Liputan6.com, Yogyakarta - Memasuki minggu tenang Pemilihan Presiden 2019, bukan berarti pencarian informasi mengenai calon presiden pilihan berhenti. Apalagi, bagi calon pemilih dalam pemilu yang masih belum menetapkan siapa calon yang bakal dipilihnya.
Aplikasi Pantau Bersama yang bisa diunduh dari ponsel Android maupun iOS bisa membantu calon pemilih dalam pemilu menentukan capres yang sesuai visi misinya.
Aplikasi Pantau Bersama diluncurkan pada 8 Februari lalu. Vokalis Letto, Noe, menjadi inisiator aplikasi yang dibuat untuk membangun sikap rasional dalam menentukan preferensi.
"Harapannya mendorong anak muda memilih pemimpinnya secara rasional dan menjauhkan anak muda pada pandangan politik identitas dan ketokohan," ujar pemilik nama lengkap Sabrang Mawa Damar Panuluh ini, Minggu, 14 April 2019.
Baca Juga
Advertisement
Lewat aplikasi ini, masyarakat bisa memilah informasi dari sumber primer, memahami visi dan misi, menggali ide, gagasan, juga program masing-masing pasangan calon.
Pantau Bersama juga menjembatani komunikasi langsung antara pemilih dan tim sukses kedua pasangan calon, yaitu Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf dan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Setiap minggu, pertanyaan dengan vote terbanyak dari user akan dikirim untuk dijawab oleh TKN dan BPN. Setelah itu user bisa melihat jawaban dalam bentuk kuis. "Kuis berguna untuk membantu mengatasi bias kognitif pemilih," kata Noe.
Sebab, pertanyaan di dalam kuis yang dipilih tidak mencantumkan apakah pertanyaan itu dari TKN atau BPN. Ketika kuis sudah selesai dijawab, barulah muncul persentase jawaban mengarah ke paslon nomor 01 atau 02.
Sampai dengan saat ini, Pantau Bersama telah merangkul 10.000 pengguna dan menghasilkan 1.000 pertanyaan yang diajukan kepada TKN dan BPN.
"Apa yang kami kerjakan masih jauh, sangat jauh, dari maksimal tentunya, tetapi ini ikhtiar kami dengan segala sumber daya dan keterbatasan yang ada," tutur Noe.
Nilai dalam Pemilu
Noe berpendapat sekumpulan anak muda melihat Pemilu sebagai peristiwa budaya. Oleh karena itu, perlu membentuk standar budaya pada sebuah pesta sangatlah penting. Terlebih, pesta ini melibatkan interaksi sosial dalam skala nasional.
Menurut Noe, standar budaya adalah nilai, sedangkan memilih presiden hanyalah preferensi. Nilai berada jauh lebih tinggi dari preferensi karena nilai untuk jangka panjang dan preferensi berlaku jangka pendek.
Ia menganalogikan nilai dan preferensi pada kasus perang. Palang merah tetap menolong orang yang terluka sekalipun orang tersebut adalah musuh karena yang diperjuangkan adalah kemanusiaan.
"'Perang' kita saat ini jangan sampai menghancurkan nilai kemanusiaan, jangan sampai gara-gara pilpres, jangka panjangnya remuk," tutur Noe. Nilai yang dipegang dalam konteks Indonesia adalah nilai yang tertuang dalam Pancasila.
Ia menegaskan siapa pun yang menang dalam pilpres ini, rakyat dan pemerintah tetap harus membangun negeri ini.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement