Liputan6.com, Pretoria - Sebanyak tiga belas orang tewas dan 16 lainnya luka-luka akibat runtuhnya gereja di Durban, Afrika Selatan. Seorang pejabat mengatakan pada Jumat, 19 April 2019 bahwa inisden terjadi setelah badai.
Tragedi nahas terjadi pada Kamis, 18 April 2019 malam waktu setempat. Saat itu, sebuah dinding bata runtuh selama kebaktian Paskah di gereja Pantekosta Empangeni di Kota Ndlangubo, Durban Utara, Provinsi KwaZulu-Natal, Afrika Selatan.
Baca Juga
Advertisement
Pihak berwenang mengatakan insiden terjadi sekitar pukul 23.15 waktu setempat (Jumat, 04.15 Waktu Indonesia Barat).
"Para jemaat sedang tidur di gedung itu setelah kebaktian gereja berakhir pukul 22.00," kata juru bicara kepolisian provinsi, Kolonel Thembeka Mbele, mengutip Channel News Asia pada Minggu (21/4/2019).
"Ada angin kencang dan hujan dan tembok-tembok runtuh. Ke-13 yang dikonfirmasi tewas adalah 12 wanita dan satu anak laki-laki," lanjutnya.
Mbele juga mengatakan, saat ini berkas penyelidikan telah dibuka dan sejumlah personel kepolisian Afrika Selatan masih berada di tempat kejadian.
Penduduk Terkejut
Insiden yang tidak diduga itu mengejutkan penduduk setempat. Mereka panik dan bingung, menghabiskan waktu berjam-jam di bagian dalam bangunan yang hancur.
Seorang pastor bergerak cepat untuk meminta bantuan.
"Saat itu tidak ada sinyal telepon, jadi saya berlari menuju kantor kepolisian dan memanggil polisi. Mereka merespons dengan sangat cepat dan mereka menolong kami," kata Pastor P.Y. Sibiya.
Zwelihle Dhlamini, seorang dari jemaat yang kehilangan temannya dalam tragedi nahas itu juga mengatakan keterkejutannya.
"Saat ini, saya tidak percaya dengan apa yang terjadi. Saya masih belum pulih dari keterkejutan," tutur Dhlamini.
"Mereka (teman-teman Dhlamini yang menjadi korban tewas) seolah masih memanggil-manggil saya, mengirim pesan bantuan seolah-olah keadaan masih bisa berubah," lanjutnya.
Menteri Tenaga Kerja Mildred Oliphant yang juga menjadi salah satu jemaat saat tragedi nahas terjadi, mengatakan sulit untuk berdamai dengan musibah itu.
"Tetapi kita tahu Tuhan pasti memiliki alasannya sendiri," ujar Oliphant.
Advertisement
Struktur Bangunan Bermasalah?
Oliphant mengatakan ia akan segera memeriksa apakah struktur gereja dibangun dengan kuat dan sesuai prosedur.
Sementara itu, polisi saat ini telah meluncurkan penyelidikan untuk memastikan penyebab kejadian.
Berbagai elemen, baik warga sipil maupun pihak berwenang telah menyampaikan belasungkawa akibat insiden ini.
"Kami telah berdoa untuk mereka, belasungkawa tulus kami kepada keluarga korban," kata Pastor Mlungisi Ntsele, Deputi Provinsi Dewan Gereja Afrika Selatan.
"Sebagai sesama umat Kristiani, kami saling mendoakan di saat-saat yang tidak menyenangkan. Kami menyebut para korban di doa-doa kami," lanjutnya.