Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menepis pernyataan bahwa Indonesia saat ini tengah berada dalam jebakan perangkap pendapatan menengah alias middle income trap.
Sebagai informasi, middle income trap adalah suatu keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
"Saya tidak melihat bahwa kita masuk ke middle income trap. Kita lihat bebrapa parameter yang ada, bagaimana pertumbuhannya," kata dia, di acara acara Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4/2019).
Baca Juga
Advertisement
Enggar mengatakan, salah satu parameter yang dapat menjadi tolak ukur yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen. Selain itu, inflasi berhasil ditekan di level yang rendah di kisaran 3 persen.
"Jangan lupa. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan juga inflasi yang rendah menunjukan pertumbuhan yang berkualitas. Ada pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi inflasi juga tinggi, dan itu tidak berkualitas," kata Enggar.
Kinerja perekonomian Indonesia, lanjut Enggartiasto pun mendapatkan apresiasi dari lembaga-lembaga Internasional. "Sekarang kita seluruh dunia, seluruh Lembaga-lembaga yang ada memberikan apresiasi kepada pertumbuhan kita yang tinggi stabil. Tidak loncat-loncatan tapi inflasi juga loncat-loncatan," ungkapnya.
"Jadi berbagai parameter yang normal, itu tidak menunjukan kita masuk dalam middle income trap," tegas dia.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Jurus Jokowi dan Prabowo agar Indonesia Lepas Jebakan Kelas Menengah
Sebelumnya, Indonesia saat ini tengah berada dalam zona Middle Income Trap atau jebakan penghasilan kelas menengah. Pemerintah harus mencari resep manjur reindustrialisasi untuk keluar dari zona tersebut dan menyusul negara tetangga, yaitu Malaysia dan Thailand, yang telah lebih dahulu keluar dari Middle Income Trap.
Seperti diketahui, stagnasi industri dialami Indonesia sejak krisis keuangan di 1998. Salah satunya dipicu turunnya kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga di kisaran 20 persen pada 2018.
Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Rama Pratama, menyebut Jokowi-Maruf akan mengubah orientasi industri dari semula berbasis sumber daya alam atau labor and natural resources menjadi berbasis modal dan keahlian.
BACA JUGA
"Industri harus mulai bergeser dari berbasis SDA kepada berbasis modal keahlian kalau kita mau lepas dari Middle Income Trap," kata dia dalam sebuah acara diskusi di UI Salemba, Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Selain itu, dia juga menegaskan pemerintah akan memaksimalkan potensi pasar dalam negeri atau pasar domestik. Itu supaya hasil produksi dalam negeri bisa diserap dan memenuhi permintaan domestik, sehingga neraca perdagangan tidak akan bergantung pada ekspor.
"Kemudian yang kedua juga ternyata di negara-negara yang bisa lepas dari Middle Income Trapbahwa mereka sudah mulai melihat domestic market more important daripada ekspor market," ujarnya.
Namun hal tersebut juga tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah harus membuka dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru.
"Misalnya yang saat ini tengah dilakukan pemerintah yaitu sektor pariwisata," ujarnya.
Dia mengungkapkan, sosok Maruf Amin sendiri bisa menjadi daya tarik potensi industri halal bagi Indonesia.
"Kenapa kemudian Pak Maruf dijadikan cawapres? ini kan terlihat saat ini kita sudah jadi nomor 1 destinasi halal. Ingin menjaga momentum itu dan terus mengembangkan sumber-sumber ekonomi baru kalau kita mau keluar dari Middle Income Trap," ungkapnya.
Yang selanjutnya adalah meningkatkan sektor ekonomi kreatif. Dia mengungkapkan saat ini sektor tersebut telah terbukti tumbuh dan memberi kontribusi ekspor yang cukup lumayan.
"Langkah berikutnya, perlu juga mengembangkan zona-zona ekonomi baru. Dan inilah salah satu tujuan dibangunnya infrastruktur," ujarnya.
Advertisement
Fokus Beberapa Sektor
Dalam kesempatan serupa, Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno, Arie Mufti menyebutkan pihaknya akan menawarkan hal yang berbeda.
"Yang berbeda dari kami dan Jokowi, kami akan fokus pada beberapa industri. Sekarang pemerintah banyak fokusnya," ujarnya.
Dia menjelaskan, banyaknya fokus tersebut membuat industri menjadi tidak terdorong sebagaimana mestinya. Dia mencontohkan, kementerian perindustrian memiliki komitmen fokus mengembangkan industri gula, di lain pihak kementerian perdagangan malah membuka keran impor gula.
"Fokus terhadap industri bisa dicapai jika pemerintah punya fokus," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Prabowo-Sandi akan menitikberatkan fokus industri pada beberapa sektor. "Kami fokus agro industri, ini kekuatan kita. Kedua adalah tentu manufaktur, ketiga industri halal. Dengan fokus yang jelas maka kita bisa melakukan pengembangan kebijakan yang jelas termasuk pada saat mengembangkan infrastruktur dan ekosistem," tutupnya.