Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meluncurkan uji coba penggunaan biofuel 100 persen CPO (B100). Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) ini diyakini bisa menekan impor BBM dan menghemat devisa.
Amran mengungkapkan selama ini Indonesia mengimpor solar sebesar 16 juta ton. Sedangkan dari program B20 baru mencapai 6 juta ton.
"Untuk kebutuhan solar, impor 16 juta ton, 6 juta dari B20. Kita akan penuhi kebutuhan dalam negeri 20 juta ton," ujar dia di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (15/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dengan 100 persen menggunakan CPO, maka bisa menekan impor solar dan menghemat devisa hingga mencapai Rp 150 triliun.
"Nantinya secara bertahap selama 2 tahun terakhir impor kita berkurang karena menggunakan 6 juta ton CPO yaitu sehingga kita sudah selamatkan devisa. Selanjutnya nanti bisa saja 16 juta ton semuanya kita subsitusi dari solar menjadi CPO, yang kita lakukan sekarang namanya b100. Nanti bisa hemat devisa negara Rp 150 triliun," lanjut dia.
Selain itu, dengan penggunaan B100, juga akan meningkatkan penyerapan CPO di dalam negeri. Sehingga akan meningkatkan harga CPO dan pada ujungnya membuat petani lebih sejahtera.
"Secara tidak langsung langsung kita tingkatkan pendapatan petani kita, menjamin kesejahteraan mereka. Karena produksi sawit CPO 46 juta, CPO kita ekspor 34 juta. Jadi hemat devisa, tingkat kesejahterakan petani, hemat enegi fosil, dampak ke lingkungan juga baik karena tidak ada asap," tandas dia.
Mentan: Penggunaan B100 Lebih Hemat Biaya Ketimbang Solar
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman meluncurkan uji coba penggunaan biodiesel 100 persen CPO (B100) terhadap kendaraan dinas dan traktor di lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan).
B100 ini merupakan produksi dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementan. Amran mengatakan, penggunaan B100 ini merupakan yang pertama bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kementan telah mengembangkan B100 sejak dua tahun lalu.
"Ini kita launching uji coba untuk 50 kendaraan dan traktor. Ini bukan hanya pertama di Indonesia, tetapi juga di dunia," ujar dia di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (15/4/2019).
Baca Juga
Dia mengungkapkan, uji coba ini sebenarnya bukan pertama kali dilakukan. Sebelumnya, telah ada kendaraan dinas Kementan yang telah menggunakan B100 dengan total jarak tempuh 6.000 km.
"Kita mulai sejak 2 tahun lalu. Indonesia sudah mencoba hingga B20, B30. Tapi atas arah Pak Presiden kita lompat ke B100. Kita uji coba dan berhasil pada 10 mobil kita, sudah sampai 6.000 km. Sekarang kita uji coba terhadap 50 mobil dan traktor," kata dia.
Amran menuturkan, uji coba penggunaan B100 untuk 50 kendaraan dan traktor ini dilakukan selama dua tahun ke depan.
Jika berjalan lancar, akan mulai diproduksi secara komersial dengan menggandeng BUMN atau swasta.
"Ini kita uji coba selama 2 tahun, baru nanti diproduksi secara komersial. (BUMN dan swasta) Sudah ada penjajakan, tapi masih rahasia. Nanti kita lihat," tandas dia.
Advertisement
PLN Hitung Kemampuan PLTD Gunakan Biodiesel
Sebelumnya, PT PLN (Persero) tengah mengevaluasi seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD. Evaluasi ini dalam rangka untuk menerapkan penggunaan minyak sawit sebagai bahan bakar pembangkit.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman mengatakan, saat ini sedang mempelajari kemampuan PLTD dalam mengkonsumsi 100 persen minyak sawit sebagai bahan bakar pengganti Solar.
"Ya kami lihat, ini sedang kami pelajari betul, apakah mungkin untuk mengganti itu atau mungkin enggak mengubah 100 persen," kata Syofvi, di Kantor Pusat PLN Jakarta, Selasa, 23 Oktober 2018.
Jika PLTD yang dioperasikan PLN saat ini tidak mampu menyerap minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar, maka PLN akan membeli mesin baru yang mampu mengkonsumsi minyak kelapa sawit menggantikan mesin PLTD lama.
Saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang membangun PLTD yang bahan bakarnya menggunakan minyak kelapa sawit. PLTD tersebut berada di Belitung.
"Kalau kita mau mengubah mesin yang ada sekarang untuk itu, ya saya butuh investasi baru. Tapi kalau ternyata saya butuhnya mesin baru, ya saya tinggal beli aja kan ya yang baru," tuturnya.
Syofvi melanjutkan, selain mencocokan mesin, PLN juga akan mencocokan jenis minyak kelapa sawit yang bisa diserap mesin PLTD. Jika dengan menggunakan 20 persen minyak sawit dicampur dengan solar (B20) bisa menghemat biaya pokok produksi 3 persen, maka dia memperkirakan akan mendapat menghemat yang lebih besar, ketika PLTD menggunakan minyak kelapa sawit 100 persen.
"Soalnya gini, kalau saya pakai mesin existing saya pakai B20 aja efisiensinya 3 persen. Nah, kalau kita design dari awal kita bisa lebih hemat. Kita juga harus lebih tau kandungan CPO seperti apa yang cocok sama mesin," tandasnya.