Hadapi Penurunan Ekonomi Global, Pasar Domestik Harus Diperkuat

Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan, tapi kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia masih cukup kuat.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2019, 20:47 WIB
(Foto: aim.org)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) turut berkomentar mengenai penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh The International Monetary Fund (IMF) menjadi 3,3 persen. Menurut Apindo, penurunan ini wajar mengingat tingkat risiko ekonomi global masih dalam ketidakpastian.

"Jadi IMF menurunkan. Itu kalau kita lihat keadaan sekarang, lumrah mereka menurunkan," kata Wakil Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Shinta mengatakan, meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan, namun kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Sehingga, secara dampak tidak akan berpengaruh besar kepada ekonomi Indonesia.

"Walaupun impact pasti akan kena. Tapi, ini bisa kita mempertahankan posisi kita. Selama ini kita terus jaga, makanya sustainability ini sangat penting," katanya.

Pemerintah sendiri tidak bisa menutup mata dengan kondisi global saat ini. Oleh karena itu, dirinya menginginkan agar kondisi pasar dalam negeri lebih diperkuat, sehingga memiliki nilai dan daya saing yang tinggi.

"Saya pikir tidak akan terlu berpengaruh mestinya. Tapi bagaimana kita justru bisa memanfaatkan. Tadi kenapa saya katakan daya saing. Karena, kalau kita mau memanfaatkan pasar-pasar baru. Kita kan harus berkompetisi dengan negara lain," jelasnya.

Menurut Shinta, dengan memperkuat kondisi pasar dalam negeri, banyak keuntungan yang akan diterima Indonesia. Sebab, hasil produksi pasar dalam negeri sendiri banyak yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain.

"Pasar Indonesia kan besar sekali, dengan populasi yang begitu besar. Ini bisa menjadi leverage kita untuk masuk ke pasar lain," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pekerjaan Berat

Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif baik dari negara-negara besar lain di Asean. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Panel Ahli Katadata Insight Center, Wahyu Prasetyawan, mengatakan sebagai negara perekonomian yang terbuka, pertumbuhan ekonomi global yang dipangkas tentu menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah, terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Indonesia bisa saja lepas dari bayang-banyang pertumbuhan ekonomi global asalkan mampu menggenjot konsumsi domestik.

"Bisa enggak Indonesia lebih tumbuh? Bisa, konsumsi kita yang harus digenjot. Jadi kalau konsumsi kita domestic consumption itu digenjot lebih banyak, itu kita pertumbuhannya akan lebih tinggi dari itu. Tapi tidak mudah karena kita harus juga bikin kegiatan ekonomi lebih banyak," pungkasnya.

 


Pertumbuhan Ekonomi Dunia 3,3 Persen

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di kisaran 5,1 persen hingga 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seperti diketahui, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 menjadi 3,3 persen dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang baru dirilis pada Selasa (9/4), turun 0,2 poin persentase dari estimasi pada Januari lalu di 3,5 persen.

IMF mengatakan ekonomi dunia menghadapi risiko-risiko penurunan yang disebabkan oleh ketidakpastian potensial dalam ketegangan perdagangan global yang sedang berlangsung, serta faktor-faktor spesifik negara dan sektor lainnya

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya