Liputan6.com, Jakarta - Facebook mengumumkan pembaruan yang dirancang untuk mengurangi jangkauan penyebaran konten-konten berbahaya di platform-nya.
Perubahan paling terlihat adalah pada grup, di mana, grup yang berulang kali membagikan hoaks atau misinformasi bakal diberikan hukuman.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini lantaran halaman grup seringkali dipakai untuk mendistribusikan propaganda dan misinformasi pada Pilpres AS 2016.
Mengutip laman The Verge, Jumat (12/4/2019), hukuman yang dimaksud berupa pembatasan distribusi unggahan grup tersebut ke News Feed. Dengan begitu, hanya sedikit orang yang bakal bisa melihat unggahan tersebut.
Perubahan lain yang dapat meningkatkan News Feed dari peredaran konten negatif adalah mengukur apakah penerbit bermasalah atau tidak, bukan dari tingkat popularitasnya.
Hal yang dilakukan Facebook ini mirip dengan cara Google memberikan peringkat pada pencarian yang muncul di halaman utama.
Jika sebuah situs web sering dikaitkan dengan situs lain, sistem akan mengetahui bahwa sumber tersebut terpercaya.
Hal ini bakal membantu Facebook mengetahui apakah penerbit dihargai secara luas.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Trust Indicator
Facebook juga membuat beberapa perubahan kecil seputar pengecekan fakta. Di Amerika Serikat misalnya, Associated Press akan memeriksa fakta di video.
Kemudian, Facebook akan memasukkan "Trust Indicator" saat pengguna mengklik untuk melihat konteks di sekitar publikasi.
Indikator-indikator tersebut berasal dari The Trust Project, sebuah kelompok yang dibangun oleh organisasi berita.
Sejumlah fitur pada WhatsApp pun dirancang untuk mengurangi penyebaran misinformasi pada platform-nya. Facebook menyebut, pihaknya telah mulai untuk menggulirkan indikator meneruskan pesan.
Hal ini dimaksudkan untuk membuat orang tahu, ketika suatu pesan telah diteruskan kepada mereka dan "tombol konteks", sehingga orang dapat melihat lebih detail tentang informasi yang telah mereka kirim.
Advertisement
Berupaya Bersihkan Konten Hoaks
Jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg ini telah berupaya memberantas peredaran misinformasi sejak pemilu AS 2019.
Sejumlah upaya yang dilakukan antara lain adalah melibatkan pemeriksa fakta, membatasi penyebaran informasi yang tidak terpercaya kebenarannya, dan menyoroti saat ada cerita yang ditandai sebagai kabar palsu.
Sayangnya Facebook masih saja menghadapi masalah yang sama. Pasalnya, masih banyak aktor jahat yang menemukan cara untuk menyalahgunakan sistem.
(Tin/Jek)