Sandiaga Uno Tuding Lapangan Kerja Tak Tercipta di Era Jokowi, Faktanya?

Sandiaga Uno klaim tak ada lapangan kerja. Cek faktanya.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 13 Apr 2019, 20:43 WIB
Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno menyapa para pendukung dalam kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Minggu (7/4). Sejumlah tokoh nasional pendukung Prabowo - Sandiaga pun turut hadir. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno menuding bahwa tidak ada lapangan kerja yang tercipta di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ini ia ungkapkan pada pernyataan pembukanya di debat pilpres 2019 yang terakhir.

"Lapangan pekerjaan belum terciptakan. Pertumbuhan 5 persen yang sekarang kita sebut jebakan 5 persen," ujar Sandiaga di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2019).

Faktanya justru sangat berbeda dari klaim Sandiaga. Pasalnya, pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sudah menciptakan 10 juta lapangan kerja.

"Penciptaan lapangan kerja dalam empat tahun terakhir sudah lebih dari 10 juta," ujar Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri pada Rabu 10 April 2019.

Pencapaian 10 juta lapangan kerja itu juga baru terjadi. Terhitung pada akhir 2018 lalu, pemerintah berhasil menciptakan 8,7 juta lapangan kerja. Hal itu pun menandakan terpenuhinya janji Joko Widodo pada kampanye tahun 2014.

Alhasil, menurut BPS penganguran turun menjadi 5,34 pesen saja. Angka itu juga termasuk terendah dalam kurun waktu 1998-2018.


Data BPS

Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyapa relawan dan pendukungnya saat pidato kebangsaan di JCC, Jakarta, Senin (14/1) malam. Pidato kebangsaan mengusung Indonesia Menang. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho) 

Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 5,34 persen hingga Agustus 2018. Jumlah itu setara dengan tingkat pengangguran sebanyak tujuh juta pengangguran.

Bila melihat dalam kurun waktu 20 tahun, angka 5,34 persen tersebut termasuk terendah. Ini ditunjukkan dari data BPS yang dikutip dari kurun waktu 1998-2018. Pada 1998, tingkat pengangguran terbuka  (TPT) mencapai 5,46 persen. Selanjutnya pada 1999, TPT naik menjadi 6,36 persen. Kemudian pada 2000, TPT turun menjadi 6,06 persen.

TPT kemudian melonjak sejak 2001. TPT naik menjadi 8,10 persen pada 2001. Lalu kembali meningkat menjadi 9,06 persen pada 2002. Selanjut, TPT kembali naik menjadi 9,86 persen pada 2004.

Sejak 2005, BPS pun merilis tingkat pengangguran terbuka menjadi dua bagian pada Februari dan Agustus. Pada Februari 2005, tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 10,26 persen dan kembali naik menjadi 11,24 persen pada 2005.

Selanjutnya pada 2006, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 10,45 persen pada Februari 2006 dan kembali susut menjadi 10,28 persen pada Agustus 2006. Pemerintah juga kembali menekankan TPT pada 2007. TPT turun menjadi 9,75 persen pada Februari 2007 dan menjadi 9,11 persen pada Agustus 2007.

Jumlah TPT kembali turun menjadi 8,46 persen pada Februari 2008 dan kembali merosot menjadi 8,39 persen pada Agustus 2008. Lalu selanjutnya TPT kembali turun menjadi 8,14 persen pada Februari 2009 dan menjadi 7,87 persen pada Agustus 2009. Pada 2010, tingkat pengangguran  terbuka (TPT) menjadi 7,41 persen pada Februari dan menjadi 7,14 persen pada Agustus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya