Indonesia Memang Harus Impor Bawang Putih

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman turut menanggapi harga bawang putih yang melonjak di pasaran.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2019, 19:00 WIB
Pedagang menjajakan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (2/4/2019). Sejumlah pedagang di Pasar Induk Kramat Jati mengaku harga bawang merah dan bawang putih relatif stabil, meskipun terjadi kenaikan harga di beberapa daerah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman turut menanggapi harga bawang putih yang melonjak di pasaran.

"Bawang putih itu mau enggak mau harus impor, 90 persen ini impor. Pemerintah akan panggil dan sinkronkan, kalau stok ada dalam negeri itu akan kami pakai dulu. Ini kami harapkan cepat, kalau tidak nanti akan ada kekurangan," kata dia, di sela-sela acara Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4/2019).

Dia pun mengatakan telah menyampaikan secara pribadi kepada Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita terkait persoalan di bawang putih.

"Saya juga sudah sampaikan secara personal juga kepada Mendag, 'Pak ini ada masalah'. Kata Pak Mendag, 'Oh iya saya sudah tahu dan diantisipasi setelah pemilu'," ungkap Adhi.

Adhi menambahkan, dirinya tidak setuju apabila pemerintah menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor bawang putih sebanyak 100 ribu ton sementara tidak diwajibkan menanam 5 persen dari kuota impor bawang putih yang diberikan pemerintah.

Seperti diketahui, Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 38 Tahun 2017 tentang rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) di mana para importir diwajibkan ketentuan tanam sebesar lima persen dari kuota impor yang ditentukan pemerintah.

"Kalau swasta diwajibkan menanam, tapi Bulog tidak, kan level of playing field-nya nggak sama. Saya kira Bulog ini fungsinya sebagai buffer dan penyeimbang, jangan ikut bermain," jelas dia.

"Biarkan dunia usaha yang bermain, karena sekarang ini sudah bukan zamannya dikuasai oleh negara. Apalagi komoditas ini bukan bahan pokok," tutup Adhi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mendag Minta Importir Bawang Putih Jalankan Operasi Pasar

Pekerja menurunkan bawang putih dari kontainer setibanya di Pasar Induk Kramat Jati, Rabu (17/5). Sebanyak 9.000 ton bawang putih yang diimpor dari Tiongkok dijual ke pedagang seharga Rp 25.000 per kg dalam operasi pasar. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita mengungkapkan bahwa dirinya akan memanggil para importir bawang putih. Diketahui, pemanggilan importir dilakukan karena harga bawang putih saat ini naik sangat signifikan.

"Hari ini kami undang importir untuk buka gudang operasi pasar," kata dia di sela-sela acara Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4/2019). 

Politisi Nasdem ini enggan membeberkan lebih jauh terkait agenda pertemuan tersebut. Dia pun enggan membeberkan alasan melonjaknya harga bawang putih di pasaran.

Enggartiasto hanya mengatakan bahwa terkait bawang putih, pihaknya mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan Kementerian Pertanian. Berdasarkan aturan Kementerian Pertanian para importir diwajibkan menanam bawang putih.

"Ya kita sepakat kalau ini dilakukan dengan Permentan, kita lakukan," tandasnya.


Mentan Ungkap Sebab RI Masih Bergantung pada Bawang Putih Impor

Seorang pedagan bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati sedang merapihkan dagangannya, Jakarta, Jumat (19/6/2015). Memasuki bulan Ramadan sejumlah harga sayur mengalami kenaikan harga. (Liputan6.com/Yoppy Renato)
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyatakan impor bawang putih yang dilakukan Indonesia akibat minimnya lahan pertanian bawang putih di dalam negeri.
 
Namun demikian, saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) telah berupaya meningkatkan luas lahan pertanian untuk komoditas tersebut.
 
Amran mengungkapkan, pada era 1990-2000 Indonesia telah mengimpor bawang putih sekitar 10 persen-30 persen dari total kebutuhan.
 
Kemudian pada 2014 impor bawang putih naik tajam sekitar 96 persen. Hal ini disebabkan  minimnya lahan pertanian bawang putih, yaitu hanya sekitar 1.000 hektare (ha).
 
"Tapi hari ini sudah 11 ribu ha. Tahun ini target 20 ribu ha. Naik 2.000 persen tanaman bawang. Kita ingin kembalikan kejayaan tanaman bawang Indonesia," ujar dia di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (15/4/2019).
 
Amran mengakui, meskipun sudah mencapai 11 ribu ha, namun lahan pertanian bawang putih ini diperuntukkan untuk memproduksi benih bawang putih. Jika sudah menghasilkan benih dalam jumlah banyak, benih tersebut baru akan digunakan untuk menghasilkan bawang putih konsumsi.
 
"Dari awal serah terima (sebagai menteri), di 2014 itu impor 96 persen. Sekarang memang impornya berkurang, tapi sekarang kita fokus di bibit," kata dia.
 
Amran berharap, dengan fokus meningkatkan benih bawang putih, maka dalam dua tahun mendatang Indonesia bukan hanya bisa menurunkan impor tetapi juga mencapai swasembada atas komoditas tersebut.
 
"Kita jadikan benih semua. Kalau perlu supaya dua tahun sudah bisa swasembada. Bawang merah ingat? Dulu pernah gaduh. Sekarang sudah ekspor. Jagung juga sekarang sudah ekspor," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya