Kegiatan Dunia Usaha Meningkat pada Kuartal I 2019

Kegiatan dunia usaha pada kuartal I 2019 diindikasikan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Apr 2019, 11:56 WIB
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 akan berada di kisaran 5-5,4 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan dunia usaha pada kuartal I 2019 diindikasikan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya.

Hal ini tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) pada kuartal I 2019 sebesar 8,65 persen, lebih tinggi dari 6,19 persen pada kuartal IV 2018.

Peningkatan kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan khususnya pada subsector pertanian tanaman bahan makanan sejalan dengan masuknya periode musim panen.

Pada sektor itu SBT mencapai 2,43 persen. Ini didorong faktor musiman tibanya musim panen khususnya pada subsector pertanian tanaman bahan makanan. Demikian mengutip laman Bank Indonesia, Kamis (11/4/2019).

Peningkata kegiatan usaha paling tinggi selanjutnya terjadi pada sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan (SBT 1,93 persen) dan jasa-jasa (SBT 1,49 persen). Hasil SKDU juga mencatat peningkatan kegiatan usaha pada sektor industri pengolahan dengan SBT sebesar 1 persen.

Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, hasil SKDU mengindikasikan penggunaan kapasitas produksi dan tenaga kerja pada kuartal I 2019 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Kapasitas produksi terpakai pada kuartal I 2019 secara rata-rata sebesar 76,10 persen, lebih tinggi dibandingkan 75,18 persen pada kuartal sebelumnya.

Berdasarkan sektor ekonomi, kapasitas produksi terpakai paling tinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih, rata-rata sebesar 79,91 persen.

Sementara itu, penggunaan kapasitas produksi paling rendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 71,41 persen.

Dari sisi keuangan, kondisi likuiditas dan rentabilitas dunia usaha tetap baik, disertai dengan akses terhadap kredit perbankan yang relatif mudah.

Kondisi keuangan perusahaan pada kuartal I 2019 secara umum masih terjaga, tercermin dari saldo bersih (SB), kondisi likuiditas perusahaan sebesar 26,68 persen.

Sebagian besar responden SKDU (61,66 persen) menjawab kondisi likuiditas perusahaan pada kuartal I 2019 cukup baik.

Sementara itu, sebesar 32,51 persen responden menjawab kondisi likuiditas pada kuartal I 2019 lebih baik dibandingkan periode sebelumnya dan hanya 5,83 persen responden yang konfirmasi kondisi likuiditas yang lebih buruk dibandingkan periode sebelumnya.

Sejalan dengan kondisi likuiditas, kemampuan perusahaan mencetak laba pada kuartal I 2019 tetap terjaga dengan SB sebesar 23,73 persen.

Sebanyak 61,16 persen responden menjawab kondisi rentabilitas perusahaan pada kuartal I 2019 cukup baik.

Sementara itu, sebesar 31,29 persen responden menjawab kondisi rentabilitas pada kuartal I 2019 lebih baik dibandingkan periode sebelumnya dan hanya 7,56 persen responden yang mengkonfirmasi kondisi rentabilitas yang lebih buruk dibandingkan periode sebelumnya.

Dari aspek kemudahan akses kredit bank, responden menilai akses kredit perbankan pada kuartal I 2019 masih relatif murah.

SB akses kredit selama tiga bulan terakhir sebesar 6,05 persen, meski sedikit lebih rendah dari SBD 6,26 persen pada periode sebelumnya.

Ini sejalan dengan kondisi keuangan perusahaan yang relatif terjaga, sebagian besar (84,10 persen) responden konfirmasi, akses kredit perbankan pada kuartal I 2019 berada pada kondisi normal.

Sementara itu, sebesar 10,97 persen responden menjawab akses kredit bank pada kuartal I 2019 lebih mudah, dan sebesar 4,92 persen responden menilai akses kredit perbankan pada kuartal I 2019 lebih sulit dibandingkan periode sebelumnya.

 


Tenaga Kerja hingga Investasi

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di kisaran 5,1 persen hingga 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, penggunaan tenaga kerja pada kuartal I 2019 terindikasi meningkat dengan SBT sebesar 2,37 persen lebih tinggi dibandingkan 1,94 persen pada kuartal IV 2018.

Berdasarkan sektor ekonomi, penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor industri pengolahan (SBT 0,70 persen) sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha sektor manufaktur. Penggunaan tenaga kerja paling tinggi selanjutnya terjadi pada sektor jasa dengan SBT sebesar 0,49 persen.

Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan kegiatan usaha yang ekspansif penggunaan jumlah tenaga kerja pada kuartal II 2019 diperkirakan kembali meningkat. Kondisi ini terindikasi dari SBT jumlah tenaga kerja kuartal II 2019 sebesar 4,84 persen, meningkat dari 2,37 persen pada kuartal I 2019.

Berdasarkan sektor ekonomi, penggunaan tenaga kerja paling tinggi diperkirakan terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan SBT masing-masing sebesar 1,09 persen dan 1,08 persen.

Kegiatan investasi pada kuartal I 2019 terindikasi meningkat, meskipun tidak setinggi periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT investasi kuartal I 2019 sebesar 9,62 persen, lebih rendah dibandingkan SBT 10,51 persen kuartal sebelumnya.

Berdasarkan sektor lapangan usaha, peningkatan kegiatan usaha, investasi pada kuartal I 2019 terutama terjadi pada sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan serta sektor industri pengolahan dengan SBT masing-masing sebesar 2,07 persen dan 1,79 persen.


Harga Jual hingga Inflasi

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Pemerintah menargetkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,3 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk harga jual, tekanan harga jual pada kuartal I 2019 terindikasi menurun dengan nilai SBT sebesar 15,34 persen lebih rendah dibandingkan 17,41 persen pada periode sebelumnya.

Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan tekanan kenaikan harga jual terutama terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan SBT 1,84 persen lebih rendah dibandingkan SBT 4,14 persen pada kuartal IV 2018, sejalan dengan meningkatnya pasokan pada periode panen raya.

Tekanan kenaikan harga jual diperkirakan meningkat pada kuartal II 2019 dengan SBT sebesar 17,66 persen. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musiman Ramadan dan Idul Fitri.

Berdasarkan rincian sektor ekonomi, tekanan kenaikan harga diperkirakan terjadi terutama pada sektor Industri Pengolahan dengan SBT sebesar 4,72 persen, naik dari 3,84 persen pada kuartal I 2019.

Kemudian inflasi. Berdasarkan hasil survei periode kuartal I 2019, responden memprakirakan rata-rata inflasi pada tahun 2019 sebesar 3,49 persen (yoy). Prakiraan tersebut masih berada dalam rentang sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen.

Berdasarkan sektor ekonomi, prakiraan tingkat inflasi paling tinggi ditunjukkan oleh responden di sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (rata-rata sebesar 3,60 persen). Sementara prakiraan inflasi paling rendah ditunjukkan oleh responden di sektor Jasa-jasa yaitu secara rata-rata sebesar 3,44 persen.

 


Perkiraan Kuartal II

Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) optimistis ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Responden memperkirakan peningkatan kegiatan usaha terus berlanjut pada kuartal II 2019. Hal ini terindikasi dari SBT prakiraan kegiatan usaha yang meningkat menjadi sebesar 21,42 persen.

Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan kegiatan usaha diperkirakan terjadi pada seluruh sektor, dengan peningkatan tertinggi pada sektor jasa-jasa dan industri pengolahan.

Ini sejalan dengan optimisme peningkatan kegiatan usaha tersebut, tingkat penggunaan tenaga kerja dan investasi dunia usaha pada kuartal II 2019 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan kondisi pada kuartal I 2019.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya