Liputan6.com, Te Aviv - Upaya Israel untuk melakukan pendaratan di Bulan, gagal total pada menit-menit terakhir saat pesawat ruang angkasa negara ini, Beresheet, hendak menginjakkan kakinya di satelit alami Bumi, Kamis, 11 April 2019.
Mesin kendaraan tersebut mengalami kerusakan parah saat bersiap untuk mendarat dan tampaknya jatuh ke permukaan Bulan.
"Kami tidak berhasil, tetapi setidaknya kami sudah mencoba," ujar pencetus proyek ini, Morris Kahn, dalam rekaman video yang disiarkan langsung dari kendali misi dekat Tel Aviv.
"Saya pikir pencapaian menuju ke tempat tujuan kami benar-benar luar biasa, saya pikir kami bisa bangga," lanjutnya, seperti dilansir dari CNN, Jumat (12/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Selama penayangan rekaman itu, staf ahli di ruang kendali menyampaikan bahwa mesin Beresheet diperlambat guna mengontrol penurunannya ke tanah Bulan, sehingga memungkinkannya mendarat dengan mulus. Namun seluruh perkiraan itu gagal dan kontak dengan pesawat telah hilang.
"Kami berada di Bulan, tetapi tidak seperti yang kami inginkan," papar seorang karyawan yang namanya tak disebutkan. "Kami adalah negara ketujuh yang mengorbit Bulan dan negara keempat yang berusaha untuk mencapai permukaannya."
Selama ini, hanya Rusia, Amerika Serikat, dan China yang melakukan perjalanan sejauh 384.000 kilometer (239.000 mil) dan mendarat dengan selamat di Bulan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyaksikan detik-detik pendaratan gagal pesawat antariksa tersebut, bersama dengan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman dari ruang kontrol.
"Jika pada awalnya Anda tidak berhasil, maka Anda akan mencobanya lagi," tutur Netanyahu. "Kami sudah mencapai Bulan, tetapi kami ingin mendarat dengan lebih sempurna. Itu yang akan menjadi fokus utama berikutnya."
Sekilas Tentang Beresheet
Pesawat ruang angkasa tak berawak seberat 585 kilogram (1.290 pound) bernama Beresheet itu, yang berarti "Genesis" dalam bahasa Ibrani, bentuknya menyerupai meja tinggi: berkaki empat dengan tangki bahan bakar bundar di bagian tengah.
Organisasi non-pemerintah Israel, SpaceIL, dan perusahaan antariksa milik negara, Israel Aerospace Industries (IAI) menggambarkan Beresheet sebagai "wahana antariksa pertama di dunia yang dibangun oleh misi non-pemerintah".
Khan, seorang dermawan dan ketua SpaceIL, rela menggelontorkan dana sebesar US$ 40 juta untuk proyek yang diperkirakan menghabiskan biaya US$ 100 juta ini.
Selain dua lembaga di atas, mitra lain yang bergabung dalam misi tersebut berasal dari sektor swasta, pemerintah dan akademisi, menurut situs web IAI.
Tepat sebelum upaya pendaratan di Bulan, Benjamin Netanyahu menyampaikan bahwa ia berpikir untuk memulai proyek baru terkait misi ruang angkasa nasional lainnya.
"Saya serius mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam program angkasa luar," katanya di webcast. "Ini memiliki implikasi nasional bagi Israel dan kemanusiaan."
Presiden Israel, Reuven Rivlin, menyaksikan siaran langsung percobaan pendaratan Beresheet bersama dengan 80 siswa sekolah menengah penggemar eksplorasi antariksa, di kediaman resminya di Yerusalem.
"Kami sangat mengagumi orang-orang yang bekerja dengan gigih di balik Beresheet, yang menerbangkannya ke Bulan," ucapnya setelah kecelakaan Beresheet.
"Memang benar tidak seperti yang kita harapkan, tetapi suatu ketika kita pasti akan berhasil. Ini adalah pencapaian besar yang belum kita selesaikan," lanjutnya.
Meskipun perjalanan yang ditempuh Beresheet adalah sejauh 384.000 kilometer, namun sesungguhnya pesawat ini akan menempuh rentang total 6,5 juta kilometer sebab serangkaian orbit.
Diluncurkan dari Cape Canaveral di Florida pada 22 Februari lalu, dengan roket Falcon 9 dari perusahaan swasta AS, SpaceX, kecepatan Beresheet telah menyentuh angka 10 kilometer per detik (36.000 kilometer per jam).
Perjalanan satu arah Beresheet juag termasuk dalam upaya untuk mengukur medan magnet Bulan, yang bakal membantu memahami pembentukan Bulan.
Advertisement
Perlombaan untuk Mencapai Bulan
Proyek ini dimulai sebagai bagian dari Google Lunar XPrize, yang pada tahun 2010 menawarkan penghargaan senilai US$ 30 juta untuk mendorong para ilmuwan dan pengusaha agar mau menjalankan misi ke Bulan dengan ongkos yang relatif murah.
Meskipun hadiah dari Google ini berakhir pada Maret kemarin tanpa pemenang, namun tim Israel berjanji untuk terus maju.
Misi Israel tersebut muncul di tengah semakin banyaknya negara-negara di dunia yang berminat untuk menyentuh Bulan, baik dengan pesawat berawak atau tak berawak, 50 tahun setelah astronaut AS pertama kali berjalan di permukaan Bulan.
Wahana Chang'e-4 milik Tiongkok berhasil melakukan pendaratan lunak pertama di sisi terjauh Bulan pada 3 Januari, setelah sebuah penyelidikan yang dikirim oleh Beijing melakukan hal serupa pada tahun 2013 --namun di titik lain.
Pemerintahan Donald Trump mengumumkan pada Maret bahwa mereka mempercepat rencana untuk mengirim astronaut AS kembali ke Bulan, dengan target dari 2020 hingga 2024.
Sementara itu, India berharap untuk menjadi negara berikutnya yang mencapai Bulan pada musim semi, dengan wahananya Chandrayaan-2.
Jepang, berencana untuk mengirim wahana penjelajah mini ke Bulan, yang disebut SLIM, untuk mempelajari kawasan vulkanik, sekitar tahun 2020-2021 nanti.