Liputan6.com, Jakarta - Seorang dokter gigi berbagi kisah tentang pentingnya kesehatan gigi anak-anak. Ia menyebarkannya melalui Facebook sebagai peringatan untuk para orangtua.
Seperti dikutip dari Asia One, Kamis (11/4/2019), Sathian Ken Suravisankul, seorang dokter gigi dari klinik Smile Station yang berbasis di Phuket, berbagi kasus di mana ia harus mengekstrak 18 gigi anak laki-laki berusia empat tahun gara-gara si bocah menolak menyikat gigi usai minum susu.
Advertisement
Posting itu dibagikan lebih dari 35.000 kali tak lama diunggah di dunia maya.
Dalam posting tersebut, dokter gigi itu menulis bahwa ia merasa tidak enak pada bocah yang akhirnya hanya memiliki dua gigi setelah proses pencabutan giginya yang rusak. Anak itu hanya memiliki gigi di kedua sisi rahangnya, yang mempengaruhi cara makannya untuk saat ini.
Belakangan terungkap bahwa bocah itu sering tertidur dengan botol susu di mulut setelah selesai minum. Karena dia tidak menyikat gigi setelah makan, maka giginya pun mulai membusuk.
Ken tidak menyalahkan orangtua anak laki-laki itu untuk kejadian ini, karena dia mengerti bahwa orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Dia hanya menekankan bahwa kerusakan gigi bukan hanya disebabkan oleh susu tetapi banyak faktor lain seperti tingkat air liur.
Dokter gigi itu juga menyarankan orangtua untuk tidak membiarkan anak-anak mereka menggunakan botol susu dan dot dalam waktu yang lama, dan mendorong mereka untuk mengajari anak-anak mereka pentingnya menggosok gigi secara teratur.
Dokter Cabut 232 Gigi dari Mulut Remaja India
Bicara soal gigi, tim dokter di India mencabut 232 buah dari mulut seorang seorang remaja India berusia 17 tahun. Dalam operasi berdurasi panjang, yang berlangsung 7 jam.
Ashik Gavai, nama remaja itu, dilarikan ke rumah sakit karena pembengkakan di rahang kanannya. Demikian ujar Dr Sunanda Dhiware, kepala klinik gigi JJ Hospital, Mumbai kepada BBC.
Pasien mengaku menderita rasa sakit tak terperi di bagian mulut dan gigi selama 18 bulan. Anak desa itu dibawa ke rumah sakit di kota besar, setelah dokter setempat gagal untuk mengidentifikasi penyebab masalah.
Para dokter di Mumbai yang memeriksanya menyebut, Ashik mengalami kondisi yang 'amat jarang' dan bahkan 'memecahkan rekor'.
"Perasaan sakit yang dialami Ashik didiagnosis sebagai complex composite odontoma di mana satu gusi membentuk sekian banyak gigi. Ini semacam tumor jinak," kata Dr Dhiware, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis 24 Juli 2014.
"Awalnya kami tak bisa mencabutnya, jadi kami harus menggunakan semacam pahat dan palu dasar untuk mengambilnya."
Dr Dhiware menerangkan, setelah bagian gusi berhasil dibuka, gigi-gigi kecil mirip mutiara memperlihatkan diri satu demi satu. Namun kami mulai lelah menghitungnya, kami hitung ada 232," kata Bu Dokter.
Operasi pencabutan gigi dilakukan Senin lalu, melibatkan 2 ahli bedah gigi dan mulut serta 2 asisten. Setelahnya, Ashik kini hanya punya 28 gigi yang bentuknya normal.
Dr Dhiware menambahkan, selama 30 tahun karirnya menjadi dokter gigi, ia tak pernah menyaksikan hal seperti itu. Ia mengaku senbang menemukan kasus yang menarik.
"Menurut literatur medis yang tersedia, kondisi tersebut diketahui terjadi pada rahang atas dan maksimal 37 gigi diangkat di masa lalu. Namun, pada kasus Ashik, tumor ditemukan jauh di rahang bawah dan memiliki ratusan gigi. "
Ayah Ashik, Suresh Gavai kepada Mumbai Mirror mengatakan bahwa putranya mengeluh sakit beberapa bulan lalu. "Aku khawatir, mungkin itu bisa berubah jadi kanker, jadi aku bawa dia ke Mumbai," kata dia.
Advertisement