Liputan6.com, Kolombo - Sekitar 99 orang dilaporkan tewas dalam ledakan di sejumlah gereja dan tiga hotel di Sri Lanka. Insiden nahas itu terjadi pada Minggu Paskah, 21 April 2019.
Awalnya 80 orang dilaporkan luka-luka. Namun menurut laman News18 dikutip pada Minggu (21/4/2019), saat ini terdapat sekitar 450 orang yang telah dibawa ke rumah sakit.
Baca Juga
Advertisement
Ledakan pertama dilaporkan di Gereja St. Anthony di Kolombo dan St. Sebastian di kota Negombo di luar ibu kota.
Dalam ledakan St. Anthony sekitar 160 orang terluka yang saat ini telah dirawat di Rumah Sakit Nasional Kolombo, menurut seorang pejabat dikutip dari The Straits Times.
Tidak lama setelah laporan itu, polisi mengonfirmasi tiga hotel kelas atas di ibu kota juga menjadi target ledakan, bersama dengan satu gereja lagi di Kota Batticaloa, di timur Sri Lanka. Tiga hotel yang dimaksud adalah Hotel Shangri La, Cinnamon Grand dan Hotel Kingsbury.
Seorang pejabat di rumah sakit Batticaloa mengatakan kepada AFP, lebih dari 300 orang telah dirawat setelah ledakan terjadi.
Adapun korban tewas salah satunya ditemukan di Cinnamon Grand Hotel di Kolombia, dekat kediaman resmi perdana menteri Sri Lanka.
Bloomberg melaporkan bahwa polisi dan kendaraan darurat telah memblokir pintu masuk ke Shangri-La Hotel di Kolombo, di mana ada kerusakan yang terlihat, termasuk jendela yang pecah, di atas pintu masuk utama tempat sebuah kafe berada.
Sementara itu, Gereja St Sebastian di Katuwapitiya di Negombo memposting foto-foto kehancuran di dalam gereja di halaman Facebook-nya, menunjukkan darah pada bangku dan lantai, dan meminta bantuan dari masyarakat.
Sifat Ledakan Belum Jelas
Menurut laporan The Guardian, sifat ledakan itu masih belum diketahui pasti.
Dalam sebuah posting di Facebook, Gereja St Sebastian di Katuwapitiya di Negombo meminta warga untuk datang.
"Serangan bom di gereja kami, silakan datang dan bantu jika anggota keluarga Anda ada di sana," menurut sebuah posting dalam bahasa Inggris di halaman Facebook.
Hanya sekitar 6 persen pemeluk Katolik di Sri Lanka, tetapi agama itu dipandang sebagai kekuatan pemersatu karena mencakup orang-orang dari kelompok etnis Tamil dan etnis mayoritas Sinhala.
Advertisement