Liputan6.com, Jakarta - Eric Yuan baru saja menjadi miliarder baru karena nilai sahamnya yang meroket di bursa saham Nasdaq, New York. Sebelum itu, dia pernah ditolak Visa di Negeri Paman Sam hingga delapan kali.
Melansir Bloomberg, Eric Yuan pernah ditolak visa Amerika Serikat (AS) sebanyak delapan kali. Ia ingin datang ke AS setelah terinspirasi pidato Bill Gates tentang internet.
Baca Juga
Advertisement
Pada Rabu lalu, ia baru saja menjadi miliarder berkat layanan konferensi video miliknya, yakni Zoom Video Communications Inc. Ketika melepaskan saham perdana, perusahaan meraup USD 751 juta atau Rp 10,5 triliun (USD 1 = Rp 14.038).
Yuan dan keluarganya menjual saham perusahaan senilai USD 57 juta (Rp 800,1 miliar) dengan harga USD 36 (Rp 505 ribu) per saham. Ketika penutupan, harga melonjak menjadi USD 62 (Rp 870 ribu).
Nilai saham Yuan dan keluarganya pun naik menjadi USD 3,2 miliar (Rp 44,9 triliun) berdasarkan perhitungan Bloomberg Billionaire Index. Akan tetapi, Yuan berkata kenaikan itu terlalu tinggi dan itu memberi tekanan pada perusahaan.
Yuan bergabung ke para miliarder AS lain yang merupakan imigran. Sebelumnya ada Sergey Brin (Google), Elon Musk (Tesla dan SpaceX), dan Jensen Huang (Nvidia).
Berdasarkan laporan Hurun Research Institute dan Visas Consulting Group di tahun 2018, Negeri Paman Sam masih menjadi primadona bagi para orang kaya di China untuk bermigrasi. Setelah AS, negara populer lain adalah Britania Raya dan Irlandia.
Miliarder Warren Buffett Ungkap Hal Paling Penting bagi Anak Muda
Sebagai investor paling sukses sepanjang sejarah, Warren Buffettmemang sangat terkenal. Bukan hanya itu, miliarder ini juga dikenal karena bakatnya menyusun kata-kata bijak dengan cara yang sederhana.Baru-baru ini dalam salah satu bukunya berjudul 'Getting There: A Book of Mentors', Buffett mengungkapkan hal paling penting yang perlu dilakukan orang-orang yang masih muda.
"Salah satu pesan paling penting bagi para pemuda adalah 'Jaga tubuh dan pikiranmu'," tulisnya dalam essay untuk buku tersebut seperti dilansir dari CNBC.
Terdengar sederhana bukan? Tapi Buffett memiliki analogi untuk menjabarkannya.
"Katakan saya menawarkan Anda membeli mobil impian Anda. Anda dapat memilih mobil manapun dan nanti malam mobil tersebut sudah menanti di rumah," ujarnya mengawali analogi tersebut.
Warren Buffett mengatakan, seumur hidup, hanya mobil itu yang Anda miliki. Anda tak akan pernah bisa memiliki mobil lain. Lalu Buffett bertanya, dengan kondisi itu bagaimana Anda akan memperlakukan mobil tersebut.
"Anda mungkin akan membaca petunjuk penggunaannya hingga 4 kali sebelum mengendarainya; Anda akan melindunginya sepanjang waktu, mengganti olinya dua kali lipat lebih sering dari seharusnya," tutur Buffett.
Bahkan menurut Buffett, jika ada lecet sedikit, Anda akan langsung memperbaikinya. Karena Anda tahu, hanya itu mobil yang Anda punya seumur hidup. Dengan kata lain, begitu pula Anda seharusnya memperlakukan tubuh Anda.
"Anda hanya punya satu tubuh dan satu pikiran seumur hidup. JIka Anda tidak merawatnya dengan baik saat masih muda, itu seperti meninggalkan mobil di tengah hujan badai dan membiarkan rayap menghancurkannya," terang Buffett.
Menurut Warren Buffett, Anda tidak merawat kesehatan tubuh dan pikiran sejak berusia 40-50an Anda akan seperti mobil yang tak bisa dipakai pergi kemanapun.
Advertisement
Miliarder Kerja Tak Kenal Waktu, Karyawan Minta Jam Kerja Dipangkas
Kerja keras tak kenal lelah sudah lama menjadi salah satu kunci kesuksesan para pengusaha ternama. Miliarder terkaya di dunia seperti Jack Ma, Elon Musk dan Jeff Bezos masih bekerja keras mengelola bisnisnya.
Namun, tak semua orang tertarik bekerja tanpa mengenal waktu. Para miliarder yang sudah hidup bergelimang harta hobi bekerja tak kenal waktu, tetapi tren karyawan di seluruh dunia justru menuntut pemangkasan waktu kerja.
Melansir laman Business Insider, miliarder asal China Jack Ma mengatakan, orang-orang yang bekerja 72 jam per minggu merupakan orang-orang yang 'diberkahi'. Tapi sejumlah pakar produktivitas dan karyawan di berbagai dunia justru menuntut hal yang sebalikya.
Ma baru saja mendapatkan sindiran dan kritik, setelah mengatakan jam kerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama 6 hari per minggu sebagai berkah tersendiri. Khususnya bagi para karyawan muda.
Meski ia mendorong karyawan untuk bekerja dengan rentang waktu tersebut, dalam blog yang berbeda ia mengatakan bahwa mendorong siapapun untuk bekerja lembur merupakan sikap yang tak manusiawi.
Banyak karyawan yang memiliki pandangan berbeda dengan Ma. Sebuah laporan dari South China Morning Post mengungkapkan bahwa para pekerja muda memiliki sedikit waktu di rumah setelah bekerja. Itu lantaran perjalanan pulang ke rumah membutuhkan waktu lama.
Tak hanya itu, setelah bekerja mereka juga mengaku tak punya cukup waktu untuk tidur.
Awal tahun ini, para karyawan di bidang teknologi juga memprotes pekan kerja '996' pada kode situs GitHub, di mana mereka memblokir sejumlah perusahaan termasuk Alibaba. Seluruh perusahaan tersebut dianggap memiliki budaya kerja dengan waktu berlebihan.
"Kami menghabiskan banyak waktu libur akhir pekan kami di kantor," tulis seorang karyawan China pada eksekutif senior di One Tencent Holdings.