Akhir Mei, Kim Jong-un Segera Bertemu Vladimir Putin di Rusia

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhir Mei nanti.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Apr 2019, 15:26 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un melihat sebuah kentang saat mengunjungi pabrik produksi Samjiyon Potato Farina di Samjiyon County (30/10). (Photo by KCNA VIA KNS / KCNA VIA KNS / AFP)

Liputan6.com, Moskow - Kremlin mengumumkan pada hari Kamis bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan berkunjung ke Moskow pada akhir Mei 2019, untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dikutip dari CNN pada Jumat (19/4/2019), pertemuan antara sekutu Perang Dingin itu terjadi pada saat yang sulit dalam negosiasi nuklir antara Korea Utara dan Amerika Serikat (AS), yang terhambat sejak gagalnya KTT Hanoi pada Februari lalu.

Kremlin tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang pertemuan antara Kim dan Putin, yang diyakini belum pernah bertatap muka satu sama lain.

Pengumuman itu datang hanya beberapa jam setelah kementerian luar negeri Korea Utara meminta Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo untuk diganti dalam negosiasi lebih lanjut antara kedua negara.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor berita KCNA --yang dikelola pemerintah Korea Utara-- pada Kamis pagi, pejabat kementerian luar negeri Korea Utara, Kwon Jong-gun, mengatakan, "Pompeo telah membiarkan komentar sembrono dan segala macam kecurangan terjadi dalam hubungan kami (AS dan Korut)".

Dikatakan oleh Kwon, Kim Jong-un telah mengambil "sikap berprinsip" pada pembicaraan dengan AS dalam pidato baru-baru ini di parlemen Korea Utara.

"Setiap orang memiliki interpretasi yang jelas tentang pidatonya, yang mengatakan bahwa AS harus mengubah pendekatannya, dan menghasilkan langkah-langkah responsif sebelum akhir tahun ini," kata Kwon.

 


Korut dan AS Berseberangan Pendapat

Kim Jong-un dan Donald Trump saat makan malam di acara KTT AS - Korea Utara jilid 2 di Hanoi, Vietnam. (AP)

Korea Utara telah mendesak lebih banyak penghapusan sanksi sebagai ganti denuklirisasi, sementara AS menuntut bukti yang lebih besar bahwa negara itu siap mengurangi persenjataan nuklirnya.

Ketidaksepakatan itu diyakini menjadi alasan utama perundingan Hanoi berakhir cepat dan tanpa hasil.

Menurut beberapa pengamat, Kwon tampaknya menyalahkan Pompeo atas gagalnya pembicaraan di Hanoi, dengan mengatakan bahwa KTT itu "memberi kami pelajaran bahwa setiap kali Pompeo hadir, pembicaraan menjadi salah, dan tidak menghasilkan apa pun".

"Oleh karena itu, bahkan dalam kasus kemungkinan dimulainya kembali dialog dengan AS, saya berharap rekan dialog kami bukan Pompeo, tetapi orang lain yang lebih berhati-hati dan matang dalam berkomunikasi dengan kami," ujar Kwon.

 


Korut Uji Coba Senjata Baru

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (AFP/Saul Loeb)

Sementara itu, Kim Jong-un dilaporkan telah mengawasi uji coba senjata baru berjenis pemandu taktis pada Rabu 17 April 2019, lapor KCNA.

Ini adalah kali pertama Pyongyang melakukan uji coba senjata secara publik pasca gagalnya KTT AS-Korea Utara kedua yang digelar di Hanoi, Vietnam, Februari lalu.

Kantor berita KCNA tidak menjelaskan secara pasti apa bentuk senjata tersebut, apakah itu rudal atau senjata jenis lain.

Meski begitu, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada hari Kamis, banyak pihak mengindikasikan bahwa uji coba senjata terkait sebagai rudal jarak pendek, bukan balistik jarak jauh yang dianggap mengancam oleh Amerika Serikat.

Namun demikian, menurut KCNA, rudal itu memiliki "mode khusus untuk mengarahkan penerbangan dan hulu ledak yang kuat".

Kim Jong-un mengatakan via KCNA: "Penyelesaian pengembangan sistem senjata berperan sangat penting dalam meningkatkan kekuatan tempur tentara Korea Utara".

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya