4 Keterangan Dahnil Anzar dalam Sidang Ratna Sarumpaet

Saat sidang, Dahnil Anzar Simanjutak menegaskan tidak ada keonaran terkait kasus hoaks Ratna Sarumpaet.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 12 Apr 2019, 14:05 WIB
Terdakwa kasus dugaan penyebaran berita bohong atau hoaks Ratna Sarumpaet mendengarkan kesaksian saat sidang lanjutan di PN Jakarta Selatan, Selasa (9/4). Sidang dengan agenda mendengarkan keterangan empat orang saksi, salah satunya yaitu Presiden KSPI, Said Iqbal. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Sidang dugaan penyebaran hoaks Ratna Sarumpaet kembali digelar. Kali ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjutak.

Sidang tersebut digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) pada Kamis, 11 April 2019. Saat memberikan keterangan sebagai saksi, Dahnil Anzar menceritakan dirinya mengetahui kabar penganiayaan Ratna Sarumpaet pada 1 Oktober 2018.

Malam itu, di kediaman Prabowo Subianto sedang ada pertemuan dengan sejumlah anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN). Salah seorang anggota BPN menyampaikan, Ratna Sarumpaet mengalami penganiayaan.

Tak hanya itu, Dahnil menegaskan tidak ada keonaran terkait kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Dia membantah tim jaksa yang menyebut pasal keonaran dalam surat dakwaannya.

Berikut empat keterangan Dahnil Anzar dalam sidang kasus dugaan hoaks Ratna Sarumpaet dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Tahu Ratna Dianiaya Saat di Rumah Prabowo

Dahnil Azhar Simanjuntak memberikan kesaksian di sidang kasus penyebaran hoaks dengan terdakwa Ratna Sarumpaet. (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Dalam persidangan, Dahnil Anzar mengetahui kabar penganiayaan Ratna Sarumpaet pada 1 Oktober 2018.

Malam itu, di kediaman Prabowo Subianto sedang ada pertemuan dengan sejumlah anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN).

Salah seorang anggota BPN menyampaikan, Ratna Sarumpaet mengalami penganiayaan. Kemudian, disampaikan pula Ratna Sarumpaet ingin bertemu Prabowo Subianto.

"Kabar yang kami terima waktu itu juga dalam forum bahwa Bu Ratna mengalami penganiayaan di Bandung," kata Dahnil, Kamis, 11 April 2019.

Dahnil mengaku kaget mendengar kabar tersebut. Namun, baginya itu bukan tanpa sebab, karena sebelumnya Ratna Sarumpaet menerima banyak teror.

"Jadi kemudian ada berita pemukulan semuanya kaget dan tentu marah karena penganiayaan terhadap Bu Ratna yang kami kenal sebagai pengiat HAM dan juga berani," ucap Dahnil.

Dahnil mengatakan, teman-teman bersimpati setelah mendengar kabar tersebut. Bahkan Prabowo pun merencanakan untuk menjenguk. Pertemuan terjadi di Lapangan Polo, Hambalang.

"Saya dengar Prabowo ketemu jenguk Ratna di Polo," ujar Dahnil.

 


2. Bantah Ada Keonaran

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak. (Merdeka.com/Nur Habibie)

Dahnil Anzar menyatakan, tidak ada keonaran terkait kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Dia membantah tim jaksa yang menyebut pasal keonaran dalam surat dakwaannya.

"Tidak ada, (sampai bakar-bakar ban?) tidak setahu saya," jawab Dahnil saat tim ditanya tim pengacara Ratna Sarumpaet di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Menurut Dahnil, pengaruh dari kasus Ratna Sarumpaet hanya sebatas pro kontra di Twitter. Banyaknya mention yang masuk ke dalam akun pribadinya, disebut sebagai sesuatu yang umum.

"Kalau di Twitter memang ada perdebatan, tapi saya kira itu biasa ya," lanjut Dahnil.

Keonaran menjadi salah satu dakwaan yang disebut Tim Jaksa kepada Terdakwa Ratna Sarumpaet.

Tim Jaksa menduga Ratna Sarumpaet, dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, ras atau antar golongan (SARA).

Dampaknya, menurut Tim Jaksa, sebagian masyarakat Kota Bandung disebut bereaksi dengan menuntut terdakwa meminta maaf kepada masyarakat Bandung. Mereka tersinggung karena menyebut-nyebut nama kota mereka sebagai lokasi kejadian hoaks Ratna Sarumpaet.

 


3. Mengaku Banyak Ditanya Orang

Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak saat jumpa pers 'Mencari Keadilan untuk Suratmi' di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta (1/3). Suratmi menyampaikan kepada Muhammadiyah agar jenazah Siyono dilakukan autopsi. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Dahnil Anzar juga mengaku banyak mendapat pertanyaan setelah Ratna Sarumpaet mengaku menjadi korban penganiayaan. Akun Twitter-nya pun ramai dengan pro dan kontra dari warganet.

Awalnya, hakim menanyakan tentang akun media sosial yang dimiliki Dahnil Azhar.

"Punya twitter?" tanya hakim Joni.

"Saya punya Facebook, Twitter, Instagram," jawab Dahnil Azhar.

Pertanyaan hakim kemudian menjurus ke perkembangan kasus penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet.

Diakui, Dahnil membenarkan dicecar pertanyaan-pertanyaan dari sejumlah pihak sejak kasus dugaan penganiayaan itu menyeruak ke publik. Ada yang melontarkan pertanyan melalui WhatsApp, Facebook, Twitter, dan Instagram.

"Saya tidak menyatakan secara khusus, saya hanya konfirmasi karena banyak sekali yang tanya, bener enggak Ratna dianiaya, dipukul? Ya saya sampaikan betul, info yang kami terima betul," ucap Dahnil.

Dahnil menilai, kasus Ratna Sarumpaet menuai pro dan kontra di akun media sosialnya tersebut.

"Tanggal 2 oktober 2018 pagi sudah banyak yang berseliwerean, banyak menyerang dan lain-lain," ujar dia.

Dahnil pun pernah membalas pertanyaan dari followernya dengan kalimat, "Beliau takut melapor karena trauma. Bahkan di tengah kekerasan yang dialami seseorang ibu kalian masih memaki," cuit Dahnil.

 


4. Tahu Kebohongan dari Nanik S Deyang

Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak (tengah) bersama tokoh pemuda lintas agama saat memberi keterangan di Jakarta, Selasa (5/9). Mereka mengeluarkan pernyataan sikap terkait Rohingya . (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dalam kesaksiannya Dahnil mengingat kembali kabar penganiayaan yanga menimpa Ratna Sarumpaet. Ia mengatakan kepada hakim bahwa kabar tersebut diketahuinya pada 1 Oktober 2018.

"Waktu itu kebetulan ada pertemuan di situ disampaikan beberapa teman bahwa Ratna mengalami penganiayaan. Kemudian Ratna mau ketemu Prabowo Subianto," ucap Dahnil.

Belakangan diketahui bahwa Ratna bukanlah korban penganiayaan, melainkan wajah bengapnya disebabkan operasi plastik.

"Keesokan harinya, saya mendapat kabar dari Nanik Sudaryati. Beliau dapat kabar dari Ratna," ucap Dahnil.

Kepada Hakim, Dahnil mengulang kembali dialog dengan Nanik yang kala itu lewat sambungan telepon.

"Nanik telepon, waktu itu menyampaikan Ratna mau konpers. Kemudian pertanyaan Ratna saat itu ke Nanik Sudaryati, apa Prabowo dan Amien pemaaf, itu saja," ujar dia.

"Itu kami sudah wah ini apa," sambung dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya