Menteri Susi Kampanye Gemar Makan Ikan di Tasikmalaya

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti memaparkan sejumlah manfaat dengan mengonsumsi ikan.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Apr 2019, 11:07 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti safari kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan dan Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina (Foto: Dok Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti memaparkan sejumlah manfaat dengan mengonsumsi ikan.

Hal ini ia sampaikan saat melanjutkan safari kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) dan Gerakan Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina (Gemasatukata) di Jawa Barat.

Kali ini, Susi menyapa masyarakat Kota Santri, Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya di tiga Pondok Pesantren (Ponpes). 

Susi menyebutkan, ikan mackarel konsumsi sengaja diberikan agar para santri dan masyarakat dapat menikmati ikan laut yang jarang dikonsumsi.

Lantaran Kota dan Kabupaten Tasikmalaya tidak memiliki laut, pantai, sehingga biasanya hanya mengonsumsi ikan air tawar hasil budidaya.  

Kendati demikian, Susi menegaskan ikan air laut maupun ikan air tawar memiliki kandungan gizi yang sama-sama baik bagi tubuh.

"Kandungan gizi ikan laut dan ikan air tawar sama saja. Tidak ada bedanya," cetus Susi, dalam keterangan tertulis, Kamis (11/4/2019). 

Dalam kunjungan kerja tersebut, Susi dan rombongan menyerahkan bantuan berupa 1 ton ikan konsumsi, 12 lubang budidaya sistem bioflok, 100.000 ekor benih nila, dan 1 ton pakan mandiri. 

Selain itu, KKP juga menyerahkan bantuan 1 ton ikan konsumsi, 24 lubang budidaya sistem bioflok, 100.000 ekor benih ikan nila, dan 1 ton pakan mandiri di Ponpes Suryalaya.

Bantuan sarana budidaya lengkap dengan bibit dan pakan sengaja diberikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi santri di masing-masing Ponpes.

Sebagaimana diketahui, Ponpes An Nur Jarnauziyyah memiliki 125 santri mondok, Ponpes Suryalaya 6.000 santri mondok, dan Ponpes KH. Zainal Musthafa Sukamanah 5.000 santri mondok.

Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, Susi berharap agar hasil budidaya yang ditekuni dapat berlebih untuk dijual. Menurut dia, manajemen budidaya ikan di Ponpes ini dapat menjadi pelajaran wirausaha bagi para santri yang ingin menekuni usaha budidaya. 

"Jika dikelola dengan baik, 1 lubang bioflok ini bisa menghasilkan 1 ton ikan dengan pemeliharaan selama 100 hari," ungkap Susi.

Dalam sambutannya, para pemimpin ketiga Ponpes tersebut berterima kasih atas bantuan dan kepedulian dari KKP. Ketiganya pun terharu bahkan sampai berlinang air mata menerima perhatian dari Susi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pangan dari Ikan

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti safari kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan dan Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina (Foto: Dok Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Susi berpendapat, selain untuk mencegah gangguan pertumbuhan (stunting), mengonsumsi ikan juga membantu membangun sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkualitas.

"Apa yang sudah dilakukan orang Jawa Barat, (mengonsumsi) pepes, sop ikan, kebiasaan makan ikan sehari-hari diteruskan," lanjutnya.

Susi mengatakan, populasi penduduk dunia yang terus meningkat membuat seluruh bangsa menghadapi tantangan pemenuhan kebutuhan pangan. Bukan tidak mungkin akan terjadi krisis atau rawan pangan di masa mendatang.

Ikan sebagai salah satu sumber pangan yang kaya kandungan gizi dan relatif lebih mudah didapatkan diprediksi akan menjadi rebutan.

Sebagaimana hasil penelitian organisasi pangan dunia FAO, satu dari lima ikan yang dikonsumsi di dunia saat ini berasal dari kegiatan illegal fishing. Sementara itu, negara penghasil ikan mulai menggunakan kekuatan militer untuk mengamankan sumber daya ikan mereka.

Di Indonesia, pada 2017 untuk memenuhi kebutuhan pangan 265 juta warga negaranya dibutuhkan 12,6 juta ton ikan.

Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk 0,6 persen dan angka konsumsi ikan 50 kg per kapita, diproyeksikan pada 2045 mendatang, untuk memenuhi kebutuhan 318 juta warga negara Indonesia dibutuhkan 15,9 juta ton ikan.

Oleh karena itu, tak hanya di laut, penangkapan ikan yang bertanggung jawab juga harus dilakukan di semua perairan, baik danau, sungai, embung, dan sebagainya.

Untuk itu, Susi mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan penangkapan yang merusak dengan bom, portas, dinamit, setrum, dan sebagainya.

"Ibu dapat kabar, banyak masyarakat yang menangkap ikan di sungai dengan menggunakan setruman. Itu tidak boleh karena bisa bikin ikannya semua mati," kata Menteri Susi.

"Tuhan menganugerahi kita sumber daya ikan yang tidak usah susah-susah pelihara kok dirusak, diambil semena-mena?"

Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak menangkap kepiting, rajungan, dan lobster bertelur dan di bawah ukuran (undersize) agar dapat berkembang biak di alam.

Berkat upaya penegakan kedaulatan dan pengelolaan sumber daya perikanan dengan prinsip keberlanjutan yang diterapkan pemerintah, Susi menuturkan, stok ikan lestari (maximum sustainable yield/MSY) di laut Indonesia kian membaik. MSY Indonesia yang tercatat 7,31 juta ton pada 2013 meningkat hingga 12,5 juta ton di 2016.

Kini diperkirakan MSY telah melampaui 13 juta ton. Dampaknya neraca perdagangan perikanan Indonesia berhasil menjadi yang nomor 1 di Asia Tenggara. Baru-baru ini Indonesia tercatat menjadi negara pemasok tuna terbesar di dunia.

"Ketegasan kita juga membuat laut Indonesia menjadi yang paling ditakuti di dunia," ucap Susi.

"Kalau adik-adik ke Pangandaran bisa lihat kapal terdampar, sebenarnya bukan terdampar tapi didamparkan sebagai monumen bukti kepada anak cucu kita, bagaimana kita menjaga kedaulatan laut."


Selanjutnya

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membuka Banyuwangi Underwater Festival 2019 di Pantai Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. (Dok KKP)

Susi melanjutkan, setiap masyarakat Indonesia hendaklah tegas dan berani menjaga apa yang menjadi haknya tanpa takut pada kekuatan atau tekanan.

Seperti yang dilakukannya dalam pemberantasan illegal fishing yang disebutnya tak jarang mendapat tantangan berbagai pihak.

"Tuhan yang memberi saya hidup, Tuhan pula yang boleh mengambil dan mengatur hidup saya. Takut hanya kepada Tuhan dan kematian karena bisa datang kapan saja. Mumpung kita hidup, selagi kita diberi Tuhan amanah, hidup ini gunakan sebaik-baiknya bagi kemaslahatan bangsa, terutama bagi saya yang merupakan pejabat negara," paparnya.

Kepada para santri, Susi berpesan untuk menjalani hidup dengan ikhlas meskipun hidup di Ponpes kadang banyak menemui keterbatasan atau hambatan. Menurut dia, keihklasan merupakan kunci untuk meraih kecukupan dari Tuhan.

"Begitu kita ikhlas, kita mendapatkan apa yang kita butuhkan. Hal itu terjadi pada diri saya. Hidup merdeka, mandiri, tidak bergantung pada siapa-siapa dalam membesarkan anak. Alhamdulillah, bisa mandiri tanpa perlu menjual integritas. Bisa hidup selalu merasa cukup dan yang paling penting selalu bahagia. Itu rahasia Ilahi. Cukup kawan, cukup teman, cukup cinta dari orang-orang, dan cukup materi, Alhamdulillah," cerita Susi.

Ketulusan dan keikhlasan akan memberi manusia kebahagiaan karena kebahagiaan bukan hanya ditentukan seberapa banyak materi yang dimiliki, tetapi juga semangat dan tenaga yang mampu menghilangkan lelah dan keluh kesah.

Ia menilai, pendidikan agama yang diperoleh di Ponpes maupun instansi pendidikan formal dan non-formal lainnya, dapat menyelamatkan manusia dari pengaruh buruk globalisasi dan digitalisasi.

Manusia tidak dapat membendung globalisasi, namun dapat menyesuaikan diri dengan meningkatkan kapasitas dan kemampuan agar tidak kalah dengan digitalisasi.

Terakhir, Susi kembali mengingatkan masyarakat untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai baik kresek, sedotan, botol kemasan, kemasan makanan, dan sebagainya yang dapat mencemari laut dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya