Liputan6.com, Jakarta Para dokter di Papua Nugini memperingatkan masyarakatnya agar tidak menyuntikkan zat-zat aneh ke dalam penisnya. Hal ini karena beberapa orang di negara tersebut dilaporkan memasukkan cairan seperti minyak kelapa dan silikon untuk membuat alat kelaminnya lebih besar.
Dilansir dari The Guardian pada Kamis (18/4/2019), dokter di Port Moresby General Hospital mengatakan bahwa kliniknya menerima sekitar 500 pria selama dua tahun terakhir, dengan masalah disfungsi penis akibat suntikan.
Advertisement
Ahli bedah di rumah sakit tersebut, Akule Danlop, mengatakan bahwa beberapa zat yang disuntikkan ke penis tidak hanya dua cairan yang sudah disebutkan di atas. Beberapa zat lain seperti minyak goreng yang bisa menimbulkan dampak serius yang sulit disembuhkan.
"Sebagian besar dari mereka memiliki massa abnormal dan kental yang tumbuh di seluruh penis dan terkadang mengarah pada skrotum. Sejumlah besar datang dengan borok, yang terkadang terbuka lebar," kata Danlop.
Masalah lain yang dihadapi pasiennya seperti sulit buang air kecil karena kulup yang bengkak dan tidak bisa berkontraksi.
Simak juga video menarik berikut ini:
Dijamin Menyesal
Danlop mengakui dirinya harus melakukan operasi pada 90 orang untuk mengatasi pembengkakan dan benjolan atau untuk memperbaiki kerusakan pada otot ereksi. Dalam beberapa kasus, para pasien mengalami masalah ereksi setelah operasi.
"Yang pasti, mereka menyesali apa yang telah dilakukannya," kata Danlop. Dia menambahkan, beberapa pasiennya berusia 16 hingga di atas 55 tahun. Gambaran ini terjadi hampir di seluruh negara tersebut.
Mengutip Independent, masalah semacam ini juga pernah terjadi di Inggris. BBC melaporkan, layanan kesehatan di sana harus menghadapi kasus terkait penis yang bermasalah karena suntik mandiri.
Advertisement
Tidak Bisa Berhubungan Seks Lagi
Ahli urologi di Inggris Asif Muneer meminta agar orang-orang menjauhi suntik penis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan komplikasi yang lebih parah. "Sering kali, kami harus membuka seluruh kulit batang penis dan menyusunnya kembali dengan kulit lain dari area tubuh lain," kata Muneer.
Glen Mola, profesor kesehatan reproduksi, kebidanan, dan ginekologi dari sebuah universitas di Papua Nugini mengatakan bahwa masalah ini bukan hanya kasus yang terjadi di negara itu. Kejadian semacam itu harus menjadi perhatian bagi seluruh pria di dunia.
"Banyak pria yang ditipu dengan membayar sejumlah uang agar menjadi besar dan mengalami cedera yang serius," kata Mola.
"Itu tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan bisa menyebabkan kerusakan parah. Dalam beberapa kasus, bisa diartikan Anda tidak bisa berhubungan seks lagi."