Liputan6.com, Jakarta Para pemain profesional di Liga Inggris dan Wales diminta untuk sama sekali tidak menggunakan media sosial selama sehari. Aksi itu dimulai dari pukul 09.00 pagi waktu setempat pada Jumat (19/4/2019) hingga 09.00 keesokan harinya Sabtu (20/4/2019).
Ini sebagai bentuk dari rencana melakukan boikot besar-besaran di media sosial. Boikot ini sebagai bentuk perlawanan pemain di Liga Inggris atas aksi rasisme yang makin merajalela.
Baca Juga
Advertisement
Aksi ini digawangi oleh Professional Footballers Association (PFA) alias Asosiasi Pemain Profesional. Aksi ini sendiri diberi tema #Enough alias cukup.
Namun, mereka dianjurkan untuk mengunggah gambar grafis bertuliskan #enough. Gambar itu tentunya harus mereka unggah sebelum memulai aksi boikot tersebut.
PFA mengatakan kampanye ini merupakan respons terhadap sejumlah insiden rasis yang ditujukan kepada para pemain dalam beberapa bulan terakhir baik di dalam maupun luar lapangan.
Para pemain Liga Inggris berharap untuk memberi tekanan pada pihak berwenang dan jaringan media sosial untuk mengatasi masalah ini dengan lebih baik.
Pernyataan PFA
"Boikot adalah langkah pertama dalam kampanye yang lebih panjang untuk mengatasi rasisme dalam sepakbola."
"Ini bertindak sebagai pertunjukan persatuan oleh para pemain, dan seruan untuk tindakan yang lebih kuat dilakukan oleh jejaring sosial dan otoritas sepakbola dalam menanggapi pelecehan rasis baik di dalam maupun di luar lapangan."
Advertisement
Penuturan Korban Rasisme
Salah satu pemain yang menjadi korban aksi rasisme adalah bek Tottenham, Danny Rose. Ia mengalami insiden itu saat membela timnas Inggis lawan Montenegro di ajang kualifikasi Euro 2020. Saking kesalnya ia mengaku tidak sabar lagi untuk segera pensiun.
“Ketika saya mengatakan bahwa saya tidak sabar untuk berhenti, itu karena rasisme yang saya, dan banyak pemain lain, telah alami di seluruh karir kami. Sepakbola memiliki masalah dengan rasisme."
“Saya tidak ingin ada pemain di masa depan untuk menjalani apa yang telah saya lalui dalam karir saya. Secara kolektif, kami sama sekali tidak mau siaga sementara terlalu sedikit yang dilakukan oleh otoritas sepakbola dan perusahaan media sosial untuk melindungi para pemain dari penyalahgunaan yang menjijikkan ini.”
Sumber: bola.net