Liputan6.com, Jakarta - Pencapaian kinerja Garuda Indonesia Group di awal tahun ini membantah pernyataan Prabowo Subianto di panggung debat presiden pada Sabtu, 13 April 2019. Sebelumnya, Prabowo menyebut Garuda Indonesia sulit untung dan kinerjanya morat marit.
Dalam laporan keuangan pada kuartal I– 2019, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih (net income) sebesar USD 19,7 juta atau setara Rp 276 miliar (USD 1 = Rp 14.038). Nominal itu tumbuh signifikan dari rugi USD 64,3 juta di kuartal I – 2018 .
Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan usaha perseroan yang tumbuh sebesar 11,9 persen menjadi USD 1,09 miliar (Rp 15,3 triliun).
Baca Juga
Advertisement
"Catatan kinerja positif yang berhasil dicapai Garuda Indonesia Group di Kuartal I-2019 ini tidak terlepas dari komitmen bersama seluruh lini usaha Garuda Indonesia Group dalam menciptakan sinergi dan terus melakukan perbaikan business process namun tetap mengutamakan safety," kata Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal, Kamis (18/4/2019).
Kinerja positif Garuda turut ditunjang oleh lini pendapatan layanan penerbangan berjadwal sebesar USD 924,9 juta (Rp 12,9 triliun), tumbuh sebesar 11,6 persen dibandingkan periode yang sama di kuartal I 2018. Selain itu, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan signifikan pada kinerja ancillary revenue dan pendapatan anak usaha lainnya sebesar 27,5 persen dengan pendapatan USD 171,8 juta (Rp 2,4 triliun).
Fuad menambahkan, selain itu peningkatan kinerja perseroan turut didukung oleh program efisiensi dan efectiveness berkelanjutan, optimalisasi aspek cost structure, capacity adjustment pada produksi sesuai demand sehingga konsumsi fuel menjadi lebih terukur dan beban fuel expense juga dapat ditekan.
Lebih lanjut, Garuda Indonesia Group juga melakukan upaya renegosiasi biaya leasing armada secara berkelanjutan yang berhasil menekan biaya leasing pesawat hingga 30 persen atau equivalen dengan nilai USD 60 juta.
“Ditengah tren kinerja industri penerbangan di kuartal I yang cenderung tertekan mengingat fase kuartal I merupakan fase low season angkutan transportasi udara, Garuda Indonesia Group berhasil mempertahankan kinerja secara positif menyusul capaian kinerja yang solid di tahun kinerja 2018, khususnya pada kuartal IV 2018," tambahnya.
Penumpang Juga Naik
Sementara dari aspek operasional, Direktur Operasi Garuda Indonesia Capt. Bambang Adi Surya Angkasa mengungkapkan, selama kuartal I 2019, Garuda Indonesia Group berhasil mencatatkan jumlah angkutan penumpang sebesar 7,7 juta penumpang terdiri dari 4,6 juta penumpang Garuda Indonesia sebagai main brand dan 3,1 juta penumpang Citlink Indonesia.
Seat Load Factor (SLF) angkutan penumpang Garuda Indonesia sebagai main brand domestik juga tumbuh sebesar 3,5 persen menjadi 73,3 persen dari periode yang sama di tahun 2018 sebesar 69,7. Adapun SLF Citilink Indonesia juga tumbuh sebesar 1,3 persen manjadi 77,4 persen dari periode yang sama di tahun 2018 sebesar 76,1 persen.
"Berdasarkan hasil survey terhadap penumpang yang kami laksanakan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, mayoritas penumpang memahami penerapan harga yang dilakukan Garuda mengingat biaya operasi dan maintenance yang meningkat. Bagi mereka safety dan layanan menjadi concern utama serta tiket fleksibilitas untuk berganti jadwal," ujarnya.
Garuda Indonesia juga berhasil mencatatkan kinerja on time performance yang semakin solid. Berdasarkan data lembaga pemeringkatan OTP independen, OAG Flightview, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan capaian OTP tertinggi selama periode Desember 2018 – Februari 2019 dengan catatan OTP di atas 95 persen.
Advertisement
Tidak Morat-marit
Pencapaian Garuda di awal tahun ini membantah pernyataan Prabowo Subianto di panggung debat presiden. Sebelumnya, Prabowo menyebut keadaan BUMN sedang morat-marit.
"Air space aset ekonomi kita, kenapa selalu dinikmati orang lain. Flight carrier yang kita lahirkan kenapa jadi morat marit seperti sekarang," tutur Prabowo saat debat Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019.
Prabowo pun sempat mengatakan BUMN di Indonesia sedang krisis.
Prabowo mengutip studi penerbangan terkait keseimbangan titik biaya atau pengeluaran dan pendapatan alias break event point (BEP). Hal itu salah satunya menghitung berapa kursi yang harus diduduki penumpang dalam pesawat sehingga perusahaan itu untung
"Jepang 60 persen BEP. Garuda harus 120 persen, berarti tidak bisa untung-untung kalau begini terus pengelolaannya. Bikin holding terus tapi yang sekarang tidak dikelola dengan baik," jelas dia.