Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman meluncurkan uji coba penggunaan biodiesel 100 persen CPO (B100) terhadap kendaraan dinas dan traktor di lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan).
B100 ini merupakan produksi dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementan. Amran mengatakan, penggunaan B100 ini merupakan yang pertama bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kementan telah mengembangkan B100 sejak dua tahun lalu.
"Ini kita launching uji coba untuk 50 kendaraan dan traktor. Ini bukan hanya pertama di Indonesia, tetapi juga di dunia," ujar dia di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (15/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengungkapkan, uji coba ini sebenarnya bukan pertama kali dilakukan. Sebelumnya, telah ada kendaraan dinas Kementan yang telah menggunakan B100 dengan total jarak tempuh 6.000 km.
"Kita mulai sejak 2 tahun lalu. Indonesia sudah mencoba hingga B20, B30. Tapi atas arah Pak Presiden kita lompat ke B100. Kita uji coba dan berhasil pada 10 mobil kita, sudah sampai 6.000 km. Sekarang kita uji coba terhadap 50 mobil dan traktor," kata dia.
Amran menuturkan, uji coba penggunaan B100 untuk 50 kendaraan dan traktor ini dilakukan selama dua tahun ke depan.
Jika berjalan lancar, akan mulai diproduksi secara komersial dengan menggandeng BUMN atau swasta.
"Ini kita uji coba selama 2 tahun, baru nanti diproduksi secara komersial. (BUMN dan swasta) Sudah ada penjajakan, tapi masih rahasia. Nanti kita lihat," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
PLN Hitung Kemampuan PLTD Gunakan Biodiesel
Sebelumnya, PT PLN (Persero) tengah mengevaluasi seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD. Evaluasi ini dalam rangka untuk menerapkan penggunaan minyak sawit sebagai bahan bakar pembangkit.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman mengatakan, saat ini sedang mempelajari kemampuan PLTD dalam mengkonsumsi 100 persen minyak sawit sebagai bahan bakar pengganti Solar.
"Ya kami lihat, ini sedang kami pelajari betul, apakah mungkin untuk mengganti itu atau mungkin enggak mengubah 100 persen," kata Syofvi, di Kantor Pusat PLN Jakarta, Selasa, 23 Oktober 2018.
Jika PLTD yang dioperasikan PLN saat ini tidak mampu menyerap minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar, maka PLN akan membeli mesin baru yang mampu mengkonsumsi minyak kelapa sawit menggantikan mesin PLTD lama.
Saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang membangun PLTD yang bahan bakarnya menggunakan minyak kelapa sawit. PLTD tersebut berada di Belitung.
"Kalau kita mau mengubah mesin yang ada sekarang untuk itu, ya saya butuh investasi baru. Tapi kalau ternyata saya butuhnya mesin baru, ya saya tinggal beli aja kan ya yang baru," tuturnya.
Syofvi melanjutkan, selain mencocokan mesin, PLN juga akan mencocokan jenis minyak kelapa sawit yang bisa diserap mesin PLTD. Jika dengan menggunakan 20 persen minyak sawit dicampur dengan solar (B20) bisa menghemat biaya pokok produksi 3 persen, maka dia memperkirakan akan mendapat menghemat yang lebih besar, ketika PLTD menggunakan minyak kelapa sawit 100 persen.
"Soalnya gini, kalau saya pakai mesin existing saya pakai B20 aja efisiensinya 3 persen. Nah, kalau kita design dari awal kita bisa lebih hemat. Kita juga harus lebih tau kandungan CPO seperti apa yang cocok sama mesin," tandasnya.
Advertisement
Sebagian Pembangkit Listrik PLN Telah Gunakan B20
Sebelumnya, Direktur Bisnis Regional Jawa bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara PLN, Djoko Abu Manan menyatakan realisasi penggunaan B20 untuk Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) milik PLN hingga per 13 Oktober 2018 baru mencapai 47 persen atau sebanyak 142.246 kilo liter (KL).
Angka tersebut masih rendah dari target PLN hingga akhir 2018 yang diperkirakan bakal mencapai 304.773 KL. Meski demikian, Djoko optimistis hingga akhir tahun realisasi atau pelaksanaan B20 pada PLTD bisa mencapai 100 persen
"Tapi kami yakin bisa sesuai target ya kita. Artinya kemungkijan sampai Desember 2018 bisa tercapailah. Kan tinggal penyediaanya saja," kata Djoko saat ditemui di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Kamis, 18 Oktober 2018.
Djoko mengungkapkan, pelaksanaan B20 ini juga masih mengalami kendala khususnya di bagian penyalurannya. Sehingga secara dampak juga akan berpengaruh di sejumlah wilayah. "Timur sih (paling banyak kendala). Transportasi kan di sana masalahnya,” paparnya.
Berdasarkan data PLN penggunaan B20 di Maluku dan Papua hanya 13 persen dari target. Semestinya hingga 13 Oktober 2018, PLTD di Maluku dan Papua ralisasi B20 sebanyak 49.198 KL.