Sri Lanka Telah Awasi Potensi Teror dari Kelompok Ini Sejak 10 Hari Lalu, Siapa?

Kepala kepolisian Sri Lanka dikabarkan telah merilis imbauan nasional mengenai ancaman teror dari sebuah kelompok partikular. Siapa mereka?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 21 Apr 2019, 14:39 WIB
Ilustrasi Teroris (iStockphoto)

Liputan6.com, Kolombo - Kepala kepolisian Sri Lanka dikabarkan telah merilis imbauan nasional mengenai ancaman teror, 10 hari sebelum peristiwa rangkaian bom terjadi di Kolombo dan Batticaloa pada Minggu 21 April 2019 pagi waktu lokal.

Menurut dokumen imbauan yang dilihat AFP, dijelaskan bahwa bomber bunuh diri berniat menyerang "gereja ternama", demikian seperti dikutip dari the Times of India, Minggu (21/4/2019).

Kepala Kepolisian Pujuth Jayasundara mengirim imbauan intelijen itu kepada pejabat tinggi Sri Lanka pada 11 April 2019.

"Badan intelijen asing telah melaporkan bahwa NTJ (National Thowheed Jamath) berencana untuk melakukan serangan bunuh diri menargetkan gereja dan komisi tinggi India di Kolombo," kutip laporan tertulis itu.

NTJ adalah kelompok muslim radikal di Sri Lanka yang masuk dalam radar aparat tahun lalu, ketika mereka dihubungkan dengan peristiwa vandalisme terhadap beberapa patung Buddha.

Hingga berita ini turun, otoritas Sri Lanka masih melakukan evakuasi terhadap para korban tewas dan luka. Setidaknya 160 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dari ledakan yang menghantam tiga gereja dan tiga hotel di Kolombo dan Batticaloa.

Penyelidikan tentang siapa dalang teror itu juga masih berlangsung.

Dua Bomber Bunuh Diri Telah Teridentifikasi?

Mengutip laman News18, dua dari enam serangan yang menghantam Sri Lanka diduga dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri.

Kedua pelaku teridentifikasi bernama Zahran Hashim, yang melancarkan aksi di Hotel Shangri La; dan Abu Mohammad yang menyerang Gereja Batticalao.

Menindaklanjuti serangan ini, otoritas lokal telah memerintahkan penutupan sekolah pada besok dan lusa.


160 Orang Tewas dalam Teror Bom di Sri Lanka, 9 di Antaranya WN Asing

Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Korban tewas akibat ledakan di tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lankabertambah menjadi 160 orang. Saat ini, sembilan di antaranya diketahui berkewarganegaraan asing.

Insiden nahas terjadi pada Minggu Paskah, 21 April 2019. Ledakan dilaporkan terjadi di Gereja St. Anthony di Kolombo, St. Sebastian di Kota Negombo, kemudian sebuah gereja lagi di Kota Batticaloa.

Selain ketiga tempat ibadah, tiga hotel populer di Sri Lanka juga menjadi target yakni Hotel Shangri La, Cinnamon Grand dan Hotel Kingsbury.

 


Kronologi

Ilustrasi ledakan bom (iStockPhoto)

Ledakan pertama dilaporkan di Gereja St. Anthony di Kolombo dan St. Sebastian di kota Negombo di luar ibu kota.

Dalam ledakan St. Anthony sekitar 160 orang terluka yang saat ini telah dirawat di Rumah Sakit Nasional Kolombo, menurut seorang pejabat dikutip dari The Straits Times.

Tidak lama setelah laporan itu, polisi mengonfirmasi tiga hotel kelas atas di ibu kota juga menjadi target ledakan, bersama dengan satu gereja lagi di Kota Batticaloa, di timur Sri Lanka. Tiga hotel yang dimaksud adalah Hotel Shangri La, Cinnamon Grand dan Hotel Kingsbury.

Seorang pejabat di rumah sakit Batticaloa mengatakan kepada AFP, lebih dari 300 orang telah dirawat setelah ledakan terjadi.

Adapun korban tewas salah satunya ditemukan di Cinnamon Grand Hotel di Kolombia, dekat kediaman resmi perdana menteri Sri Lanka.

Bloomberg melaporkan bahwa polisi dan kendaraan darurat telah memblokir pintu masuk ke Shangri-La Hotel di Kolombo, di mana ada kerusakan yang terlihat, termasuk jendela yang pecah, di atas pintu masuk utama tempat sebuah kafe berada.

Sementara itu, Gereja St Sebastian di Katuwapitiya di Negombo memposting foto-foto kehancuran di dalam gereja di halaman Facebook-nya, menunjukkan darah pada bangku dan lantai, dan meminta bantuan dari masyarakat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya