Mengenal Tenun Ikat Kusa di Konser Musik Perbatasan Malaka 

Masyarakat percaya pemakai kain ikat Kusa bisa mendapatkan keagungan. Menjadi orang besar seperti kalangan bangsawan dari Kerajaan Kusa.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 19 Apr 2019, 14:30 WIB
Konser Musik Perbatasan Malaka 2019 akan menjadi momentum untuk mengangkat potensi daerah NTT.
Liputan6.com, Betun Konser Musik Perbatasan Malaka 2019 akan menjadi momentum untuk mengangkat potensi daerah NTT. Salah satunya tenun ikat Kusa. Tenun ini bisa menjadi oleh-oleh saat kalian berkunjung ke Malaka.
 
Konser Musik Perbatasan Malaka akan digelar 24-25 April. Lokasinya di Lapangan Paroki Kamanasa (MISI), Betun, Malaka, NTT. Bintang tamu utamanyna adalah Bondan Prakoso dan penyanyi Timor Leste Maria Vitoria.
 
Buat masyarakat NTT, khususnya Malaka, Tenun Ikat Kusa adalah identitas. Masyarakat menyebut tenun unik sebagai Kain Loro. 
 
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani, bahkan menyebut Tanah Timor sebagai gudangnya tenun.
 
“Tanah Timor itu gudangnya tenun. Tiap daerah di sana memiliki corak dan karakter kain tenunnya masing-masing. Kain Loro tentu salah satu yang terbaik. Tenun ikat ini wajib menjadi koleksi wisatawan yang akan mengunjungi Kobser Musik Perbatasan Malaka 2019,” ungkap Ricky, Kamis (18/4).
 
Dijelaskan Ricky, Kain Loro memiliki filosofi. Serta menyangkut aturan adat yang dipercaya secara turun temurun.
 
“Kain Loro atau tenun ikat Kusa ini luar biasa. Bukan hanya coraknya yang indah, tapi nilai yang ada di dalamnya sangat menginspirasi. Kain ini diciptakan tidak serta merta, tapi ada pesan besar yang ingin disampaikan. Semua terakait kehidupan masyarakatnya,” lanjut Ricky.
 
Masyarakat percaya pemakai kain ikat Kusa bisa mendapatkan keagungan. Menjadi orang ‘besar’ seperti kalangan bangsawan dari Kerajaan Kusa. 
 
Menurut Ricky, sebutan Loro untuk kain tenun adat tersebut cukup menarik. “Sebutan Loro ini unik. Bisa ada hubungannya dengan Keloroan Dirma. Tapi, yang pasti ini tanda keagungan bagi pemakainya,” jelasnya lagi.
 
Kain Loro ditenun tahun 1982. Meski demikian, fisik tenun ikat Kusa ini masih sangat bagus. Selain motifnya, warnanya tidak pudar sehingga semakin menegaskan corak khasnya. Untuk kain dengan nilai history seperti ini, harganya berkisar Rp2 Juta. Tapi, wisatawan bisa memiliki tenun ikat Kusa dengan usia lebih muda dan harganya ramah.
 
“Untuk kain-kain yang berumur harganya memang relatif tinggi. Kain berumur itu masuk barang antik. Ini tentu akan menjadi barang koleksi terbaik. Namun, kain tenun ikat Kusa juga ada yang miring harganya. Sebab, usia pembuatannya itu relatif sangat muda atau baru dibuat. Yang jelas, ada banyak pilihan bagi wisatawan yang ingin memiliki kain Loro tersebut,” kata Ricky lagi.
 
Demi mempertahankan kelestarian Kain Loro, berbagai pelatihan diberikan bagi masyarakat. Mereka diajarkan teknik pewarnaan benang. Harapannya, warna Kain Loro bisa bertahan untuk durasi waktu lebih lama. Dengan begitu, keindahan Kain Loro bisa dinikmati oleh lintas generasi di Tanah Timor hingga belahan bumi lainnya.
 
“Nusa Tenggara Timur memang sangat terkenal dengan tenunannya. Karya-karya di sana sangat khas dan berkarakter. Event Konser Musik Perbatasan 2019 adalah momentum terbaik untuk memburu tenun ikat Tanah Timor. Karena eventnya tinggal beberapa hari, maka siapkan perjalanan menuju Malaka,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya