kunjungan wisata. Hal ini karena para wisatawan juga mengetaui dari media sosial.
Pihaknya pun telah membersihkan sekitar 165 karung limbah minyak dari kawasan resort Batam. Jumlah tersebut menurut Ahmad akan terus bertambah. "Biasanya ratusan karung. Tahun lalu kami kumpulkan sampai ribuan karung," ujar dia, seperti ditulis Kamis (11/4/2019).
Ia mengatakan, limpahan limbah ini menjadi fenomena tahunan di Batam. Pada 2019, pencemaran tersebut terlihat sejak Februari.
Selanjutnya
Pihaknya pun berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Batam untuk membersihkan limbah di kawasan perairan Batam.
"Antara Januari sampai April, efek dari tahun lalu saja masih ada, pasirnya jadi cokelat, sekarang ada lagi. Kita bersama dengan DLH Batam untuk membersihkan ini, " kata Ahmad.
Sementara itu Staff Satuan kerja (Satker ) Kementrian Kelautan dan Perikanan bidang Tata Ruang Pulau Pulau dan Laut Kanwil Provinsi Kepri, Rika mengatakan, pihaknya mendapatkan tugas untuk turun memonitor kondisi pantai Nongsa, Batam.
Pihaknya juga mendapatkan laporan langsung dari masyarakat terkait pencemaran di kawasan perairan Batam. Pihaknya belum ketahui dampak dari pencemaran.
"Kami mendapatkan perintah dari Pusat untuk turun ke lokasi mengambil sampel limbah, " kata Rika di lokasi Pantai Turi Beach Resort, Nongsa Batam.
Ia menuturkan, memang bau minyak tercium di tengah laut dan belum ada kerusakan. Akan tetapi, minyak tersebut dapat menempel.
Advertisement
Indonesia Jadi Sorotan Dunia Karena Konsisten Bela Lautan
Sebelumnya, Indonesia menjadi sorotan di ajang Monaco Ocean Week 2019 berkat ketegasan dalam melindungi lautan dan mempromosikan ekonomi biru (blue economy). Upaya ini dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mengirim lima delegasi ke acara tersebut.
Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL), Brahmantya Satyamurti Poerwadi. Ia berharap ada langka nyata dari segala pihak dalam melindungi perairan yang dilindungi (Marine Protected Area/MPA) demi melawan perubahan iklim.
"Kita juga membahas aksi-aksi yang bisa kita lakukan untuk membangun political willingnessdari pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat di tiap-tiap negara supaya tantangan akan perlindungan spesies lintas-batas dapat diatasi,” ucap Brahmantya seperti dikutip rilis Kementerian KKP, Selasa, 9 April 2019.
Isu lautan lain yang Indonesia sorot adalah mengenai maraknya perdagangan dan konsumsi terumbu karang secara ilegal, terutama di Hong Kong dan China. "Kondisi ini tentu mengancam keberlanjutan ikan karang kita dan secepatnya harus kita hentikan,” ujar Brahmantya.
Sementara itu, dalam Pertemuan Tingkat Tinggi (PTT) Lembaga Penelitian Kelautan Eropa, Indonesia berkesempatan menjadi satu-satunya negara Asia dalam forum yang membahas tentang bagaimana membangun hubungan yang kuat antara ilmu pengetahuan, masyarakat dan politik untuk dapat menentukan masa depan ilmu pengetahuan di Eropa.
Menurut Menteri Susi, aksi Indonesia di Monaco Ocean Week adalah bentuk konsistensi Indonesia dalam memperjuangkan lautan. Sebelumnya, Indonesia melakukan hal serupa di Our Ocean Conference 2018 di Bali.
“Komitmen itu kembali kita buktikan dengan peran Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan Our Ocean Conference 2018 di Bali dan kepemimpinan bersama sebagai ketua International Coral Reef Initiative (ICRI) periode 2018-2020,” ucap Menteri Susi.
Monaco Ingin Bantu Indonesia
Didier Zocolla, peneliti dari Centre Scietifique de Monaco (CSM), menyampaikan bahwa Monako berkomitmen untuk membantu penelitian pengelolaan terumbu karang di beberapa negara. Kesempatan ini menjadi peluang kerjasama bagi Indonesia dan Monaco dalam pengelolaan terumbu karang di Indonesia.
“Selain itu, Indonesia juga akan terus mengangkat isu Life Reef Fish Food Trade (LRFFT) dan pengelolaan konservasi terumbu karang berkelanjutan pada forum-forum internasional yang diikuti oleh ICRI,” lengkap Brahmantya.
Hal itu akan turut didorong dengan kesepakatan yang dicapai oleh para peneliti terkait terumbu karang di pertemuan World Coral Conservatoire Workshop. Mereka menyepakati untuk mengembangkan kerangka kegiatan penelitian karang, ruang lingkup, dan lokasinya. Indonesia, dalam hal ini, menjadi salah satu negara yang diusulkan sebagai lokasi project yang akan dilaksanakan.
Advertisement
Tawarkan Kerja Sama
Selain mengikuti berbagai pertemuan dalam forum, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Sjarief Widjaja, melakukan petemuan bilateral dengan Center Scientifique de Monaco (CSM). Mewakili KKP, ia mengajukan 4 proposal penelitian, concept paper, dan pengelolaan akuarium untuk dipertimbangkan oleh CSM.
“Kita harapkan, nantinya berbagai program yang ada di dalam proposal itu bisa dilaksanakan bersama-sama antara peneliti Monako dan Indonesia,” ucap Sjarief.
Ia juga menawarkan 2 fasilitas pusat penelitan dan peralatan di Indonesia yang dapat dimanfaatkan bersama oleh kedua negara untuk mempercepat penanggulangan isu-isu kelautan dan perikanan global yang tengah mengancam saat ini.
“Kita punya Pangandaran Integrated Aquarium and Marine Resarch Institute (PIAMARI) di Pangandaran dan Morotai Integrated Aquarium and Marine Research Institute (MIAMARI) di Morotai. Ini dapat kita gunakan bersama untuk mencapai penelitian bersama,” ujarnya.
Selanjutnya, KKP akan menyampaikan daftar fasilitas yang dimiliki secara detail beserta dengan kualifikasi keahlian yang dimiliki untuk diproses lebih lanjut.