Liputan6.com, Melbourne - Para ekspatriat Indonesia yang tinggal di Australia rela mengantre berjam-jam untuk berpartisipasi dalam Pilpres 2019. Menurut Komite Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Indonesia, sekitar 15.000 orang berbondong-bondong memberikan hak suara mereka di konsulat Indonesia di Melbourne.
Seperti diberitakan ABC.net.au, Sabtu (13/4/2019), ada sekitar dua juta pemilih Indonesia yang memenuhi syarat tinggal di luar negeri, termasuk 65.000 orang di Australia. Mereka memberikan suara beberapa hari sebelum Tanah Air mereka melangsungkan Pilpres 2019 pada Rabu 17 April.
Advertisement
Banyak orang Indonesia di Australia adalah pelajar dan merupakan pemilih untuk pertama kalinya.
Di antara mereka yang mengantre untuk memberikan hak suara pada hari Sabtu adalah Albert Witanto, seorang siswa di Melbourne. Ia menggambarkan pemilihan tahun ini sebagai "kompetisi yang sangat ketat, seperti ketika Trump berhadapan dengan Clinton".
Ini merupakan pemungutan suara pertama bagi pemuda 22 tahun itu, sehingga dirinya merasa gugup tentang hasilnya nanti. Selain itu, ia juga memiliki harapan tinggi untuk masa depan negaranya.
Siauw Exel Prasadhana Setiawan, siswa Indonesia lain di Melbourne, mengatakan ia dan keluarganya pada awalnya telah melakukan diskusi mendalam tentang apakah akan memilih atau tidak, karena kedua kandidat presiden memiliki kekurangan mereka sendiri.
Meskipun sangat tidak mungkin bahwa pemimpin negara Muslim terbesar di dunia dapat menyelesaikan semua masalah negara dalam jangka waktu lima tahun, Setiawan yang berada di salah satu negara bagian Australia itu menginginkan seorang pemimpin yang dapat mengatasi korupsi dan kelalaian pengelolaan lingkungan, serta meningkatkan perlindungan bagi kaum minoritas.
Picu Gangguan Lalu Lintas
Di Melbourne, sejumlah besar pemilih menyebabkan gangguan lalu lintas di depan gedung konsulat. Garis pembatas terlihat membentang ratusan meter di luar bangunan tersebut.
Sebagian besar dari para pemilih, sekitar 2.000 orang kabarnya gagal mendaftar online sebelumnya. Mereka diminta mendaftar pada Sabtu pagi dan kembali untuk memberikan suara satu jam sebelum pemilihan ditutup pada pukul 19.00.
Anggraini Prawira, yang mendaftar secara online dan melewatkan antrean, mengatakan dia terkejut melihat kerumunan yang jauh lebih besar daripada pada Pilpres sebelumnya.
"Semua orang sangat antusias untuk datang dan melihat ... dan kami ingin memilih, kami menginginkan yang terbaik untuk Indonesia," kata Anggraini Prawira.
Pilpres 2019 ini menyebabkan perpecahan di antara orang Indonesia, karena pilihan politik yang berbeda-beda. Tetapi Prawira mengatakan dia berharap pemilihan akan berjalan damai dan hasilnya akan dihormati oleh semua pihak -- siapa pun yang menang.
Advertisement
Lebih dari 7.000 WNI Antusias Nyoblos Pilpres 2019
Sementara itu, dari total 7.671 calon pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Mesir, 7.411 pemilih terdaftar melakukan pencoblosan pada 15 TPS di KBRI Kairo. Pemilih lainnya melakukan pencoblosan melalui Kotak Suara Keliling dan melalui Pos.
Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Mesir menargetkan partisipasi pada pemilu kali ini di atas 75 %.
Sejak pagi hari, seluruh Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) telah terlihat siap menyambut kedatangan pemilih. Sesuai jadwal yang ditetapkan PPLN, Tempat Pemungutan Suara (TPS) dibuka mulai pukul 08.00 sampai dengan 18.00.
Dubes RI untuk Mesir, Helmy Fauzy menilai suasana pencoblosan yang cukup meriah menunjukkan antusiasme masyarakat Indonesia di Mesir.
"KBRI Kairo senantiasa berusaha menghadirkan suasana damai dan gembira dalam pesta demokrasi ini. Saya berharap sampai dengan penutupan jam 18.00 sore proses pencoblosan dapat berjalan dengan aman dan lancar," ujar Dubes Helmy dalam keterangan tertulisnya yang Liputan6.com terima Sabtu (13/4/2019).
Ketua PPLN, Amin Samad merasa puas dengan kinerja semua panitia karena acara bisa dimulai tepat waktu 08.00 sesuai jadwal.
"15 TPS telah disiapkan di KBRI Kairo dengan dihadiri juga oleh saksi dari paslon 01 dan 02 baik dari Tim Kampanye Nasional maupun dari perwakilan Partai pendukung" ujar Amin Samad.
Ditambahkan juga bahwa PPLN secara terus menerus melakukan koordinasi dengan Panwaslu untuk antisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul.
Proses pemilihan ini juga mendapatkan perhatian dari sejumlah media utama di mesir, baik TV maupun media cetak dan online. Bahkan 2 stasiun TV yaitu DMC dan CBC menyiarkan secara live proses pencoblosan termasuk wawancara dengan Dubes Helmy.
Kehadiran media Mesir merupakan bagian dari upaya KBRI Kairo untuk lebih memperkenalkan demokrasi Indonesia ke masyarakat Mesir.