Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menyebut bahwa tidak ada lapangan kerja yang tercipta di era pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Hal ini disampaikan Sandiaga dalam Debat Kelima Pilpres di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2019).
Advertisement
"Lapangan pekerjaan belum terciptakan. Pertumbuhan 5 persen yang sekarang kita sebut jebakan 5 persen," ujar Sandiaga.
Fakta
Dari hasil penelusuran, pemerintahan Jokowi sudah menciptakan 10 juta lapangan kerja. Hal ini disampaikan Menteri Hanif Dhakiri dalam sebuah berita yang dikutip dari Liputan6.com dengan judul artikel 'Menteri Hanif Targetkan 2 Juta Lapangan Kerja Baru di 2019'.
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Ketenagakerjaan Tahun 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta. Dalam kesempatan ini, dia membeberkan beberapa capaian kinerja Kemenker selama empat tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Di hadapan peserta Rakornas Menteri Hanif mengungkapkan, sepanjang 2015 hingga 2018, pemerintah telah berhasil membuka 10,34 juta lapangan kerja. Jika di rata-rata, kata dia, setiap tahun telah tercipta 2,58 juta lapangan kerja baru bagi masyarakat.
"Angka itu melampaui target yang ditentukan yakni memberikan kesempatan kerja kepada 2 juta orang per tahun," kata Hanif saat Rakornas di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (8/1/2019).
Hanif mengatakan, dengan capaian tersebut, maka untuk di 2019 pihaknya akan menargetkan sebanyak 2 juta lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Dengan begitu, jumlah pekerja di Indonesia dapat kembali bertambah di tahun ini.
"Namun penciptaan 2 juta lapangan kerja pada tahun 2019 harus tetap dilaksanakan, janji bapak presiden kan 2 juta pertahun sampai akhir 2018 sudah tercapai 10 juta yang telah ditempatkan," imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Agustus 2018, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebanyak 124,01 juta orang, bertambah 2,99 juta orang dari Agustus 2017. Di sisi lain, dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 40 ribu orang, sejalan dengan TPT yang turun menjadi 5,34 persen pada Agustus 2018.
"Di 2019 tetap harus kita genjot untuk melakukan penciptaan minimal 2 juta baik melalui informasi pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri, dan perluasan kesempatan kerja padat karya, wirausaha baru TKM, dan inkubasi bisnis," jelasnya.
Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 5,34 persen hingga Agustus 2018. Jumlah itu setara dengan tingkat pengangguran sebanyak tujuh juta pengangguran.
Bila melihat dalam kurun waktu 20 tahun, angka 5,34 persen tersebut termasuk terendah. Ini ditunjukkan dari data BPS yang dikutip dari kurun waktu 1998-2018. Pada 1998, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 5,46 persen. Selanjutnya pada 1999, TPT naik menjadi 6,36 persen. Kemudian pada 2000, TPT turun menjadi 6,06 persen.
TPT kemudian melonjak sejak 2001. TPT naik menjadi 8,10 persen pada 2001. Lalu kembali meningkat menjadi 9,06 persen pada 2002. Selanjut, TPT kembali naik menjadi 9,86 persen pada 2004.
Sejak 2005, BPS pun merilis tingkat pengangguran terbuka menjadi dua bagian pada Februari dan Agustus. Pada Februari 2005, tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 10,26 persen dan kembali naik menjadi 11,24 persen pada 2005.
Selanjutnya pada 2006, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 10,45 persen pada Februari 2006 dan kembali susut menjadi 10,28 persen pada Agustus 2006. Pemerintah juga kembali menekankan TPT pada 2007. TPT turun menjadi 9,75 persen pada Februari 2007 dan menjadi 9,11 persen pada Agustus 2007.
Jumlah TPT kembali turun menjadi 8,46 persen pada Februari 2008 dan kembali merosot menjadi 8,39 persen pada Agustus 2008. Lalu selanjutnya TPT kembali turun menjadi 8,14 persen pada Februari 2009 dan menjadi 7,87 persen pada Agustus 2009. Pada 2010, tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 7,41 persen pada Februari dan menjadi 7,14 persen pada Agustus.
Advertisement