Presiden Terpilih Harus Segera Atasi Defisit Perdagangan

Kontribusi impor konsumsi sudah mencapai 9 persen dalam tiga tahun terakhir, setelah selama 16 tahun berada di posisi 7-8 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 17 Apr 2019, 17:30 WIB
Relawan menyortir dan melipat kertas suara Pilpres 2019 di gudang KPU, Cibinong, Bogor, Kamis (7/3). Libur Nyepi, dimanfaatkan 650 pekerja menyelesaikan tenggat waktu penyortiran dan pelipatan 17 juta surat suara Pemilu 2019. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI tengah berlangsung hari ini. Siapapun presiden yang terpilih nanti, ada sejumlah pekerjaan utama yang dinilai para ekonom harus diselesaikan.

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bima Yudhistira mengatakan, pertama yang harus dikerjakan presiden terpilih adalah menggatasi defisit perdagangan.

"PR pertama paling urgent adalah jangka pendek bagaiaman caranya atasi deifit perdagangan. Kedua, mengatasi tentunya soal kinerja investasi. Karena dua ini akan terkait stabilitas nilai tukar rupiah ke depannya," kata Bima kepada Liputan6.com, Rabu (17/4/2019).

Memang, dalam beberapa hari ini, menurut Bima, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan. Namun resiko pelemahan masih ada jika soal defisit ini tak segera diatasi.

Menurutnya, siapapun presidennya nanti, Indonesia tetap masih dihadapkan dengan keharusan impor. Hanya saja ini harus dikurangi dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing industri dalam negeri.

Dijelaskan, saat ini tingkat dependensi industri terhadap impor masih tinggi. Impor bahan baku masih menyumbang 70 persen dari keseluruhan impor. Ini menunjukan bahwa industri kita masih tergantung pada bahan baku impor karena lemahnya industri hulu domestik.

Sementara itu, kontribusi impor konsumsi sudah mencapai 9 persen dalam tiga tahun terakhir, setelah selama 16 tahun berada di posisi 7-8 persen.

"Impor konsumsi memperlihatkan bahwa industri dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, diakibatkan dengan semakin bergesernya struktur ekonomi ke arah jasa," tambah dia.

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini


Quick Count Indo Barometer Dimulai: Jokowi 55,80 Persen, Prabowo 44,20 Persen

Warga memasukkan surat suara yang telah dicoblos saat mengikuti simulasi pemungutan dan pencoblosan surat suara Pemilu 2019 di Taman Suropati, Jakarta, Rabu (10/4). Simulasi dilakukan untuk meminimalisir kesalahan dan kekurangan saat pencoblosan pemilu pada 17 April nanti. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Proses quick count atau hitung cepat Pilpres 2019 telah dimulai. Berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), hasil quick count dapat diumumkan mulai pukul 15.00 WIB.

Hasil quick count Indo Barometer pada pukul 15.00 WIB, total suara masuk 32.25 persen, dengan rincian sebagai berikut:

Nomor Urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin: 55,80 Persen

Nomor Urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno: 44,20 Persen

Quick count Quick Count Indo Barometer dilakukan di 1.200 TPS sebagai sampel, dari 809.497 yang tersebar di 34 provinsi. Margin of error sebesar plus minus 1% pada tingkat kepercayaan sebesar 99%. Metode penarikan sampel TPS yaitu stratified and systematic random sampling.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya