Liputan6.com, Jakarta - Riset yang dilakukan oleh CSIS dan Tenggara Strategics mengestimasi bahwa Grab memberikan kontribusi Rp 48,9 triliun ke perekonomian Indonesia pada 2018. Kontribusi ini diberikan melalui empat lini usaha yaitu yakni GrabBike, GrabCar, GrabFood dan Kudo.
Survei yang dilakukan di lima kota di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar ini dilakukan kepada 3.418 responden yang dilakukan dari November hingga Desember 2018 terhadap pendapatan mereka yang diperoleh melalui platform Grab.
GrabFood adalah penyumbang terbesar, diikuti oleh GrabBike dan GrabCar. Sementara itu, Kudo telah memberikan dampak signifikan di kota-kota tingkat kedua dan ketiga di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
ketua tim peneliti, Yose Rizal Damuri, yang juga Kepala Departemen Ekonomi CSIS mengatakan, pendapatan yang ada di dalam sektor informal di Indonesia sangat rendah, dan bahkan lebih rendah daripada UMP. Salah satu penyebabnya adalah karena rendahnya permintaan terhadap produk dan jasa sektor informal.
"Penggunaan dan pemanfaatan teknologi, dalam hal ini Grab, dapat membantu mempertemukan dan menghasilkan permintaan terhadap produk dan jasa pekerja informal tersebut, sehingga pendapatan yang didapatkan bisa meningkat,” kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (11/4/2019).
Dalam riset tersebut, CSIS dan Tenggara Strategics memperkirakan bahwa GrabFood memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp 20,8 triliun dari Rp 48,9 triliun. Demikian juga, GrabBike dan GrabCar berkontribusi masing-masing Rp 15,7 triliun dan Rp 9,7 triliun.
Kudo melalui jaringan agennya menciptakan kontribusi ekonomi sebesar Rp 2,7 triliun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Meningkatkan Produktivitas
Berdasarkan survei, rata-rata pendapatan mitra pengemudi GrabBike dan GrabCar di 5 kota meningkat sebesar 113 persen dan 114 persen, menjadi Rp 4 juta dan Rp 7 juta per bulan, setelah bermitra dengan Grab.
Untuk GrabBike, 50 persenn mitra pengemudi memiliki pendapatan pada kisaran Rp 3 – Rp 5 juta setelah bermitra. Sebelumnya, hanya 22 persen dari mitra pengemudi yang memiliki pendapatan pada kisaran ini.
Lebih lanjut, terdapat 18 perse mitra pengemudi yang berada pada kelompok pendapatan Rp 5 – Rp 7 juta setelah bermitra dengan GrabBike.
Berdasarkan temuan ini, CSIS-Tenggara Strategics menyimpulkan bahwa mayoritas mitra GrabBike memiliki tingkat pendapatan 135 persen di atas rata-rata pengusaha informal dan 208% di atas pekerja bebas, seperti dicatat oleh BPS.
Advertisement
Tahun Ini, Grab Targetkan Kembali Kantongi Dana Rp 28 Triliun
Sebelumnya, Grab menargetkan dapat mengumpulkan USD 2 miliar (setara dengan Rp 28 triliun)lagi dari investor strategisnya untuk tahun ini. Hal tersebutdiutarakan oleh CEO Grab Anthony Tan.
Menariknya, pernyataan itu ia sebutkan beberapa minggu setelah mengumumkan pendanaan lebih dari USD 4,5 miliar.
BACA JUGA
"Kami berharap dapat meningkatkan USD 6,5 miliar dari total modal tahun ini," kata Anthony seperti dilaporkan Reuters via Merdeka, Senin (8/4/2019).
Dilanjutkannya, pendanaan tersebut akan menjadi campuran antara hutang dan ekuitas.
Dirinya juga menambahkan bahwa Grab sedang mencari cara untuk memperluas bisnisnya dengan cepat dalam layanan keuangan dan pengiriman makanan.
Selain itu, langkah Grab selanjutnya adalah akan melakukan akuisisi atau investasi setidaknya di enam perusahaan.
Putaran pendanaan Grab yang besar dimulai tak lama setelah membeli operasi Uber di Asia Tenggara pada Maret 2018 dan sebagai imbalannya, Uber mengakuisisi 27,5 persen saham di bisnis Grab.