Liputan6.com, Jakarta - Agensi Intelijen Amerika Serikat atau kerap disingkat CIA, menuding Huawei menerima pendanaan dari Tentara Pembebasan Rakyat, komisi Keamanan Nasional Tiongkok, dan jaringan intelijen negara Tiongkok.
Informasi ini dilaporkan oleh media Inggris The Times dengan mengutip seorang sumber dari Inggris.
Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Gizmodo, Senin (22/4/2019), CIA mengungkapkan sejumlah bukti dari klaimnya tentang Huawei.
Baca Juga
Advertisement
Bukti-bukti ini dipaparkan kepada sejumlah negara antara lain adalah Australia, Kanada, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Inggris.
Media tersebut menulis, CIA memberikan memberikan kepastian yang kuat atas bukti ini. Selain CIA, FBI kabarnya juga percaya bahwa kementerian keamanan negara Tiongkok ikut memberikan pendanaan kepada Huawei.
Sekadar informasi, pemerintah Amerika Serikat memang telah lama bersikeras bahwa Huawei merupakan ancaman keamanan nasional.
Bahkan, Amerika Serikat melarang agen-agen federal untuk menggunakan teknologi besutan Huawei.
Amerika Serikat kabarnya juga mengajak negara-negara sekutunya untuk tidak membiarkan Huawei membangun infrastruktur 5G jaringan nirkabel di negara-negara mereka.
Huawei sendiri telah menjadi perhatian internasional setelah CFO mereka Meng Wanzhou ditahan di Kanada dan hendak diekstradisi ke Amrika gara-gara dituduh melanggar aturan datang Amerika ke Iran.
Huawei pun telah dituduh mencuri rahasia dagang dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bantah Tudingan
Huawei sangat membantah tudingan bahwa mereka beroperasi sebagai perpanjangan tangan dari aparat keamanan dan intelijen Tiongkok.
Bahkan pendiri Huawei Ren Zhengfei pun mengeluarkan pernyataan yang menolak tudingan itu.
Kepada The Times, juru bicara perusahaan mengatakan, "Huawei tidak mengomentari tuduhan yang tak berdasar yang tidak memiliki bukti, serta dari sumber anonim."
Sementara itu, Duta Besar Tiongkok untuk Inggris Liu Xiaoming mengatakan, "ini adalah kemarahan pemerintah dan media barat menyebut perusahaan-perusahaan Tiongkok sebagai ancaman keamanan."
Dia menegaskan bahwa tudingan semacam ini tidak berdasar dan menyudutkan. "Jika dibiarkan bisa menganggu aturan pasar, meracuni kerja sama bisnis, dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dunia," katanya.
Advertisement
Nasib Huawei di Tiongkok Gara-Gara Leica
Sebelumnya, iklan terbaru Leica dilaporkan mendapat protes keras di Tiongkok. Alasannya, iklan tersebut menampilkan tragedi lapangan Tiananmen atau Tiananmen Square yang terjadi pada 1989.
Dikutip dari Telegraph, Sabtu (20/4/2019), iklan terbaru Leica itu sebenarnya menceritakan tentang kisah fotografer yang bertugas di Beijing, Tiongkok pada 1989.
Dalam iklan berjudul The Hunt itu digambarkan sang fotografer sempat bersitegang dengan kepolisian setempat saat ingin mendokumentasikan aksi protes mahasiswa di Tiananmen.
Kendati demikian, sang fotografer akhirnya berhasil mengabadikan aksi demonstrasi tersebut. Sebagai penutup, ditampilkan foto ikonik Tank Man dari pantulan lensa kamera fotografer tersebut.
Tank Man sendiri menjadi foto ikonik karena memperlihatkan seorang pria sendirian menghentikan konvoi tanks yang ingin melintas.
"Film ini didedikasikan untuk orang-orang yang meminjamkan mata mereka agar kita dapat melihat," tulis iklan tersebut untuk mengenang sejumlah jurnalis foto yang bekerja di lingkungan berbahaya.
Akan tetapi, pemerintah Tiongkok sangat anti terhadap pengisahan ulang tragedi Tiananmen Square dan memberlakukan blokir terhadap segala pembahasan mengenai peristiwa itu.
Oleh karenanya, kata-kata Leica baik dalam bahasa inggris dan mandarin kini disensor oleh pemerintah setempat. Unggahan yang menyertakan kata-kata Leica juga tidak dapat ditampilkan di Weibo.
Warganet Tiongkok juga dilaporkan sudah membanjiri akun resmi Leica dengan menyebut rilisnya video tersebut sebagai langkah bodoh. Terlebih, Leica saat ini tengah bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok, Huawei.
Kendati demikian, belum dapat dipastikan seperti apa nantinya hubungan kerjasama antara Leica dengan Huawei. Mengingat sampai saat ini, belum ada keterangan resmi dari perusahaan mengenai kolaborasi keduanya.
(Tin/Jek)