Liputan6.com, Jakarta - Nama kerennya Democracy Sausage, diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sebagai sosis demokrasi. Kudapan ini dibagikan gratis di sela festival kuliner 'Taste of Australia' yang digelar di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, pada 13-14 April 2019.
Antrean cukup panjang terjadi di depan gerobak sosis demokrasi itu. Juru masaknya adalah staf Kedutaan Besar Australia dibantu anggota keluarga mereka sebagai penyaji.
Baca Juga
Advertisement
Ada yang bertugas memanggang sosis, seorang anak kecil terlihat menambahkan tumisan bawang bombay, sementara seorang perempuan dewasa menyiapkan pesanan dengan cepat. Kerjasama apik ketiganya membuat antrean bisa dilayani dengan cepat.
Tulisan gratis di gerobak membuat orang tertarik. Apalagi, Anda bisa meminta apakah sosis bakar dibalut roti tawar itu ditambahkan bawang bombay atau tidak. Sebagai dressing disediakan saus tomat dan saus sambal. "Silakan, ada saus tomat dan saus sambal di sini," kata perempuan itu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Asal-usul Sosis Demokrasi
Allaster Cox, Kuasa Usaha Kedubes Australia di Indonesia menerangkan, sosis demokrasi jadi tradisi setiap pemilu berlangsung di Negeri Kangguru. Ia menyebut tradisi itu dimulai sekitar 1980-an.
Saat itu, sebuah yayasan yang hendak menggalang dana melihat peluang besar dari antrean para pemilih di tempat pemilihan setempat. Pemilu di Australia, kata dia, berlaku wajib untuk setiap warga negara yang memenuhi syarat.
"Orang yang datang itu jadi massa yang besar. Saat berdiri dalam satu lintasan, mereka lapar. Mereka perlu makan. Jadilah beli sosis itu," tutur Allaster.
Berbeda dengan stand yang dibuka di Jakarta, orang yang hendak makan sosis demokrasi harus membayar. Harganya terjangkau, sekitar 1-2 dolar Australia atau sekitar Rp 10-20 ribu.
"Semua uang yang diperoleh itu untuk charity," kata dia.
Advertisement
Perkembangan Kuliner Australia
Penasaran dengan rasa sosis demokrasi, Liputan6.com mencicipi setelah ikut mengantre. Rasanya ternyata familiar dengan lidah Indonesia. Bawang bombay tumis yang manis mengimbangi sosis bakar yang teksturnya agak kering.
Selain sosis demokrasi, makanan Australia sebenarnya lebih banyak dipengaruhi para imigran. Allaster menyebut pengaruh Asia makin menguat di Australia, khususnya dari kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, sejak 30 tahun terakhir.
Itu terlihat dengan semakin banyak restoran yang menjual menu tersebut di sejumlah kota besar. Di sisi lain, Australia memanfaatkan bahan baku lokal sebagai sumber makanan lezat dengan menu yang terpengaruh dari luar.
"Makanan di Australia berasal dari seluruh dunia, tidak hanya dari Barat. Sehingga, makanan Australia makin diverse dan semoga orang Indonesia semakin terbuka karena persepsinya kebanyakan masih menganggap Australia itu Barat," ujarnya.