Kisah Kasih Tak Sampai Sampek Engtay dalam Batik Djawa Hokokai

Motif dalam batik Sampek Engtay ini memiliki cerita cinta yang menyedihkan. Bagaimana akhirnya bisa tercipta motif tersebut?

oleh Putu Elmira diperbarui 12 Apr 2019, 17:00 WIB
Batik Sampek Engtay koleksi Hartono Sumarsono (Liputan6.com/Adinda Kurnia)

Liputan6.com, Jakarta - Batik Sampek Engtay koleksi milik Hartono Sumarsono ini ternyata memiliki kisah unik dalam setiap goresan motifnya. Mulai 1983, kolektor batik ini sudah memiliki kegemaran membeli kain-kain batik.

Berbagai macam motif batik miliknya memilki arti dan pesan tersirat yang ingin disampaikan. Hartono sudah memilki kurang lebih seribu batik yang ada di Indonesia salah satunya adalah batik Sampek Engtay.

"Ada satu lagi yang sangat menarik walaupun batik ini dipengaruhi oleh Jepang tapi pembuatnya adalah orang-orang Cina. Di sini ini yang sangat langka, ini sangat langka ada namanya Sampek Engtay," ujar Hartono kepada Liputan6.comRabu, 10 April 2019.

Kisahnya mirip dengan Romeo dan Juliet menceritakan tentang sebuah cinta yang tidak sampai. Hartono mengatakan bahwa motif dalam batik Sampek Engtay tersebut terdapat gambar merak, gundukan, dan kupu-kupu.

Engtay adalah nama wanita dari keturunan keluarga yang berada. Sementara, Sampek hanyalah seorang pemuda biasa yang terlahir dari keluarga sederhana. 

Kisah bermula dari larangan yang didobrak Engtay saat itu, yakni tak boleh bersekolah. Pada zaman dulu, hanya lelaki lah yang berhak mengenyam pendidikan formal di Tiongkok. 

Keingannya untuk bersekolah sangatlah kuat, hingga kedua orangtua Engtay akhirnya menyetujui kemauan anaknya untuk bersekolah. Syaratnya, Engtay harus berpakaian seperti pria saat sedang berada di sekolah.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Jatuh Cinta

Hartono Sumarsono saat menceritakan salah satu motif kain batik koleksinya (Liputan6.com/Adinda Kurnia)

Saat menjalani hari-harinya di sekolah, benih cinta dari hati Engtay muncul. Ia tertarik kepada sosok laki-laki bernama Sampek. Meski Sampek tidak mengetahui jika Engtay, teman dekatnya adalah seorang perempuan.

Hari-hari berlalu, Engtay menjalani hari dengan bahagia bersama Sampek di sekolah. Sampai kemudian hari orang tua Engtay tahu. Jika putrinya jatuh cinta kepada seorang pria biasa, Engtay pun dipaksa pulang oleh orang tuanya. 

Tak mau kehilangan Engtay, Sampek mengikutinya sampai di dekat rumah. Rasanya berat bagi Sampek untuk kehilangan seseorang yang sudah ia cintai, begitu juga dengan Sampek dalam perjalanan menuju pulang ia sangat sedih.

"Waktu saya ke Hancho, enam tujuh tahun yang lalu, di sana diceritakan bahwa ketika ingin berpisah Sampek dan Engtay itu ada jembatan. Itu ada 18 kali mereka balik sini, balik kiri, balik kanan, 18 kali. Saking beratnya berpisah, itu orang Cina yang cerita," tambah Hartono.

Sesampainya di rumah, orangtua Engtay ternyata sudah menjodohkan Engtay dengan seorang bupati. Engtay menentang keras permintaan orangtuanya. Meski begitu, ia tahu pada akhirnya harus akan tetap menikah pada bupati itu.

Engtay terus memikirkan sang pujuaan hatinya, Sampek. Ia memberanikan diri untuk menemui Sampek ke sekolah sebelum dirinya dipinang oleh lelaki lain. Waktu itu, Engtay memberi tanda untuk diberikan kepada Sampek bahwa ia sudah kembali.

 


Akhir Tragis

Hartono Sumarsono saat menceritakan kisah Sampek Engtay dalam motif batik koleksinya (Liputan6.com/Adinda Kurnia Islami)

Pertemuan mereka di sekolah benar-benar membuat Sampek bingung dan kaget. Ia baru menyadari bahwa Engtay adalah seorang perempuan yang sangat cantik. 

Hartono menceritakan, setelah kejadian itu. Sampek langsung menyusul ke rumah Engtay. Baru sampai di depan rumah, Engtay mengatakan bahwa ia sudah dijodohkan dengan orang lain dan Engtay mengatakan ia sangat cinta kepada Sampek.

Kabar tersebut seakan menusuk hati Sampek, ia benar-benar tidak tahan mengetahui itu semua. Baru ia merasakan cinta kepada Engtay, tapi ia harus menelan pahitnya perpisahan. Saking tidak tahannya, dalam cerita tersebut akhirnya dia meninggal.

Kepergian Sampek sangat melukai hati Engtay, ia sangat sedih waktu itu. Sebelum melangsungkan pernikahan dan akan pergi ke rumah sang mempelai pria, Sampek meminta satu permintaan terakhir untuk berdoa di kuburan Sampek.

Bapaknya menentang karena menurutnya tidak mungkin seorang pengantin bersembahayang di kuburan. Namun, ibunda Engtay memohon agar bapaknya membiarkan permintaan Engtay terpenuhi.

Dalam batik tersebut terdapat gundukan, menceritakan Engtay yang sedang berdoa di kuburan Sampek. Ketika dia berdoa, tiba-tiba terjaadi gempa bumi. Tanah kuburannya terbelah, Engtay pun langsung terjun di dalamnya.

Menurut cerita kemudian kuburan tersebut tertutup lagi. Motif sepasang kupu-kupu di batik melambangkan bahwa kupu-kupu tersebut muncul dan itu adalah Sampek Engtay, cerita kasih yang tak sampai. (Adinda Kurnia Islami)

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya