Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), Ketut Budi Wijaya mengatakan, pihaknya akan berfokus pada penyelesaiannya proyek-proyek yang sudah dimulai pada 2019. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan pada konsumen.
"Tahun ini target pertama adalah menyerahkan produk-produk yang sudah kita jual sebelumnya pada waktunya. Tahun ini adalah tahun konsolidasi, menyelesaikan semua tanggung jawab kami kepada pembeli," kata dia saat ditemui, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (18/4/2019).
Oleh karena itu, lanjut dia, pada 2019, tidak akan terlalu banyak produk-produk besar yang dimulai.
"Tahun depan baru dimulai dengan produk-produk baru. Memang tahun ini launching-nya akan sedikit terbatas pada unit-unit yang kecil," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
"Namun untuk selanjutnya penjualan akan dipusatkan pada persendiaan atau inventory yang masih cukup besar," ia menambahkan.
Pada 2018, Lippo Karawaci membukukan pendapatan sebesar Rp 12,5 triliun. Angka ini naik 18 persen dari Rp 10,5 triliun pada 2017.
Peningkatan pendapatan ini sebagian berasal dari penjualan investasi Perseroan di First REIT dan pendapatan dari divisi Healthcare yang menyumbang hampir setengah dari total pendapatan Perseroan.
Sementara itu, divisi Development dan divisi Komersial (Mall Ritel) masing-masing menyumbangkan pendapatan sebesar 37 persen dan 3 persen dari total pendapatan LPKR. Secara konsolidasi, ebitda mencapai Rp 3,1 triliun, sementara laba bersih setelah pajak mencapai Rp 695 miliar.
Mempertimbangkan berbagai proyek yang sedang berjalan dan dalam proses penyelesaian oleh Perseroan, dewan direksi telah memutuskan tidak akan melakukan pembagian dividen dari laba bersih setelah pajak untuk 2018.
* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Sah, John Riady Jadi CEO Lippo Karawaci
Selain itu, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mengumumkan penunjukan resmi dewan komisaris yang baru. Jajaran Dewan Komisaris ini telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan.
Presiden Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Ketut Budi Wijaya mengatakan, perubahan total terjadi di jajaran dewan komisaris perusahaan.
"Persetujuan dari pemegang saham, terutama dewan komisaris semua baru ini. Direksi masih ada yang lama, tapi ada dua yang baru, Pak John Riady, CEO, dan Surya Tatang Chief Financial Officer," kata dia saat ditemui, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis, 18 April 2019.
Diketahui, jabatan presiden komisaris independen dan ketua komite audit ditempati oleh John Prasetio.
Komisaris ditempati oleh Stephen Riady, George Raymond Zage III, dan Kin Chan. Sementara Komisaris Independen dan Ketua Komite Nominasi dan Remunerasi ditempati oleh Anangga W. Roosdiono.
John Prasetio, Presiden Komisaris Independen yang baru diangkat mengatakan, dirinya dan para komisaris yang baru akan segera memulai tugas baru yang diemban dan memenuhi kewajiban fidusia kami untuk meningkatkan dan melindungi kepentingan jangka panjang para pemegang saham LPKR.
"Selain mengawasi pelaksanaan strategi Perseroan, kami akan memastikan bahwa LPKR terus melaksanakan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang baik, dalam prinsip akuntabilitas, transparansi, dan keberlanjutan," ujar dia.
Advertisement
Incar Dana Segar
CEO LPKR, John Riady, dalam pidato memberikan informasi terbaru kepada para pemegang saham terkait pelaksanaan rencana transformasi strategis perusahaan.
Divestasi aset LPKR terus berjalan sesuai rencana. Perseroan membuat kemajuan signifikan dalam usulan penjualan sahamnya di dua usaha patungan layanan kesehatan di Myanmar yaitu Yoma Siloam Hospital Pun Hlaing Limited dan Pun Hlaing International Hospital Limited kepada OUE Healthcare Limited.
Penjualan ini diharapkan menghasilkan dana segar sebesar USD 20 juta saat transaksi selesai pada semester I 2019.
LPKR menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Lippo Malls Indonesia Retail Trust pada 11 Maret 2019. LPKR setuju untuk menjual komponen ritel Lippo Mall Puri dengan total nilai penjualan USD 260 juta.
"Akuisisi ini ditargetkan selesai pada semester kedua 2019, tunduk pada persetujuan regulator, pemegang saham, dan pihak-pihak lainnya," katanya.
Pada 25 Maret 2019, LPKR telah membeli kembali senilai USD 8,67 juta dalam jumlah pokok agregat Surat Utang Senior USD 410 juta 7,00 persen yang jatuh tempo pada 2022 dan Surat Utang Senior USD 425 juta 6,75 persen yang jatuh tempo pada tahun 2026 melalui penawaran tender.
Saldo yang tersisa akan dialokasikan untuk membayar pinjaman bank, mempercepat penyelesaian proyek yang ada, modal kerja, membiayai peluncuran proyek baru pada awal 2020 dan untuk tambahan buffer likuiditas.
Pihaknya mengharapkan setelah menyelesaikan rights issue, LPKR akan menerima perbaikan peringkat surat utang yang positif dari Fitch Ratings dan S&P Global Ratings, sehingga akan meningkatkan kemampuan pendanaan Perseroan.
"Sejauh ini kami telah membuat kemajuan dalam transformasi strategis Perseroan, membangun momentum menuju tujuan untuk menjadi perusahaan Indonesia yang dikelola dengan baik dengan kemampuan yang kuat dalam hal pelaksanaan dan penyelesaian proyek. Hasil RUPST ini akan mempercepat program pendanaan komprehensif Perseroan dan membawa kita lebih dekat kepada tujuan," tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: