Pembangunan Bandara Baru Yogyakarta Sudah 93 Persen

Bandara Internasional Yogyakarta telah menjalani proses verifikasi kelaikan operasi dari tiga direktorat pada Kementerian Perhubungan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Apr 2019, 20:29 WIB
Angkasa Pura I Gandeng TWC Dukung Operasional Bandara Baru Yogyakarta.

 

Liputan6.com, Jakarta - Kemajuan pembangunan Bandara Baru Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk operasi terbatas penerbangan internasional mencapai 93 persen, sedangkan secara menyeluruh mencapai 47 persen.

Juru Bicara Proyek Pembangunan Bandara Baru Yogyakarta PT AP I Agus Pandu Purnama mengatakan, progres pembangunan Bandara Baru Yogyakarta hingga pekan kedua April 2019 ini sekitar 47 persen untuk operasi penuh pada akhir tahun nanti.

Sedangkan, untuk menuju operasi penerbangan internasional, pembangunan Bandara Baru Yogyakarta sudah mencapai 93 persen dan terus dilakukan penyempurnaan serta berbagai persiapan.

"Meski proses pembangunannya tergolong singkat, namun kualitasnya terjamin bagus dan memenuhi prinsip safety (keselamatan), security (keamanan), services (pelayanan) serta compliance (kepatuhan pada aturan berlaku)," kata Pandu dalam keterangan tertulis, Jumat (12/4/2019).

Ia mengatakan Bandara Internasional Yogyakarta telah menjalani proses verifikasi kelaikan operasi dari tiga direktorat pada Kementerian Perhubungan, yakni Direktorat Perhubungan Udara, Direktorat Keamanan Penerbangan, dan dan Direktorat Navigasi meski ada beberapa catatan yang perlu ditindaklanjuti.

"Catatan khusus dari Kemenhub sudah kami tindak lanjuti," katanya.

 


Simulasi

Operasional bandara baru Kulon Progo akan mulai akhir April 2019. (Liputan6.com/Yanuar H)

Pandu mengatakan pada 24 dan 26 April rencananya akan digelar simulasi pergerakan penumpang dan uji coba pendaratan pesawat. Sisi darat dan udara dari bandara itu akan diuji coba untuk proses keberangkatan maupun kedatangan.

Pada 24 April, disimulasikan keberangkatan penumpang dari beberapa titik di pusat kota secara paralel menggunakan berbagai jenis moda transportasi seperti bus Damri, taksi, dan kendaraan pribadi. Dari situ akan diukur waktu tempuhnya.

Kemudian, pada 26 April akan disimulasikan pergerakan penumpang dari kota dan luar kota hingga proses keberangkatan mulai dari check in, pengurusan imigrasi, memasuki lounge keberangkatan, uji garbarata dan masuk ke pesawat.

"Pada 26 April, juga juga direncanakan akan diujikan tes landing, ada pesawat yang akan mendarat. Semua kita ujikan dan hasilnya akan dievaluasi kurangnya apa, lalu disempurnakan sehingga akhir April kita yakin international flight bisa dilaksanakan. Semoga time budgeting ini bisa sesuai rencana," kata Pandu.

Selain itu, lanjut Pandu, sebelum pengoperasian terbatas pada akhir April ini, AP I berencana mempresentasikan hazard identification and risk assesment (HIRA) atau penilaian potensi ganguan dan risiko kepada semua maskapai yang akan beroperasi di NYIA pada 15 April ini. Masing-masing maskapai akan menilai faktor keselamatan dan keamanan operasi penerbangannya di bandara tersebut.

"Setelah itu, mereka akan mempersiapkan tahap operasinya. Dilakukan juga pertemuan komite keselamatan untuk membahasnya serta meninjau langsung kondisi di lapangan," katanya.Baca juga: Angkasa Pura I gandeng pengelola Borobudur dukung pariwisata

Menurut Pandu, pengoperasian penerbangan internasional di Bandara Internasional Yogyakarta secara lebih awal dinilai sebagai kebutuhan mendesak karena beberapa hal. Di antaranya, kapasitas penerbangan di Bandara Adisucipto Yogyakarta yang sudah kelewat padat hingga menyebabkan banyak pesawat menunggu antrean (holding) untuk mendarat maupun terbang.

 


Antrean di Adisucipto

Bandara Kulon Progo siap sambut wisatawan mancanegara terutama dari Timur Tengah (Foto: Liputan6.com/Yanuar H)

Saat ini, waktu tunggu antrean pesawat di Adisucipto mencapai 40-50 menit dan tidak jarang pesawat harus mendarat di bandara lain atau bahkan terpaksa return to base atau kembali ke bandara asal keberangkatan.

Pernah ada kasus, penerbangan dari Singapura harus holding di angkasa selama 59 menit hingga akhirnya terpaksa mendarat di Surabaya. Holding tidak akan ada lagi karena di bandara baru bisa 309 slot penerbangan sedangkan Adisucipto hanya 188 slot.

"Saat ini, Bandara Adisucipto sudah over capacity. Kapasitas 1,8 juta penumpang sekarang sudah terisi sampai 5 juta penumpang. Parking stand hanya 11 dan kadang holding lima pesawat di angkasa menunggu antrean pendaratan," katanya.

"Kalau holding berarti pelayanan kurang bagus. Itu kenapa kita ingin bandara baru segera diperasionalkan dengan dipindah penerbangan internasionalnya," kata Pandu.

Sekretaris Perusahaan PT AP I Handy Heryudhitiawan mengatakan nilai investasi yang dikucurkan AP I untuk NYIA mencapai total Rp11 triliun dan sebagian besar digunakan untuk pembebasan lahan.

"Dari angka itu, dana yang dikucurkan untuk proses konstruksi fisik bandara mencapai Rp6 trilun dan saat ini sudah memakan Rp3,7 triliun. Setiap minggu, kami mengeluarkan Rp150 miliar untuk fisik bandara ini," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya