Liputan6.com, Pekanbaru - Empat anak buah kapal (ABK) BG Lancar ditemukan tewas dalam bungker ketika jangkar di kawasan industri Buton, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau. Keempatnya diduga kehabisan oksigen saat beraktivitas di kapal itu, Jumat pagi, 19 April 2019.
Humas Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Pekanbaru Kukuh Widodo mengatakan, evakuasi berlangsung beberapa jam. Korban dikeluarkan satu per satu dari bungker kapal karena pintu masuknya kecil.
"Sudah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Siak, selanjutnya dilakukan otopsi," kata Kukuh, Jumat 19 April 2019 malam.
Baca Juga
Advertisement
Kukuh menyebut pihaknya mendapat informisi empat ABK, masing-masing Fahrudin, Indra Bayu, Indra Maulana Ansar dan M Ishak, terjebak di bungker pukul 13.30 WIB. Evakuasi dilakukan satu jam kemudian dan berlangsung hingga petang.
Pengakuan petugas di pelabuhan itu, Yudi Winarno, empat ABK pada pukul 09.00 WIB melakukan service mesin dan membersihkan bungker. Setelah beberapa jam, keempatnya tidak kunjung keluar.
ABK kapal lainnya lalu memeriksa bunker dan melihat keempatnya tergeletak tak sadarkan diri. ABK tadi tak berani mengevakuasi karena lorong sempit dan oksigen tipis.
"Lorong bunker sempit dan panjang, akhirnya kapten kapal memberanikan diri dan hanya satu orang (M Ishak) dievakuasi tapi sudah tak bernyawa," ucap Kukuh.
Kapten kapal berniat menolong yang lainnya tapi urung dilakukan karena oksigen kian menipis. Kapten lalu meminta tolong ke petugas pelabuhan dan kepolisian hingga sampai ke Basarnas Pekanbaru.
"Satu tim rescue dikirim ke sana, polisi dan Damkar membantu. Evakuasi dengan peralatan lengkap ini berhasil," kata Kukuh.
<p><em><strong>* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 <a href="https://www.liputan6.com/pages/quick-count-pilpres-2019">di sini</a></strong></em></p>
Karbon Monoksida
Kukuh menyebutkan, kapal ini biasanya mengangkut pasir. Air dan serpihan pasir biasanya masuk ke bunker dan lorong serta ruangan mesin sehingga harus rutin dibersihkan.
"Keempatnya ke sana membersihkan, tapi tidak memakai alat keselamatan, seharusnya dipakai," ucap Kukuh.
Dugaan sementara, karbon monoksida keluar dari ruangan mesin karena panas dan terkena air. Gas beracun ini terhirup oleh korban hingga tak sadarkan diri.
Lamanya evakuasi karena harus menunggu petugas Basarnas membuat korban akhirnya meninggal dunia. Apalagi setelah pingsan, korban diduga masih menghirup gas tadi.
"Gas ini sangat membahayakan manusia, apalagi di ruangan sempit," ucap Kukuh.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement