Aku, Kamu, dan Jakarta, Kumpulan Cerita Penghuni Ibu Kota di Dinding Rumah Sagaleh

Anda yang sering berkeluh kesah tentang Jakarta diajak untuk berkontemplasi tentang sisi baik kota ini di dinding Rumah Sagaleh.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Apr 2019, 02:04 WIB
Anda yang sering berkeluh kesah tentang Jakarta diajak untuk berkontemplasi tentang sisi baik kota ini di dinding Rumah Sagaleh. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Dua bidang dinding yang menyiku di Rumah Sagaleh disulap menjadi tempat memajang cerita tentang Aku, Kamu, dan Jakarta. Tak hanya hasil jepretan penghuni ibu kota yang terpajang, tapi juga sticky note warna-warni yang menjadi pelampiasan perasaan mereka.

Sebagian besar berkeluh kesah, tetapi pada akhirnya mereka mensyukuri berkah yang diperoleh. Salah satunya menuliskan, "Macet, Panas, tapi di sinilah aku bertumbuh #AkuKamudanJakarta."

Dipa Ramsay, Marketing Communication Rumah Sagaleh, menerangkan Aku, Kamu dan Jakarta merupakan kampanye yang digagas untuk mengajak semua yang beraktivitas di ibu kota berkontemplasi. Kampanye tersebut bermula dari unggahan di Instagram.

Aku, Kamu, dan Jakarta digelar pada 21-28 Maret 2019. Para pengikut diajak berkompetisi menampilkan wajah lain kota pusat pemerintahan disertai kalimat-kalimat seru.

"Jakarta itu ibaratnya periuk raksasa. Kita ingin ajak orang berkontemplasi, bukan memaki-maki tetapi rasa berterima kasih," kata Dipa saat Liputan6.com menyambangi Rumah Sagaleh, pekan lalu.

Selama seminggu, lebih dari 700 foto dengan tagar dimaksud terkumpul. Kemudian, tiga yang terbaik diumumkan sebagai pemenang pada 16 April 2019. Salah satunya mengangkat tema tentang Riangnya Anak Sunda Kelapa.

"Bisa jadi nanti akan ada kampanye Aku, Kamu, dan Bandung, atau bahkan Aku, Kamu dan Indonesia. Tapi, itu masih panjang," kata dia.

 

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Apa Itu Rumah Sagaleh?

Anda yang sering berkeluh kesah tentang Jakarta diajak untuk berkontemplasi tentang sisi baik kota ini di dinding Rumah Sagaleh. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Rumah Sagaleh adalah restoran di kawasan Melawai yang didirikan sebagai perpanjangan bisnis keluarga turun-temurun. Berawal dari Rumah Makan Padang Sepakat yang sudah dipegang generasi kedua, bisnis tersebut kemudian meluas jadi menjual kopi, bernama Kopi Sagaleh.

Usaha kopi susu yang dirintis cucu pemilik rumah makan itu dimulai sekitar 2016. Awalnya akan dijual di rumah makan, tetapi sebelum sampai, sudah habis duluan.

Dhyda Maryuda, pemilik Rumah Sagaleh mengatakan, penjualan bisa cepat berkat promosi di media sosial. Diracik dan dibungkus di rumah, orang-orang yang minat sempat bingung saat hendak mengambil pesanan.

"Mereka yang datang banyak yang pakai mobil, motor vespa, sampai bingung. Dikiranya tempat kita itu semacam kafe," kata Dhyda.

Setelah mulai stabil, Kopi Sagaleh membuka tempat penjualan khusus di daerah Sambas, Jakarta Selatan. Wujudnya seperti kafe, tapi kapasitasnya kecil. Menurut Dhyda, itu karena konsep kopi yang dijual adalah coffee to go.

Pada 2018, jumlah kedai bertambah di Pondok Indah Mall. Namun, generasi ketiga Rumah Makan Sepakat masih belum menemukan pola untuk melanjutkan usaha kakek mereka hingga akhirnya memutuskan membuka Rumah Sagaleh.


Jembatan Generasi

Nasi lidah cabe ijo, salah satu menu makanan yang tersedia di Rumah Sagaleh. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Di Rumah Sagaleh, konsep 'feels like home' diusung. Orang yang datang dikondisikan untuk bisa ngobrol dengan kerabat yang datang. Maka itu, restoran tak menyediakan wifi, musik, hingga ruang merokok.

"Musik itu mendistraksi. Orang kalau mau ngomong kan biasanya minta suara musik dikecilkan. Nah, kalau mau merokok, bisa di luar," kata Dipa.

Tak hanya menyediakan ruang dengan tata letak yang nyaman dan Instagramable, Anda juga bisa menikmati makanan dan minuman yang disiapkan. Racikan Kopi Sagaleh dengan menu favorit kopi susu bisa dipesan di sini.

Ada pula kopi hitam yang mencampurkan delapan jenis biji kopi Nusantara. Tapi bila ingin single shot, Anda memiliki tiga pilihan biji kopi, yakni Gunung Halu, Mandailing, dan Krakatau.

"Tapi, rumah enggak lengkap kalau enggak ada makanan beratnya. Akhirnya kita tentukan enam menu untuk makanan utama. Sedikit tapi biar tamu enggak bingung milih," katanya.

Di sinilah benang merah menu Rumah Sagaleh dengan Rumah Makan Sepakat. Koki menciptakan dua menu yang menghubungkan kedua rumah makan itu, yakni nasi goreng rendang dan nasi lidah cabe ijo.

"Rendangnya dari Rumah Makan Sepakat, cabe ijonya juga. Tapi, kedua menu ini enggak ada di Rumah Makan Sepakat," kata Dipa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya