Kini Ada GPS Peringatan Dini Tsunami

Sejumlah peneliti asal Jerman telah mengumpulkan data GPS dari gempa besar yang terjadi di Fukushima, Jepang tahun lalu.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Apr 2012, 13:18 WIB
Liputan6.com, Wina: Sejumlah peneliti asal Jerman telah mengumpulkan data GPS dari gempa besar yang terjadi di Fukushima, Jepang tahun lalu. "Saat gempa Fukushima, kami menganalisa lebih dari 500 stasiun GPS. Hanya dalam waktu tiga sampai empat menit didapatkan data terkait estimasi magnitude gempa yaitu 9.0 dan dapat memicu tsunami," kata Andrey Babeyko, ilmuwan dari German Research Centre for Geosciences (GFZ) di Potsdam.

Babeyko yang memaparkan hasil studinya dalam konferensi European Geosciences Union di Wina menjelaskan, jika gempa terjadi di dekat pantai, butuh waktu 20-30 menit sebelum tsunami sampai di darat. Dengan GPS, pengukuran bisa dilakukan dengan lebih cepat, bahkan saat gempa masih terjadi, skala gempa sudah mulai dihitung.

Proses identifikasi yang cepat dan akurat untuk gempa dengan magnitude 6,0 atau yang lebih kuat penting artinya untuk tindakan tanggap bencana dan proses mitigasi. Terutama jika berpotensi terjadi tsunami. Perhitungan kekuatan tsunami membutuhkan pengetahuan yang detil terkait ukuran gempa dan gerakan daratan yang ditimbulkan. Data seperti itu sulit didapat dengan instrumen seismologis tradisional, apalagi untuk skala gempa yang besar.

Saat gempa Jepang Maret tahun lalu, otoritas setempat butuh waktu 20 menit untuk mendapatkan skala gempa dan peringatan tsunami. Jika peringatan bisa dikeluarkan lebih cepat tentunya akan menekan jumlah korban.

Badan Antariksa Amerika Serikat NASA juga akan memanfaatkan data GPS untuk sistem monitoring gempa besar di Amerika Serikat. NASA juga menyiapkan proses uji coba jaringan real-time yang melibatkan sedikitnya 500 sensor. Sensor-sensor tersebut akan diposisikan di garis pantai Pasifik di Negara Bagian California, Oregon, dan Washington.

Rencana ini bertujuan untuk mengenali karakteristik lokasi dan magnitude gempa dalam hitungan menit sehingga memudahkan penanganan bencana. Teknologi ini juga diharapkan dapat memberi perkiraan dengan lebih baik terkait adanya tsunami yang mungkin terjadi setelah gempa di lepas pantai.

Sistem ini dinamai Real-Time Earthquake Analysis for Disaster Mitigation Network, atau disingkat Readi. Data GPS, yang menyediakan informasi posisi dari menit ke menit, telah dikumpulkan secara ekstensif sejak beberapa tahun lalu untuk menganalisa dampak gempa sesaat setelah terjadi.

Deteksi gempa dengan GPS pertama kali didemonstrasikan dalam gempa Aceh tahun 2004. Penelitian tersebut dilakukan oleh Geoffrey Blewitt dan rekan-rekannya dari University of Nevada, dengan didukung NASA.(NatGeo/ADO)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya