Gara-Gara Perubahan Iklim, Beruang Kutub Nyasar Sejauh 700 Km

Seekor beruang kutub kurus kerontang nyasar sejauh 700 km dari habitatnya.

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Apr 2019, 15:22 WIB
Seekor beruang kutub nyasar sejauh 700 kilometer dari habitat asalnya. (Instagram @alinaukolova)

Liputan6.com, Alaska - Warga di desa Tilichiki di Semenanjung Kamchatka timur, yang letaknya berdekatan dengan Rusia, terkejut saat melihat seekor beruang kutub kurus kerontang berkeliaran mencari makanan ratusan mil dari habitat asalnya.

Media lokal memberitakan pada hari Rabu, 17 April 2019, bahwa hewan berbulu putih itu tampak kelelahan. Penduduk menduga, satwa Kutub Utara ini telah melakukan perjalanan panjang --sejauh 700 kilometer-- dari habitat asalnya di Chukotka menuju ke Tilichiki di Kamchatka.

Aktivis lingkungan mengatakan, beruang kutub berusia 2 tahun itu diprediksi hanyut terbawa es yang terapung, hingga akhirnya sampai di lokasi yang tak jauh dari rumah-rumah penduduk.

"Karena perubahan iklim, Arktik menjadi lebih hangat, lingkungan perburuan menjadi lebih kecil dan kurang nyaman (bagi beruang)," kata Vladimir Chuprov dari Greenpeace.

"Es di sana cepat meleleh dan beruang kutub mencari cara baru untuk bertahan hidup. Trik termudahnya adalah mendatangi manusia atau permukiman kami," lanjutnya, seperti dikutip dari The Guardian pada Senin (22/4/2019).

Meski terbilang binatang liar, beruang kutub malang itu tak lantas diusir atau dibunuh oleh masyarakat setempat. Mereka justru berduyun-duyun menolongnya dengan memberinya ikan segar, agar si beruang merasa disambut.


Warga Mengunggah Fot Beruang ke Media Sosial

Ilustrasi beruang kutub (AFP/Mario Hoppman)

Video yang diunggah oleh warga ke media sosial menunjukkan beruang itu berjalan melewati penduduk dan tidak menunjukkan sikap agresif.

"Ia kecapaian, tidak galak," kata seorang warganet, Alina Ukolova, yang melihat langsung beruang itu.

Sementara itu, pihak berwenang di Kamchatka telah melakukan upaya penyelamatan pada akhir pekan kemarin. Mereka menggunakan obat penenang untuk membuat hewan itu tertidur dan kemudian menerbangkannya ke Chukotka dengan helikopter.

Ketergantungan beruang kutub pada es laut membuat mereka sangat rentan terhadap pemanasan global. Menyusutnya lapisan es di Kutub Utara bisa semakin menjauhkan mereka dari mangsa harian mereka, yakni anjing laut.


Kawanan Beruang Kutub Menginvasi Sebuah Kota di Rusia

Sejumlah beruang kutub berkumpul menikmati bangkai paus bowhead di Pulau Wrangel, pantai Rusia pada tanggal 19 September 2017. Kerumunan beruang kutub berada di pulau tersebut akibat adanya perubahan Arktik. (AFP Photo/Max Stephenson)

Sebelumnya, sebanyak 52 beruang kutub (Ursus maritimus) yang diduga kelaparan telah menduduki Guba, sebuah permukiman terpencil di kepulauan Arktik Rusia.

Hewan-hewan itu dilaporkan menyerang penduduk setempat, mengobrak-abrik tempat pembuangan sampah dan menerobos masuk ke dalam bangunan tempat tinggal warga, menurut pernyataan pemerintah yang diterjemahkan dari bahasa Rusia dan dirilis akhir pekan ini.

Invasi besar-besaran beruang kutub itu, mendorong pejabat daerah untuk menetapkan status darurat sejak hari Sabtu, 9 Februari 2019.

"Orang-orang khawatir, mereka takut meninggalkan rumah ... cemas melihat anak-anak mereka pergi ke sekolah," ungkap Zhigansha Musin, seorang pengurus sekolah setempat, seperti dikutip dari Live Science, Selasa, 12 Februari 2019. "Secara konstan di desa ini ada enam hingga 10 beruang kutub."

Belushya Guba adalah pemukiman yang dihuni sekitar 2.000 orang di kepulauan Novaya Zemlya, Rusia. Kawasan ini terkenal karena menjadi lokasi uji bom nuklir apokaliptik pada masa lalu.

Orang-orang di sekitar daerah tersebut mengaku bahwa tidak jarang melihat beruang kutubberkeliaran di dekat pantai selatan, tempat satwa-satwa itu secara rutin berkumpul di musim dingin untuk berburu anjing laut, menurut situs berita pemerintah, TASS.

Namun, menipisnya lapisan es laut karena pemanasan global, kemungkinan menjadi penyebab utama beruang-beruang tersebut menggeruduk ke pedalaman untuk mencari makanan lain, menurut para peneliti dari A.N. Severtsov Institute of Ecology and Evolution, cabang dari Russian Academy of Sciences.

Daya pikat limbah yang dapat dikonsumsi di tempat sampah dan tempat pembuangan akhir di Belushya Guba, kemungkinan menghentikan beruang dari migrasi lebih jauh ke utara, kata para ilmuwan.

Mirisnya, kawanan beruang kutub itu tak hanya mengais sisa makanan di tempat sampah. Foto dan video yang diunggah di Twitter selama akhir pekan kemarin menunjukkan, beruang-beruang itu berjalan melalui halaman sekolah yang kosong. Bahkan sampai menyusup ke koridor gedung perkantoran untuk mencari makanan.

Untuk melindungi kota dan diri mereka sendiri, penduduk setempat telah membangun pagar tambahan di sekitar sekolah dan situs lainnya.

Sementara itu, patroli khusus diadakan untuk menakuti beruang dengan mobil dan anjing, meski langkah-langkah ini tidak membuahkan hasil nyata.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya