Hormati Korban Teror Bom di Sri Lanka, Lampu Menara Eiffel Dipadamkan

Seluruh lampu di Menara Eiffel dipadamkan untuk menghormati korban serangan teror bom di Sri Lanka.

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Apr 2019, 08:08 WIB
Sebuah gambar yang diambil pada 30 Maret 2019 menunjukkan Menara Eiffel, Paris (sumber: AFP/)

Liputan6.com, Paris - Senin dini hari, 22 April 2019, tepat pukul 00.00 waktu Paris, Prancis, bangunan ikonik negara ini, Menara Eiffel, mendadak mati lampu.

Dalam unggahan di Twitter resminya, pengelola Eiffel menyebut hal itu dilakukan untuk menghormati 207 orang yang terbunuh dalam serangan teror bom di Sri Lanka pada hari Minggu kemarin.

Memadamkan lampu Menara Eiffel adalah langkah yang sering dilakukan oleh para operator di sana sebagai bentuk penghormatan atas musibah atau bencana.

"Malam ini, mulai pukul 12.00 dini hari, saya akan mematikan lampu saya untuk memberi penghormatan kepada para korban serangan di Sri Lanka," tulis posting-an itu, yang dikutip dari CNN pada Senin (22/4/2019).

Sebelumnya pada Mei 2017, Menara Eiffel juga pernah melakukan hal serupa setelah adanya sebuah ledakan di konser Ariana Grande di Manchester, Inggris, yang menewaskan 22 orang.

Lalu pada Januari 2015, Menara Eiffel mematikan lampunya untuk menghormati mereka yang meninggal dalam serangan terhadap majalah satire Charlie Hebdo.

Kemudian pada November 2015, pun demikian, sebagai penghormatan kepada korban tewas dalam serangan teror di enam lokasi di sekitar Paris.


Teror Bom Beruntun di Sri Lanka, Korban Tewas Capai 207 Orang

Gereja rusak parah pasca ledakan bom di Sri Lanka (Sumber: Twitter.com/Geeta_Mohan)

Korban tewas akibat rangkaian teror bom beruntun di Sri Lanka pada Minggu, 21 April 2019 meningkat menjadi 207 orang.

Hal itu dikonfirmasi oleh juru bicara Kepolisian Sri Lanka pada sore waktu lokal, seperti dilansir CNN International, Minggu, 21 April 2019.

Dari total korban jiwa, sekitar 22 orang telah diidentifikasi sebagai warga negara asing, News18.com melaporkan, mengutip penjelasan Kementerian Pertahanan Sri Lanka.

Satu dari 22 WN asing yang tewas diidentifikasi berkewarganegaraan China, kantor berita Xinhua melaporkan.

Sementara itu, korban luka dikonfirmasi mencapai 450 orang. Xinhua mengabarkan, empat di antara total korban luka adalah warga negara China.

Kemungkinan ada sejumlah warga negara asing lainnya yang ikut tewas atau terluka dalam teror bom beruntun di Sri Lanka, tapi belum teridentifikasi secara merinci.

Kementerian Pertahanan Sri Lanka mengatakan mayoritas dari total delapan serangan teror bom beruntun yang terjadi di Kolombo dan Batticaloa pada Minggu, 21 April 2019 adalah serangan bunuh diri.

Pihak kementerian mengumumkan hal tersebut pada sore waktu setempat. Kemhan Sri Lanka juga mengonfirmasi bahwa tujuh orang telah ditangkap sehubungan dengan ledakan berantai yang melanda tiga gereja, empat hotel, dan sebuah rumah.

Sebelumnya, News18.com mewartakan dua bomber bunuh diri diidentifikasi bernama Zahran Hashim, yang melancarkan aksi di Hotel Shangri La dan Abu Mohammad yang menyerang gereja di Batticalao. Otoritas belum mengonfirmasi laporan tersebut.


Cegah Hoaks Pasca-Teror Bom, Pemerintah Sri Lanka Blokir Banyak Media Sosial

Prajurit Angkatan Darat Sri Lanka mengamankan sekitar Gereja St Anthony Shrine usai ledakan di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4). Menurut laman News18 dikutip pada Minggu (21/4/2019), saat ini terdapat sekitar 450 orang yang telah dibawa ke rumah sakit. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Pemerintah Sri Lanka memblokir akses ke seluruh situs media sosial pasca-serangan teror pada Minggu 21 April yang menewaskan setidaknya 207 orang.

Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran informasi tidak benar (hoaks) yang dapat memicu kekerasan lebih lanjut, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Senin (22/4/2019).

Dalam sebuah pernyataan, perwakilan dari kantor kepresidenan Sri Lanka, Udaya R Seneviratne, mengatakan pemerintah telah "mengambil langkah-langkah untuk memblokir sementara semua media sosial sampai penyelidikan diselesaikan".

Para pejabat mengatakan delapan ledakan di gereja dan hotel, yang melukai lebih dari 450 orang, adalah serangan bom bunuh diri.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan kepada The Guardian, seorang juru bicara Facebook mengatakan mereka "mengetahui pernyataan pemerintah Sri Lanka mengenai pemblokiran sementara platform media sosial".

Juru bicara itu menambahkan, "Tim dari seluruh Facebook telah bekerja untuk mendukung responden pertama dan penegakan hukum, serta untuk mengidentifikasi dan menghapus konten yang melanggar standar kami."

Roshni Fernando, seorang penduduk Kolombo, mengatakan bahwa Facebook, Instagram, dan Whatsapp telah diblokir sejak pukul 14.00 waktu setempat pada hari Minggu, meskipun Twitter masih dapat diakses.

Fernando mengatakan penyebaran informasi yang belum diverifikasi sudah dimulai sebelum pemerintah memblokir media sosial.

"Sebelum WhatsApp ditutup, saya dikirimi dokumen yang menyebutkan dua pelaku bom bunuh diri," katanya.

Seorang warga Kolombo lainnya, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada The Guardian: "Ini benar-benar ide yang bagus untuk menutup media sosial. Melalui Whatsapp saya telah dikirim informasi yang menyebut pria musim sebagai pelaku bom bunuh diri, meskipun pemerintah tidak secara resmi menyebut siapa pun pada saat itu."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya