Liputan6.com, Jakarta - PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) memberikan insentif untuk harga bahan olah karet rakyat (bokar) melalui Program Insentif Untuk Karet Rakyat.
Program yang dilakukan secara khusus dan terbatas ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani karet serta menjadi stabilisator harga karet di pasar.
Direktur Utama PTPN V, Jatmiko K Santosa mengatakan, saat ini program insentif untuk karet rakyat telah diterapkan di dua wilayah unit kerja PTPN V yaitu Bukit Selasih dan Sei Lindai, Riau. Program tersebut telah dilaksanakan sejak minggu ketiga Februari 2019.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain, melakukan pembelian karet secara langsung kepada petani plasma dengan ikut serta tender yang dilaksanakan kelompok tani, melakukan pembelian bokar kepada petani rakyat dilakukan secara langsung.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, melakukan sosialisasi kepada petani untuk ikut serta dalam program ini sehingga tepat sasaran dan memberikan manfaat kepada masyarakat.
"Setelah dilakukan Program Insentif Untuk Karet Rakyat, telah terjadi peningkatan harga beli Bokar di pasar karet lokal sebesar 23,48 persen," ujar dia di Jakarta, Selasa (16/4/2019).
Jatmiko menuturkan, sebelum dilakukan pemberian insentif, harga bokar di kalangan petani rata-rata sebesar Rp 7.802-Rp 8.004 per KgKB.
Namun, setelah PTPN V aktif membeli bokar petani, harga bokar meningkat menjadi rata-rata Rp 9.336-Rp 10.117 per KgKB.
Artinya, lanjut dia, harga bokar naik rata-rata mencapai Rp. 1.539 per KgKB. Kenaikan harga bokar tersebut diharapkan mampu mendorong peningkatan pendapatan petani hingga rata-rata mencapai Rp. 1.539.000 per bulan.
Hal ini dengan asumsi produktivitas per hektar 500 KgKB per bulan dan memiliki lahan minimal 2 hektar.
"Selain itu, insentif yang kami berikan terbukti mampu membuat pergerakan harga pasar karet lebih kompetitif dan harga tidak lagi dipermainkan oleh pengumpul besar," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Selanjutnya
Menurut Jatmiko, inisiatif bisnis ini juga mampu mendorong peningkatan kinerja perseroan. Setelah pelaksanaan Program Insentif Untuk Karet Rakyat, pemenuhan kebutuhan karet PTPN V dapat terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Biaya Pengolahan karet juga dapat ditekan hingga sebesar 11,33 persen, dengan estimasi dari Rp 2.977 per KgKK menjadi Rp 2.639,63 per KgKK. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya kepercayaan petani karet untuk bekerjasama dengan PTPN V.
Hingga minggu pertama April 2019, Program Insentif Untuk Karet Rakyat telah dinikmati hasilnya oleh total 2.923 petani, yang terdiri dari 983 orang petani di wilayah kerja Unit Pabrik Pengolahan Karet Rakyat (PPKR) Bukit Selasih (BSE) di Indra Giri Hulu dan 1.940 orang petani yang berada di wilayah Kebun Sei Lindai (SLI) di Kampar, Riau.
Advertisement
Selanjutnya
Sementara jumlah insentif yang telah dikucurkan bagi karet petani hingga minggu pertama April 2019, telah mencapai Rp 3,6 miliar. Potensi untuk perluasan Program Insentif Untuk Karet Rakyat ini sangat besar mengingat jumlah petani dan luas lahan karet di Riau yang sangat besar.
Saat ini, jumlah petani plasma karet di Riau sebanyak 11.921 orang, di mana 8.931 diantaranya merupakan petani plasma PTPN V.
Sedangkan petani karet rakyat (petani mandiri) 235.908 orang. Selain itu, berdasar data Dinas Perkebunan Provinsi Riau, luas Perkebunan Karet di Riau sebesar 504.715 Ha terdiri dari 6.500 Ha kebun Inti PTPN 5 dan 17.861 Ha kebun Plasma PTPN 5. Sedangkan Plasma Swasta 5.981 Ha dan kebun rakyat 474.373 Ha.
"Kami optimistis, inovasi bisnis yang kami lakukan ini akan dapat meningkatkan pendapatan petani karet sekaligus menjadi wujud peran aktif BUMN yang selalu hadir dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tandas Jatmiko.